Perkembangan Rumah Aileu dan Karyanya

lagi untuk berkarya. Mulai lagi dari awal pastoral kunjungan ke rumah-rumah warga melihat bahwa sangat sulit berkomunikasi dengan mereka karena tidak tahu berbahasa tetun sebagai yang digunakan dikalangan umum. Para orang tua dan anak-anak tidak tahu bahasa Tetun maka sulit sekali untuk berkomunikasi. Namun tetap mencoba dengan penerjema dari bahasa ibu ke bahasa Tetun. Sangat memprihatinkan masa depan anak-anak di dunia pendidikan, bagaimana selanjutnya ketika melanjutkan ke tingkat SMP, SMA dan penguruan Tinggi. Perlu diperhatikan mulai dari tingkat sekolah dasar, karena merekalah generasi penerus bangsa, dalam sharingnya maun Carlos. Meskipun sesulit apapun kita harus mencoba dan memperjuangkan dulu, jangan menyerah dalam hal pendampingan anak-anak baik lewat asrama terbuka maupun dalam pembinaan yang diadakan setiap hari minggu. Gembala baik harus tahu mengembalakan domba-dombanya agar tidak tersesat. 111 Maka mengingat bahwa anak-anak yang pada usia sekolah hanya menggunakan bahasa ibu dan mempersulitkan masa depan dan sulit untuk berkomunikasi dengan guru-guru. Maka pada tanggal 19 Januari 2001, diputuskan bersama dalam komunitas untuk asrama terbuka. Dengan pendekatan pastoral sudah tahu bahwa perlu membutuhkan tempat untuk mendidik anak-anak di usia pendidikan. Maka Pendiri mengutus seorang calon lagi yaitu Filomena, menjadi tiga orang di Loes untuk memulai asrama terbuka. Tepat pada bulan Januari tahun 2001, diutus untuk mengadakan pertemuan dengan orang tua dan kerjasama dalam mendidik anak-anak. Asrama ini dibuka untuk semua golongan, dengan program selama sebulan ada empat minggu, dan dibagi empat kelompok karena banyak jumlahnya. Satu kelompok terdiri dari tiga puluh lima orang murid dan kadang lebih dari jumlah itu. Selama seminggu mereka tinggal di asrama dan dengan berbagai cara untuk mendidik mereka, pendalaman bidang rohani, tingkatkan waktu belajar, rekreasi, kerja 111 . Majalah Misi Rosario, edisi IV tahun I Oktober-Desember 2012. Gembala yang baik menyerahkan nyawa bagi Domba-dombanya, susteran PRR St. Fransiskus Asisi Depok Jawa-Barat tahun. 2012. hlm. 3. bakti dan lain-lain. Setiap minggu ada perggantian kelompok binaan. Misi yang dikembangkan di asrama Loes, dan meningkatkan pelayanan pastoral di desa-desa yang terdekat. Pada tahun 1999-2001, sebagai tahun yang bersejarah juga bagi ISMAIK, karena pada tahun 2001 Pendiri bersama para anggota dan kolaborator menyebarkan misi pelayanan di wilayah Indonesia bagian Timur yaitu Atambua. Misi pelayanan di Atambua mendampingi dan mengarahkan para pengungsi yang masih tinggal di Timor Barat ketika kerusuhan tahun 1999, Timur Timor memisahkan diri dari Indonesia. Dengan tujuan Institut Sekular hanya hadir ditengah para pengungsi sebagai garam dan terang dunia, dan tidak memihak kepada siapa yang benar dan salah. Misi pelayanan ini yang membutuhkan proses yang lama dalam pendampingan, karena tidak saling menerima pro dan kontra meskipun sesama saudara. Situasi politik yang menciptakan sesama saudara saling bermusuhan dalam keluarga. Meskipun sesulit apapun Institut Sekular ingin mencoba hadir ditengah para pengungsi untuk mendengarkan keluh kesah yang dihadapi oleh para pengungsi. Misi pelayanan di wilayah Atambua karena kerja sama dengan pastor paroki Atapupu yaitu Padre Yosep Meak Pr. dan padre Maksi Pr, paroki St. Agustinus Vatubenao dengan pastor parokinya Padre Andreas Hane SVD. 112 Kerjasama ISMAIK dengan pastor paroki ini, untuk mendampingi dan memberi motivasi kepada para pengungsi yang ingin kembali ke Timor Leste. Kebanyakan para pengungsi hidupnya terlantar, dan banyak pengangguran. Dan hidupnya sangat menderita, dalam hal menderita dengan berbagai macam, tempat tinggal yang tidak layak, kurangnya ekonomi dan hidupnya melarat karena tidak memiliki lahan untuk bertani dan sebagainya. 112 . Diambil dari catatan harian “Pendiri Agenda” tahun 2001.