Buah, berbentuk polong. Panjang polong 5 - 16 cm, setiap polong berisi 10 - 15 biji. Polong berbentuk bulat silindris dengan ujung agak runcing atau
tumpul. Polong yang masih muda berwarna hijau, setelah tua menjadi menghitam, polongnya memiliki bulu-bulu halus Purwono, 2012.
Biji, berbentuk bulat, memiliki bobot 0,5 – 0,8 mg, kulitnya hijau berbiji
putih Purwono, 2012.
3. Kandungan kimia kacang hijau
Kandungan dari kacang hijau, yaitu protein, polyphenol, polypeptides, polysaccharides, enzym, peptides, phytosterol, amino acids
, flavone, isoflavone, flavonoids, isoflavonoids Tang, Dong, Ren, Li, He, 2014.
Selain itu juga kacang hijau merupakan penyedia kandungan fatty acids, minerals
, dan tocopherols Anwar, Latif, Przybylski, Sultana, Ashraf, 2007. Kacang hijau mengandung isoflavon, yang memiiki
struktur kimia hampir sama dengan estrogen, isoflavon sering disebut fitoestrogen atau estrogen nabati
Iswandari, 2006.
B. Antioksidan
1. Definisi antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang berperan dalam menghambat oksidasi yang diperantarai oksigen. Senyawa antioksidan memegang peranan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit. Hal tersebut disebabkan
senyawa antioksidan dapat mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh radikal bebas Percival, 1998.
Sistem antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok enzimatik dan bukan enzimatik. Antioksidan enzimatik terdiri dari superoxide
dismutase SOD , catalase dan glutathione peroxidase. Antioksidan bukan
enzimatik terdiri dari vitamin E, vitamin A, provitamin A β-karoten, dan vitamin C. Antioksidan enzimatik secara alamiah dihasilkan oleh tubuh sedangkan
antioksidan bukan enzimatik diperoleh dari luar tubuh Fouad, 2005. Berdasarkan cara kerjanya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan primer,
antioksidan sekunder, dan antioksidan tersier. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer, apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada
senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil Winarsi, 2007. Antioksidan primer bekerja
dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru, atau mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif Winarsi,
2007. Antioksidan sekunder disebut juga sistem pertahanan preventif.
Pembentukan senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau jika sudah terbentuk, senyawa itu dirusak. Kerja sistem antioksidan sekunder,
yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkapnya. Antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C,
karoten, flavonoid Winarsi, 2007.
Antioksidan tersier bekerja dengan memperbaiki jaringan sel – sel yang
sudah rusak akibat radikal bebas Winarsi, 2007.
2. Metode penangkapan radikal DPPH
Radikal 2, 2- diphenyl-1- picrylhidrazyl DPPH memiliki absorpsi maksimal pada 517nm, yang akan menurun dengan adanya reaksi dengan radikal
scavenger . Perubahan warna yang terjadi dapat diamati dengan menggunakan uji
KLT, pelat KLT hasil elusi yang telah kering akan disemprotkan dengan larutan 0,2 bv DPPH dalam metanol. Senyawa aktif free-radical scavenging nampak dengan
adanya bercak kuning hingga putih dengan latar ungu Marston, 2011. Senyawa yang beraksi sebagai penangkal radikal bebas akan mereduksi
DPPH yang dapat diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari meredam menjadi kuning. Perubahan warna terjadi ketika elektron ganjil dari radikal DPPH
telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkal radikal bebas yang akan membentuk DPPH-H tereduksi Molyneux, 2004.
Gambar 1. Reaksi 2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazil radical DPPH dengan radical scavengers Marston, 2011
C. UV