ini dilakukan juga dengan bantuan energi mekanik berupa shaker, bertujuan untuk mengoptimalkan kontak antara pelarut dengan serbuk, sehingga serbuk
terbasahi merata dan akan mencegah terjadinya pengendapan. Adanya pengendapan akan mengurangi daya untuk menyari senyawa pada serbuk, hal ini
karena kontak partikel dengan pelarut semakin kecil. Seusai proses maserasi dilakukan tahap penyaringan, proses penyaringan dilakukan dalam 2 tahap,
diawali penyaringan menggunakan kain mori, dilanjutkan penyaringan menggunakan kertas saring whatman no: 41, penyaringan bertujuan agar cairan
hasil maserasi terpisah dari serbuk simplisia. Proses penguapan selanjutnya dilakukan dengan vaccuum rotary evaporator,
alat ini berperan menguapkan pelarut dan mengkondensikannya kembali sehingga pelarut yang telah menguap dapat
diperoleh kembali dalam keadaan terpisah, alat ini juga disertai dengan adanya pompa vakum yang berfungsi menurunkan tekanan dalam labu alas bulat sehingga pelarut
dapat menguap dibawah titik didihnya. Hasil akhir dari proses penguapan ini yaitu ekstrak kacang hijau yang telah tidak mengandung pelarut etanol lagi dan selanjutnya
dihitung kadar air ekstrak kacang hijau menggunakan metode susut pengeringan.
2. Hasil ekstraksi kulit dan keping biji kacang hijau
Pembuatan ekstrak kulit dan daging kacang hijau bertujuan untuk mengetahui bagian kulit ataukah keping biji kacang hijau yang berperan terhadap
aktivitas kacang hijau. Oleh sebab itu, ekstrak kulit dan keping biji kacang hijau dibuat untuk diteliti lebih lanjut. Proses pembuatan ekstrak kulit dan keping biji
kacang hijau sama seperti metode ekstraksi pada kacang hijau.
3. Hasil susut pengeringan ekstrak kacang hijau
Susut pengeringan ekstrak kacang hijau dapat menggambarkan kadar air yang terkandung dalam ekstrak kacang hijau, dalam kondisi apabila bahan tidak
mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap. Kadar air menjadi penting untuk diketahui karena kandungan air yang terlalu tinggi pada
ekstrak rawan ditumbuhi oleh kapang dan rawan terjadinya peristiwa enzimatis. Berdasarkan proses susut pengeringan ekstrak, diperoleh gambaran kadar
air ekstrak kacang hijau yaitu 37,68 bb dengan data perhitungan terlampir lampiran 5, kadar air 37,68 bb terbilang cukup tinggi berdasarkan persyaratan
kadar air menurut Materia Medika Indonesia 1995 adalah 10, sehingga perlu dilakukan proses pemekatan untuk menurunkan kadar air pada ekstrak
kacang hijau. Proses pemekatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan desikator yang telah diisi dengan batu gamping, batu gamping berfungsi sebagai penyerap
air sehingga diharapkan kandungan air dalam ekstrak kacang hijau dapat berkurang. Setelah pemekatan dilakukan dengan desikator tersebut maka
didapatkanlah ekstrak kental kacang hijau dengan rendemen ekstrak sebesar 12,50 bb, dengan data perhitungan terlampir lampiran 4.
4. Hasil pemerian ekstrak kacang hijau
Berdasarkan pengamatan organoleptis terhadap ekstrak kacang hijau dapat diketahui bahwa warna dari ekstrak kacang hijau adalah hijau lumut, bau
khas kacang hijau sedikit pesing, tidak berasa, dan bentuk ekstraknya berupa 2 fase terdapat fase cair dan fase semipadat.
D. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kacang Hijau