Gambar 15. Hasil uji kualitatif UV
protection isolat ekstrak kacang hijau pada menit ke 15 A1 = isolat 1 10µg; A2 = isolat 1 20µg; A3 = isolat 1 30µg; B1 =
isolat 2 10µg; B2 = isolat 2 20µg; B3 = isolat 2 30µg; C1 = isolat 3 10µg; C2 = isolat 3 20µg; C3 = isolat 3 30µg; D1 = isolat 4 10µg; D2 = isolat 4 20µg; D3 =
isolat 4 30 µg
Berdasarkan uji kualitatif UV protection, ke 4 isolat senyawa ekstrak kacang hijau memiliki aktivitas UV protection, namun diperlukan mass loading
minimal bagi isolat 1 dan 4 yaitu 30 µg lebih besar dibandingkan minimal mass loading
aktif dari isolat 2 dan 3 yaitu 20 µg. Hal ini menunjukkan bahwa isolat 2 dan 3 secara kualitatif memiliki aktivitas UV protection yang lebih baik dibanding
isolat 1 dan 4, didukung lagi dengan bercak kuning yang muncul pada isolat 2 dan 3 lebih tebal dengan nomor parameter warna 3 dan 4.
N. Hasil Uji Kualitatif Antibakteri Isolat Senyawa Ekstrak Kacang Hijau
Uji kualitatif antibakteri isolat ekstrak kacang hijau menggunakan metode cakram kertas difusi disk, prinsip metode ini adalah adanya perpindahan
senyawa secara difusi dari dalam disk menuju ke media agar.
Variasi massa isolat yang akan dimasukkan dalam disk dilakukan dalam penelitian ini, variasi massa isolat ini berfungsi untuk mengetahui massa minimal
aktivitas antibakteri dari isolat. Amoksisilin digunakan sebagai kontrol positif, menghasilkan zona hambat yang cukup besar dibandingkan dengan zona hambat
isolat, walau dalam massa yang lebih sedikit.
Tabel XVII. Hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri amoksisilin dan isolat
ekstrak kacang hijau pada S. aureus
No. Isolat ekstrak
kacang hijau Massa µg
Rata – rata diameter zona hambat pada
S. aureus mm
1. Amoksisilin
5
30,7 ± 0,58
7,5
34,7 ± 0,58
10
37 ± 1
2. Isolat 1
50 -
100
-
200
- 3.
Isolat 2 50
-
100
-
200
- 4.
Isolat 3 50
-
100
-
200 7 ± 1
5 Isolat 4
50 -
100
-
200 6,33 ± 0,58
Keterangan : dengan diameter paper disc : 5 mm Uji kualitatif isolat ini hanya dilakukan pada bakteri S. aureus,
dikarenakan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak kacang hijau secara bioautografi menunjukkan hasil positif hanya pada bakteri S. aureus.
Hasil positif uji kualitatif isolat senyawa ekstrak kacang menunjukkan hasil positif hanya pada isolat 3 dan 4, dengan massa minimal 200 µg. Hasil
diameter zona hambat yang dihasilkan oleh isolat 3 dan 4 ˂ 10 mm, menurut
Greenwood cit. Mulyadi, Wuryanti, Ria, 2013 diameter z ona hambat ˂ 10 mm
menunjukkan respon hambatan pertumbuhan bakteri yang kurang efektif.
O. Hasil Identifikasi Senyawa Isolat Senyawa Aktif Ekstrak Kacang
Hijau
Isolat senyawa yang didapatkan kemudian diidentifikasi untuk mengetahui kandungan senyawa dari isolat ekstrak kacang hijau. Masing
–masing isolat di KLT menggunakan fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv dan dideteksi secara
fisik, mencakup secara visual, UV 254 nm, dan UV 366 nm. Beberapa pereaksi yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah
aluminium chloride AlCl
3
untuk deteksi senyawa flavonoid, ferric chloride FeCl
3
untuk deteksi senyawa fenolik, Dragendorff untuk deteksi golongan alkaloid, vanilin sulfat untuk deteksi golongan terpenoid.
Gambar 16. Hasil deteksi secara fisik isolat A1 = isolat 1 secara visual;
B1 = isolat 1 deteksi UV 254 nm; C1 = isolat 1 deteksi UV 366 nm; A2 = isolat 2 secara visual; B2 = isolat 2 deteksi UV 254 nm; C2 = isolat 2 deteksi UV 366 nm; A3
= isolat 3 secara visual; B3 = isolat 3 deteksi UV 254 nm; C3 = isolat 3 deteksi UV 366 nm; A4 = isolat 4 secara visual; B4 = isolat 4 deteksi UV 254 nm; C4 = isolat 4
deteksi UV 366 nm
Isolat 1 memiliki bercak meredam di UV 254 nm dan berpendar hijau di UV 366 nm, pada Rf sekitar 0,85
– 0,90. Isolat 2 memiliki bercak meredam di UV 254 nm dan berpendar hijau di UV 366 nm, pada Rf sekitar 0,80
–0,85. Isolat 3 terdiri atas 3 bercak, bercak kuning pada Rf sekitar 0,75
– 0,79, bercak hijau pada Rf sekitar 0,80
– 0,85 dan bercak meredam di UV 254 nm pada Rf sekitar 0,70
– 0,74. Isolat 4 terdiri atas 3 bercak, bercak kuning pada Rf sekitar 0,75
– 0,79, bercak hijau pada Rf sekitar 0,80
– 0,85, dan bercak meredam di UV 254 nm pada Rf sekitar 0,70
– 0,74. Ketiga bercak pada isolat 3 dan 4 sekilas sama, namun intensitas warna
yang teramati memiliki ciri khas yang berbeda. Bercak kuning pada isolat 3
cenderung lebih tebal dari pada isolat 4, sedangkan bercak meredam di UV 254 nm dengan Rf sekitar 0,70
– 0,74 pada isolat 4 cenderung lebih tebal dibandingkan dengan isolat 3. Kondisi munculnya 3 bercak pada isolat 3 dan 4
menunjukkan bahwa hasil kolom belum murni. Berdasarkan hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan reagen
semprot isolat 1 menunjukkan adanya flavonoid ditandai adanya bercak kuning kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi AlCl
3
Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990 pada Rf sekitar 0,85
– 0,90. Ketika pengarangan dengan pereaksi asam sulfat 5, dilakukan, terbentuk 2 bercak yang mengalami pengarangan pada Rf
sekitar 0,85 – 0,95.
Gambar 17. Hasil identifikasi senyawa isolat 1 dengan reagen A = AlCl
3
; B = FeCl
3
; C = asam sulfat 5 vv; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff
Golongan senyawa dalam isolat 2 tidak dapat identifikasikan karena hasil identifikasi dengan menggunakan reagen AlCl
3
, FeCl
3
, vanilin sulfat dan dragendorf menghasilkan hasil negatif. Isolat 2 dengan menggunakan reagen
sulfat 5 vv, menghasilkan bercak coklat di Rf sekitar 0,80 – 0,85.
Penyemprotan asam sulfat 5 vv lalu dipanaskan ini berfungsi untuk mengoksidasi solut organik sehingga bercak coklat
– hitam nampak, namun tidak dapat mengidentifikasikan golongan senyawanya.
Gambar 18. Hasil identifikasi senyawa isolat 2 dengan reagen A = AlCl
3
; B = FeCl
3
; C = asam sulfat 5 vv; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff
Isolat 3 diidentifikasi mengandung flavonoid ditandai adanya bercak kuning kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi AlCl
3
Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990 pada Rf sekitar 0,70
– 0,74. Fenolik di Rf 0,75 – 0,79 ditandai dengan adanya bercak hijau dengan pereaksi FeCl
3
Merck, 1976 dan terpenoid di Rf 0,75
– 0,79 ditandai dengan bercak ungu dengan pereaksi vanilin sulfat Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990. Sedangkan bercak di Rf sekitar 0,80
– 0,85 tidak dapat diidentifikasi karena hanya mengalami pengarangan dengan reagen
sulfat 5 vv.
Gambar 19. Hasil identifikasi senyawa isolat 3 dengan reagen A = AlCl
3
; B = FeCl
3
; C = asam sulfat 5 vv; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff
Gambar 20. Hasil identifikasi senyawa isolat 4 dengan reagen A = AlCl
3
; B = FeCl
3
; C = asam sulfat 5 vv; D = vanilin sulfat; E = Dragendorff
Isolat 4 diidentifikasi mengandung flavonoid ditandai adanya bercak kuning kehijauan di UV 366 nm dengan pereaksi AlCl
3
Jork, Funk, Fischer, Wimmer, 1990 di Rf sekitar 0,70
– 0,74, pada Rf tersebut setelah disemprot
dengan vanilin sulfat segera terbentuk bercak berwarna merah lembayung. Saat vanilin dalam suasana asam disemprotkan pada pelat hasil elusi dan membentuk
bercak merah lembayung segera dan setelah pemanasan hal ini menunjukkan golongan senyawa flavonoid Markham, 1981. Sedangkan bercak pada Rf sekitar
0,75 – 0,79 dan 0,80 – 0,85 tidak dapat teridentifikasi golongan senyawanya
karena hanya terjadi pengarangan dengan reagen asam sulfat 5 vv.
82
Tabel XVVIII. Hasil deteksi secara fisik dan identifikasi golongan senyawa menggunakan reagen semprot isolat ekstrak kacang hijau
Isolat Rf
Visual UV 254
nm UV 366 nm
FeCl
3
AlCl
3
Dragend orff
Vanilin sulfat
H
2
SO
4
5 vv Interpretasi
hasil 1
0,85 - 0,90 -
meredam ++
Berpendar hijau +++
- Berpendar
Kuning kehijauan
+++ -
- Terjadi
pengarangan 2 bercak
Flavonoid
2 0,80 -0,85
- meredam
+++ Berpendar
hijau +
- -
- -
Terjadi pengarangan
- 3
0,70 – 0,74
- meredam
+ Berpendar
hijau ++ -
Berpendar Kuning
kehijauan +
- -
Terjadi pengarangan
Flavonoid
0,75 – 0,79
Kuning +++
- -
Hijau ++
- -
Ungu +++
Terjadi pengarangan
Fenolik Terpenoid
0,80 – 0,85
hijau +
- Berpendar
merah +++ -
- -
Terjadi pengarangan
- 4
0,70 – 0,74
- meredam
+++ -
- Berpendar
Kuning kehijauan
++ -
Merah lembayung
+++ Terjadi
pengarangan Flavonoid
0,75 – 0,79
kuning +
- -
- -
- -
Terjadi pengarangan
- 0,80
– 0,85 hijau
+ -
Berpendar merah
+++ -
- -
- Terjadi
pengarangan -
Tabel XVIX. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas, UV protection dan antibakteri isolat senyawa ekstrak kacang hijau
No. Sampel Penangkapan radikal
bebas UV protection
Antibakteri Hasil
mass loading minimal
Hasil mass loading
minimal Hasil
massa minimal
1 Isolat 1
+ 10 µg
+ 30 µg
- -
2 Isolat 2
+++ 10 µg
+ 20 µg
- -
3 Isolat 3
++ 10 µg
+ + 20 µg
+ 200 µg
4 Isolat 4
++ 10 µg
+ 30 µg
+ 200 µg
Berdasarkan uji aktivitas isolat yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa isolat dari ekstrak kacang hijau memiliki aktivitas penangkap
radikal bebas, UV protection, dan antibakteri, dengan keterangan sebagai berikut : Isolat 1 dan 2 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection,
Isolat 3 dan 4 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, UV protection, dan antibakteri.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan