Distrito kabupaten AinaroSub-Distrito Hatu-Builico

kepada pemimpin dan norma-norma Institut. Sebagai awam yang berbakti mengandaikan sesuatu kesediaan hati untuk hidup di tengah dunia, bersama dunia dan bagi dunia sebagai saksi, lewat pekerjaan, pewartaan, dan tingkah laku. 119 Maka panggilan menjadi sekular tidak menjauhi dari dunia, melainkan awam hidup bakti di dalam dunia itu sendiri.

2. Berkembang Dengan Kendalanya Yang Terjadi Dalam ISMAIK.

Mengingat karya kerasulan yang menekankan pengembangan iman dan pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat terpencil dengan bermacam-macam tantangan hidup, maka misi Institut Sekular tidak mudah. Masyarakat di pedesaan tentu mengharapkan kehadiran penggerak di aneka tantangan hidup yang dihadapi, dan mengharapkan pemikiran dan kerjasama yang baik sehingga martabatnya dapat diangkat dan hidupnya lebih manusiawi. 120 Kendala yang dihadapi pada jaman atau saat ini yang paling mendesak adalah berkurangnya panggilan. Maka perlu di imbangi bahwa ketiga kaul yang diikrarkan, dalam hidup dan pilihan mencoba agar ketiga kaul ini nampak terwujud dalam hidup sehari-hari. Menghayati kaul berarti bekerja keras dan mempunyai daya juang yang tinggi serta memiliki semangat dalam karya pewartaan.

3. Kehadiran Para Anggota

Dengan hadirnya para anggota telah mengukir sejarah hidup persaudaraan dalam Institut Sekular, dengan menyerahkan diri, demi pelayanan kepada sesama. Suatu awal yang sederhana dan benar-benar terjadi dalam sejarah Institut. Kehadiran para anggota sebagai garam dan terang dunia, di dalam karya pelayanan yang dikembangkan dipedesaan. Pelayanan dan pendampingan oleh Pendiri, para anggota dan kolaborator sebagai salah satunya memberi jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Maka 119 . Konstitusi Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, tahun 1998. hlm. 13. 120 . Maria de Lourdes Martins “ Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institute for Liberation, Dili, Timor Loro Sa’e. tahun 2001. hlm. 80. setiap peristiwa yang muncul dan dihadapi oleh para anggota dan kolaborator di wilayah- wilayah pedesaan menjadi moment yang penting dalam panggilannya. 121 Disanalah mereka mengalami suasana yang justru semakin memberi dorongan bagi dirinya untuk maju terus dan menghayati panggilan. Para anggota dan kolaborator mengambil bagian dalam pengembangan karya kerasulan. Dalam karya evangelisasi yang integral perlu digarisbawahi dimensi sosio-budaya-manusiawi, juga ditekankan kesatuan antara pelayanan iman dan penegakkan keadilan. 122 Kegiatan mengembangkan pastoral integral harus menyatukan dengan kegiatan katekese umat dengan tindakan nyata. Pastoral adalah usaha dari hirarki, para biarawanbiarawati, dan katekis terutama melalui bidang-bidang pewartaan dan liturgis, untuk menyampaikan Kabar Sukacita pada orang-orang yang belum dibaptis, serta meningkatkan penghayatan iman bagi mereka yang sudah menjadi anggota Gereja. Berdasarkan rumusan tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan pastoral di Timor Leste masih cukup berpengaruh oleh model Gereja piramidal dan Sakramental. Ternyata yang bertanggungjawab bagi pembangunan Gereja hanya hirarki, para rohaniwan dan katekis. Umat pada umumnya tidak dilibatkan. 123 Oleh karena itu mau memulai Kelompok Gerejani Basis di Timor, ada bahaya jangan-jangan diartikan mau memikirkan suatu Gereja yang “baru” yang berlawanan dengan Gereja yang tradisional. Maka harus dijelaskan yang diinginkan adalah memikirkan suatu cara baru menjadi Gereja. 124 Gereja yang akan bergerak dari bawah harus melalui orang-orang sederhana, yang tinggal jauh dari paroki. 121 . Diambil dari cacatan harian “Pendiri Agenda” tahun 2004. 122 . Tom Jacobs “Gereja Menurut Vatikan II” Kanisius, Yogyakarta, tahun 1987. hlm. 38. 123 . Maria de Lourdes Martins “Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institute forLiberation, Dili, Timor Loro Sa’e. tahun 2001. hlm. 24. 124 . Maria de Lourdes Martins “Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institute forLiberation, Dili, Timor Loro Sa’e. tahun 2001 hlm. 28. Pertama-tama tumbuh dan berkembang dalam Institut sendiri, sehingga Institut mampu terlibat dalam dunia katekese, membantu umat mengimani Kristus dengan karya pewartaan, mulai dari bawah. Pengembangan pelayanan pastoral itu sendiri di Gereja dan masyarakat yang dilayani, merupakan hal pokok yang dikembangkan oleh Institut. Merupakan tindakan kongrit yang diwujudnyatakan melalui pendampingan iman umat di daerah pedesaan Timor Leste. Merupakan perwujudan Karisma kongregasi karena kekhasan kongregasi juga adalah keterlibatan aktif dalam hal pelayanan integral dalam Gereja lokal. Maka Gereja-gereja lokal janganlah dilihat sebagai cabang dan perwakilan dari Gereja universal, melainkan sebaliknya Gereja universal dibentuk dari bawah, Gereja-gereja lokal. 125 Dalam hal ini Institut Sekular terlibat langsung dengan masyarakat melalui pendidikan non formal dalam asrama, kesehatan dan pendampingan komunitas basis, yang saat ini dikembangkan oleh Pendiri, para anggota dan kolaborator Institut Sekular.

B. Panggilan Sekuler

Pada bagian ini sedikit memberikan keterangan sebagaimana juga terjadi pada tahun 1553, yang lama berkembang secara historis, Institut sekular telah ada dari duluh sebagai perkumpulan umat yang mengikrarkan tiga nasehat Injil. Secara pribadi dihadapan pimpinan yang diakui secara resmi oleh Gereja. Santa Angela Mericilah yang mendirikan Institut sekular pada tahun 1553, dan berubah menjadi lembaga hidup religius ordo Santa Ursula Ursulin disingkat menjadi OSSU, dan dalam tingkat kepausan. Dalam perbedaannya adalah Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, yang masih dalam tingkat keuskupan setempat, dan masih asli tidak berubah menjadi Institut religius. Sedangkan dalam kesamaannya terdapat hubungan erat antara Institut Sekulir, Gereja dan 125 . Tom Jacobs “Gereja Menurut Vatikan II” Kanisius, Yogyakarta. tahun 1989. hlm. 31.