Perkembangan Sistem Pendidikan Di Timor

BAB III DINAMIKA ISMAIK DI GEREJA TIMOR LESTE DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKATNYA. Pada bab ini akan memfokuskan pembahasan tentang pembinaan para calon menjadi anggota pertama dan perkembangan karya pelayanan di pedesaan Timor Leste, serta proses perubahan masyarakatnya sesuai dengan situasi politik yang terjadi. Situasi politik juga membawa pengaruh yang sangat kental sekali, dalam hal ini kekerasan yang dialami oleh masyarakat. Ketika mau menjelaskan dinamika perkembangan sejarah lahirnya Institut, tidak terlepas dari proses sejarah politik yang terjadi di Timor Leste. Situasi politik yang terjadi, menjadi suatu inspirasi bagi Pendiri untuk merintis ISMAIK di Gereja Timor, karena melihat penderitaan rakyat. Bukanlah semata-mata menceritakan perjalanannya sejarah, melainkan suatu tindakan konkret yang di kisahkan dalam sejarah Gereja Timor. Tindakan konkret ini berlangsung dalam ISMAIK melalui karya pelayanan yang dikembangkan oleh para anggota dan kolaborator di wilayah pedesaan Timor Leste. Dan akan dibahas dalam bab ini, bagaimana proses dinamikanya pelayanan ISMAIK di wilayah pedesaan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat setempat melalui karya-karya yang dikembangkan oleh Pendiri, para anggota dan kolaborator ISMAIK. Tidak terlepas juga sedikit menjelaskan tentang perubahan sosial masyarakat yang terjadi di Timor Leste. Perubahan yang terjadi di Timor tidak terlepas dari sejarahnya. Sejarah rakyat Timor Timur seakan terulang. Jika dulu tali-temali sejarah yang mempersatukan orang Timor Timur dengan orang Timor Barat NTT diputus oleh kolonialismeimperialisme Portugal dan Belanda dan sekarang Timor Timur lepas dari Indonesia melalui tangan PBB. Rakyat Timor Timur dalam segala hal terikat hubungan dengan orang Timor Barat. Perkawinan antarsuku di kedua daerah telah lama berlangsung, bahkan jauh sebelum Portugal dan Belanda datang ke pulau Timor. Begitu juga dengan lalulintas orang dan barang, yang menjadi pemandangan sehari-hari. Tinjauan aspek etnis, budaya, dan sejarah menunjukkan rakyat kedua bagian Pulau Timor mempunyai hubungan erat. 61 Bahwa budaya Timor Timur sekarang ini sangat jauh berbeda dengan Timor Barat, dan Timor Timur lebih berwarna Portugal. Perubahan kebudayaan juga datang dari penguasa yang menguasai. Tetapi pada bagian ini bukan mau membahas soal politik yang menguasai, melainkan dari segi politik yang menyoroti perubahan di Timor Leste. Satu segi yang sangat penting dalam perkembangan di Timor Leste adalah kebebasan. Dalam hal kebebasan ialah bebas beraktivitas tidak ada teror atau ancaman-ancaman, dan kekerasan yang mengganggu situasi rakyat. 62 Masyarakat bebas dari ancaman dan ikatan-ikatan untuk berggerak setelah Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia. Perkembangan yang lain dalam bentuk fisik yaitu bangunan. Ketika kerusuhan Timor Timur pada tahun 1999, kantor-kantor, gedung sekolah, rumah-rumah warga dihancurkan atau diratakan oleh pihak anti kemerdekaan. Suatu kegembiraan yang lahir dari kebebasan yang baru didapatkan tetapi juga penderitaan besar akibat kesulitan kehidupan sehari-hari bagi mayoritas rakyat. 63 Dengan situasi militer yang buntu, oposisi Gereja semakin kuat dan dalam pemerintahan sendiri juga tetap ada, untuk membela rakyat . Begitu pula akan terus terjadi protes yang spontan di kota-kota utama dan desa-desa. Betapapun, perubahan itu penting hanya akan datang kalau ada perubahan politik 61 . Zacky Anwar Makarin, dkk “Hari-hari Terakhir Timor-Timur, Sebuah kesaksian” PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. tahun 2003. hlm. 394. 62 . Joseph Nevins “ Pembantaian Timor Timur” Galangpress. Yogyakarta. tahun 2008. hlm. 6. 63 . Ibid. hlm. 275. di Indonesia. 64 Ini merupakan suatu tahap perkembangan awal yang terjadi dalam sejarah Timor Leste setelah memisahkan diri sebagai Negara terkecil di Asia. Maka akan dijelaskan pula dinamika internal dan dinamika eksternal, tetapi lebih berfokus pada dinamika sejarah lahir dan pembentukan Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu” dan karya yang dikembangkan di Timor Leste. Dinamika internalnya, Pendiri dan para anggota menunaikan tugas misinya di Timor sejak tahun 1989-2009 di Gereja Timor. Selama 20 tahun pertama ini, karya yang dikembangkan membuka asrama untuk anak-anak yang kurang mampu dalam segi ekonomi, pendampingan iman umat, pelayanan kesehatan, pendidikan non formal, pelayanan sosial. 65 Misi Institut Sekular di Timor dilaksanakan oleh Pendiri dan para anggota yang pertama. Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, primeiro Instituto nativo Diocesana, fundadora hahu iha Dili tinan 1989 ISMAIK, Institut Sekular yang pertama lahir di Dioses Dili, Pendirinya memulai pada tahun 1989. 66 Pendiri merasa didorong oleh situasi dan keadaan masyarakat yang ada, dipanggil untuk mendirikan ISMAIK, dengan semangat mengabdikan dirinya kepada sesama, terutama kaum kecil yang tak berdaya dipedesaan Timor Leste. Semangat perjuangan tanpa menyerah meskipun banyak cobaan dan tantangan yang harus dihadapi baik dalam kelompok maupun realita dalam masyarakat. Perjuangan selalu menjiwai dirinya untuk terus berkembang dan berggerak untuk menjawab persoalan masyarakat dipedesaan. Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu” sebagai awam hidup bakti yang hidup ditengah dunia dan menguduskan dunia. Menjadi pusat perhatian dalam ISMAIK adalah kaum kecil yang tak berdaya. 64 . John G. Taylor “Perang Tersembunyi” Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan, Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor Timur. Jakarta. tahun 1998. hlm. 346. 65 . Diambil dari catatan harian “Agenda Pendiri” tahun 2005. 66 . Diambil dari tulisan Pendiri “ISMAIK Vocacao Foun ba Igreja no RDTL” tanpa penerbit tahun 2004. hlm. 2. Dinamika eksternal. Institut Sekular di Gereja Timor Leste, menaggapi situasi dan perkembangan masyarakat setempat. Perkembangan situasi politik yang terjadi di Timor Leste, mewarnai Gereja yang berperan aktif dalam situasi aktual. Atas cara yang sangat unik Gereja telah melibatkan dirinya dalam situasi rakyat Timor Loro Sa’e. Kenyataan ini bukan diukur dengan kwalitasnya saja, bahwa setelah bergulirnya politik “integrasi ke dalam wilayah Indonesia” umat Katolik bisa berkembang menjadi 97 dari penduduk Timor Loro Sa’e. Masyarakat Timor Loro Sa’e melihat Gereja sebagai sebuah institusi yang dengan gagah berani membela kepentingan masyarakat. Khususnya ketika mereka merasa tertekan dan terpenjara di kampung halamannya. 67 Perubahan sosial masyarakat yang konkret terjadi di Timor Leste yaitu kebebasan dari penindasan politik. Masyarakat merasa nyaman dan tidak ada lagi segala macam ancaman dan teror yang mengganggu aktivitas masyarakat. Juga kebebasan sangat dirasakan oleh masyarakat, untuk berinteraksi, kebebasan mengungkapkan pendapat atau bersuara, adanya hak asasi manusia melalui CAVR. 68 Keadaan yang terjadi dan berubah drastis di tahun 1999 dalam sosial masyarakat Timor Leste. Hubungan antara kelompok masyarakat terlihat kaku, yang paling terasa adalah pudarnya budaya masyarakat dengan militer Indonesia. Ketakutan, cemas dan bingung, bahkan putus harapan karena terjadi penindasan yang di alami oleh masyarakat. Adanya usaha dan kerjasama untuk memperjuangkan kemerdekaan Bangsa. Jalan untuk penyelesaian konflik di Timor Timur secara politik baru terbuka di akhir perang dingin, setelah terjadi perubahan tatanan politik internasional. Membahas tentang perubahan sosial masyarakat di Timor Leste, sungguh tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada 7 Desember 1975 di Timor Loro Sa’e; yakni 67 . SEARA Boletim Eclesiastico da Diocese deDili Timor oriental 50 tahun 1949- 1999 AA. No. 759.Ex. +87.12.05. hlm. 46. 68 . Chega. hlm. 10. yang terjadi Indonesia masuk Timor Timur. Perubahan dalam beradu ideologi untuk mempertahankan kebebasan. Lembaga-lembaga yang muncul berkat kebebasan pengaturan pemilihan presiden pertama dimuat dalam Regulasi No. 20021 yang merupakan produk hokum bersama antara pemerintah transisi yang didominasi oleh Fretilin dan pengaruh UNTAET. 69 Ketika suatu rejim kekerasan berakhir, peluang untuk menciptakan masa depan yang damai akan lebih besar, jika ketidakadilan yang pernah dialami itu tidak dilupakan. Perkembangan situasi di Timor Leste dengan adanya usaha Gereja semakin berakar dalam masyarakat. Pemerintahan pasca Suharto bisa jadi membuat perubahan di Timor Timur. Gambaran masyarakat Timor Timur yang paling penting adalah sistem kekerabatan dan aliansi sosial politik, yang merupakan inti dalam masyarakat maupun antara masyarakat. Sistem ini begitu besar mempengaruhi semua lapangan kehidupan, baik di bidang ekonomi maupun agama dan kebudayaan yang berbeda namun menciptakan suasana kekerabatan dalam persaudaraan. Terjaganya sistem kekerabatan memungkinkan masyarakat mempertahankan perlawanan terhadap gangguan dari luar. Pada masa akhir kekuasaan kolonial, Portugal mulai menyadari pentingnya sistem kekerabatan dalam organisasi perlawanan kekuasaan kolonial. 70 Dengan intimidasi yang dialami oleh kelompok maupun perorangan dalam keluarga, orang dewasa maupun anak-anak sekolah yang terjadi di Timor Timur dalam situasi politik sesungguhnya. 71 69 . Avelino M. Coelho Shalar Kosi FF, “Dua Kali Merdeka Esai Sejarah Politik Timor Leste”, Djaman Baroe, Yogyakarta. 2002. hlm. 105 70 . John G. Tylor “Perang Tersembunyi” Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor Timur. Jakarta. tahun 1998. hlm. 346-347. 71 . Zacky Anwar Makarin, dkk “Hari-hari Terakhir Timor-Timur, Sebuah kesaksian” PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. tahun 2003. hlm. 1-2. Negara Timor Leste setelah memisahkan diri dari Negara Indonesia menjadi sebuah Negara yang kecil, dan mengalami perubahan. Masyarakat bebas dari ancaman atau teror dan penindasan yang terjadi selama dua puluh empat tahun di Timor Timur. Masyarakat Timor harus menentukankan haknya sendiri. Ada tiga syarat hak yang diberikan kepada rakyat Timor, bebas untuk memilih atau menentukan estado pemerintahnya sendiri, bebas untuk mengatur ekonominya, sosial, budayanya. Bebas untuk mengembangkan potensi alam yang ada. 72 Perkembangan dan kebebasan yang dialami oleh masyarakat, menjadi suatu kebanggaannya tersendiri. Akan tetapi masih mengalami kekurangan dan kendala yang muncul seperti; masih banyak penganguran, kurangnya lapangan kerja, masih banyak yang menjadi penontong atau pasif dan banyak juga yang mencari kerja keluar Timor Leste sendiri. Kualitas manusianyapun masih kurang dan dalam tahap persiapan. Suatu tantangan yang dihadapi pada zaman sekarang ini, kesenjangan ini dapat dijumpai dalam realita masyarakat yang dilayani. Kendala-kendala ini yang dapat dijumpai dalam masyarakat, meskipun Timor Leste sudah diakui oleh dunia internasional 20 Mei 2002, sebagai Negara baru. 73 Tetapi masih dalam tahap berjuang untuk membangun Negara yang baru ini. Maka Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu” yang lahir dan hadir ditengah dunia ikut memperihatinkan juga generasi penerus Bangsa melalui karya pelayanan dimana ISMAIK berkarya.

A. Tugas Perutusan Mana Lu Yang Pertama

Pada kesempatan istimewa ini juga, Pendiri Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, menerima tugas perutusan pertama dari uskup Belo, bulan September 1989, dan menempatkan di Baucau. Dengan tujuan mau membantu mengajar di PGA Pendidikan Guru 72 . Chega. 2005. Laporan Komisi Pemerintahan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi. hlm. 53. 73 . Avelino M. Coelho Shalar Kosi FF, Dua Kali Merdeka Esai Sejarah Politik Timor Leste, Djaman Baroe, Yogyakarta. 2012. hlm. 104. Agama Baucau karena sangat membutuhkan tenaga guru, tetapi tugas perutusan ini tidak disetujui oleh ketua Yayasan yaitu Padre Filomeno Jacob. Ia tidak memberikan surat rekomendasi untuk mengajar di PGA Baucau. Oleh karena itu kedatangan Mana Lu di Baucau tidak diterima oleh Padre Superior yaitu Padre Manuel yang sebagai pastor paroki di Baucau. Meragukan panggilan Mana Lu, meskipun uskup mengharapkan padre Manuel bisa menolong dan mendukung panggilannya namun semuanya ini hanya sia-sia. 74 Padre hanya menggunakan Mana Lu, sebagai tenaga penolong di paroki Baucau, dalam bidang pembinaan dengan kelompok-kelompok yang telah dibentuk seperti: kelompok doa, Legio Maria, muda- mudi, katekis, calon komuni pertama dan lain-lain. Pengalaman yang dialami oleh Pendiri di Baucau. Setelah melewati cobaan dan pengalaman itu, Padre Agustinho Pr, staf pengajar PGA, meminta Mana Lu untuk menggantikannya mengajar mata pelajaran psikologi, liturgi dan pastoral, per minggu delapan belas jam mengajarnya, tanpa gaji dari ketua yayasan. 75 Hanya mendapat sumbangan dari kepala sekolah Bapak Yosef Seran, senilai tiga puluh lima ribu rupiah Rp 35.000, untuk kebutuhan sehari-hari Mana Lu dan Meriquita. Yosef Seran adalah kakak kelasnya Mana Lu di STFK Yogyakarta, yang menjabat sebagai kepala sekolah. Meriquita bukan aspiran tetapi Meriquita sebagai teman untuk menemani Mana Lu di Baucau. Bukan suatu persoalan dengan pengalaman yang dialami oleh Mana Lu di Baucau, melainkan sesuatu kesempatan yang berharga dan penting untuk bertemu dengan para aspiran di paroki Viqueque dan Ossu. Selain waktu mengajar Mana Lu juga diundang oleh pastor paroki, Padre Antonio Gonsalves Pr. dan padre Andreas Hane SVD, untuk 74 . Diambil dari tulisan Pendiri “Sejarah Perkembangan Lahirnya ISMAIK tahun 1989-1993” tanpa penerbit Dare, Dili-Timor Leste. tahun 1996 hlm. 6. 75 . Ibid. hlm. 8. memberi pembinaan kepada kelompok-kelompok yang telah dibentuk oleh paroki. Seperti kelompok anak-anak, putra-putri altar, muda-mudi, kelompok orang dewasa, katekis dan lain- lain. Kelompok binaan ini bukan baru bertemu di tahun 1989, melainkan tahun 80-an itu sudah sering bertemu. Maka banyak kaum muda-mudi yang di paroki Viqueque dan Ossu sudah kenal siapakah Mana Lu itu, dengan cita-cita yang tinggi untuk menolong kaum kecil dipedesaan. Perutusan ini menjadi moment yang penting, untuk mengadakan pertemuan dengan para aspiran dan simpatisan yang telah saling mengenal satu sama lain di tahun 80-an itu. Banyak kaum remaja dan muda yang bersimpati dengan cita-citanya, kebanyakan yang berpendidikan SLTP dan SLTA. Ada tiga orang aspiran yang bertemu tahun 1988 di paroki Viqueque yaitu; Palmira, Adelia, Rita Gonzaga, akan tetapi masih tahap pendidikan SLTA, dan masih tinggal bersama keluarganya masing-masing. 76 Dari ketiga orang ini, dan bertambah lagi tujuh belas orang yang masih SMP tahap akhir, kecuali di antara mereka satu orang yang sudah SMA kelas tiga. Simpatisan pertama terdiri dari kelompok pelajar SLTA mereka ini berasal dari kabupaten Ermera, Viqueque Dili dan Liquica. Kelompok ini ada yang sudah lama bergaul dengan Pendiri dan ada pula yang baru, mereka adalah dari ketiga yang diatas dan ditambah lagi dari Kabupaten Viqueque; Helena Alves, Recardina, Cicilia, Herminha, Margarida, Francisca Rangel, Maria Lina, Felisidade, Felizmina, Marcelina Soares, Juleta Soares, Anastacia Soares, Fransisco Pinto. Dan kabupaten Ermera; Ermelinda Martins dan Dominggas da Costa. Kabupaten Liquica; Dominggas Gonsalves dan kabupaten Dili; Lourdes Cruz. 77 76 .Diambil dari tulisan Pendiri “Sejarah Perkembangan ISMAIK tahun 1989-1993” Dare, Dili-Timor Leste tanpa penerbit tahun 1996. hlm. 8. 77 . Diambil dari catatan harian “Agenda Pendiri” tahun 1989. di Baucau. Meskipun pendidikannya yang masih SMP dan SMA akan tetapi diperhatikan secara khusus ketika berkunjung ke paroki Viqueque untuk dipersiapkan masuk aspiran dan simpatisan Institut. Dengan demikian mereka hanya menunggu panggilan dari Mana Lu, yang sebagai Pendiri kapan mereka akan berkumpul dan hidup bersama dalam kelompok dengan cita-cita yang sama. 78 Ini misi pertama Pendiri dengan cita-citanya yang akan dirintis menjadi suatu lembaga hidup bakti di tengah dunia.

1. Penarikan Kembali Mana Lu ke Dili

Selama setahun tugas perutusan di Baucau, Mana Lu menjalankan tugasnya mengajar di PGA dan kegiatan-kegiatan ekstra lainnya. Tujuan pertama penarikan kembali oleh uskup Belo ke Dili, karena mau mengajar di IPI Institut Pastoral Indonesia, Dili dan bekerja di komisi Kateketik Diosesan. Dan tujuan kedua karena permintaan kembali ke Dili, Mana Lu mau memulai hidup bersama untuk mendidik dan mempersiapkan para simpatisan yang bergabung. Maka selalu berkonsultasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Uskup Belo, tentang panggilannya yang dimulai hidup bersama sebagai Institut Sekular. 79 Dengan permintaan ini Uskup Belo, menarik diri kembali ke Dili. Untuk memulai karirnya di rumah omnya Manuel Cruz, yang ditinggalkan ketika pasca kerusuhan tahun 1975, di Bairo- pite Dili. Tahap-tahap persiapan awal, tempat yang diberikan oleh keluarganya dan kebutuhan-kebutuhan lain yang akan digunakan dalam kelompok, maupun sumbangan dari keluarga para aspiran dan simpatisan. Pada tahun 1989, para aspiran dan Pendiri sering pertemuan dan melakukan Ekaristi bersama di kediaman Uskup. Dengan tujuan agar saling mengenal satu sama lain, 78 . Diambil dari tulisan Pendiri “Sejarah Perkembangan ISMAIK tahun 1989-1993” Dare, Dili-Timor Leste tanpa penerbit tahun 1996. hlm. 10. 79 . Ibid. hlm. 27. dan saling membagi pengalaman, terutama cita-cita yang akan dicapai. Pertemuan dan retret bersama kelompok pertama atau disebut “Pre-simpatisan” tanggal 19-29 Desember 1989, selama seminggu. Pertemuan itu atas persetujuan Bapak Uskup Carlos dan diselenggarakan di kediamannya Lecidere, Dili. 80 Setelah pertemuan pre-simpatisan, tepat pada tanggal 29 Desember 1989, ditutup dengan pembaharuan profesi yang ke IV Mana Lu, di kapel “Paco Episcopal Dili”. Perayaan Ekaristi diselenggarakan oleh Bapak Uskup beserta tiga orang imam yaitu; padre Hilario Pr.almarhum, padre Antonio Gonsalves Pr. dan padre Yosep Tani SVD. Mana Lu mengucapkan janji setia dihadapan hirarki Gereja, kelompok simpatisan dan utusan dari keluarga. 81 Inilah pertemuan pertama para pre-simpatisan Institut dan menyaksikan langsung dalam pengucapan janji setianya pendiri dihadapan para hirarki di tahun 1989.

2. Tahap Persiapan Awal

Sebelum hidup bersama dalam kelompok persaudaraan, hal yang dilakukan oleh Pendiri mengundang pre-simpatisan pada bulan Juli 1990, baik kelompok yang sudah ada maupun akan masuk berkumpul dan diadakan retret bersama. Persetujuan Bapak Uskup, maka mulailah Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu” di Diosesan Dili. Oleh sebab itu sebelum hidup bersama hal yang dilakukan adalah retret selama seminggu bersama Romo Fransiskus Tan SJ, di TOR Tahun Orientasi Rohani Dare, pembimbing retret adalah Romo Tan bersama Mana Lu sendiri. Dalam retret ini Romo menegaskan bahwa bagaimana menanggapi panggilan Tuhan menjadi anggota Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, sebagai kongregasi pribumi di situasi real ini. Maka Romo menegaskan bahwa harus rajin berdoa, bekerja dan perhitungkan dengan alam Timor yang kaya-raya pada tanah dan lautan 80 . Diambil dari tulisan Pendiri “Sejarah Perkembangan Lahirnya ISMAIK tahun 1989-1993” Dare, Dili-Timor Leste tanpa penerbit tahun 1986. hlm. 4. 81 . Ibid. hlm. 17. jangan malas bekerja, menjadikan pengelaman untuk memotivasikan rakyat yang masih ketinggalan dalam segi kehidupan. Dalam hidup kebersamaan hal utama adalah doa, oleh karena itu jangan melalaikan hidup doa bersama dan pribadi. Romo Tan adalah seorang yang berdevosional kuat kepada Bunda Maria, maka retret sore hari diadakan berdoa Rosario bersama di Gua Lopez Dare. Dan berdoa khusus untuk kelompok yang akan dirintis ini menjadi kuat, dan Bunda Maria menjadi pelindung dan pembimbing kelompok yang masih lemah ini. 82 Intinya bahwa hidup doa adalah penting dalam kebersamaan. Institut Sekular hidup di tengah dunia dan sebagai awam hidup berbakti dan hidup di dunia ramai. Namun dalam tahap persiapan ini, Mana Lu cinta akan panggilannya maka terus berusaha untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan di dalam rumah. Dan orang tua sangat berperan penting untuk melengkapi kebutuhan berupa materi dan dukungan dalam tahap persiapan awal ISMAIK ini. 83 Pendiri mulai memikirkan program pembinaan dan latihan- latihan yang akan diberikan oleh Pendiri dan pembina, kepada aspiran yang akan berkumpul dan dikembangkan menjadi salah satu kegiatan rutinitas untuk pembentukan diri menjadi anggota Institut Sekular. Maka perlu merancang latar belakang aspiran itu sendiri. Faktor eksternal juga mempengaruhi latar belakang aspiran dan simpatisan Institut Sekular Dioses Dili. Hampir 70 dari masyarakat Timor Timur berada di daerah pedesaan yang berekonomi lemah. Ketidaktahuan dan kurangnya pendidikan mengakibatkan kemiskinan. Kemiskinan dalam berbagai macam bentuk kehidupan antara lain: Kesehatan, ekonomi, pendidikan, kesejahteraan hidup. Masyarakat menghendaki suatu kehidupan yang 82 . Diambil dari tulisan Pendiri “Sejarah Perkembangan Lahirnya ISMAIK tahun 1989-1993” Dare, Dili-Timor Leste tanpa penerbit tahun 1986. hlm. 30. 83 . Diambil dari cacatan harian “Agenda Pendiri”, tahun 1990.