Situasi Geografis Dili Faktor Eksternal

ril. Diambil dari kata pengantar Max Lane dalam buku Dua Kali Merdeka Esei Sejarah politik.

2.1. Persoalan Politik

Perselisihan politik yang terjadi di Timor Timur menjadi awal dari kehancuran ideologi yang dibentuk oleh masing-masing partai politik. Perubahan yang paling mendasar terjadi dalam tubuh ASDT. Selama bulan Juni dan Agustus 1974, ASDT telah bekerja penuh di daerah-daerah. Meskipun tidak menjadi partai paling besar, tetapi ASDT berhasil meraih dukungan dikalangan Liurai raja yang menguasai wilayah-wilayah yang lebih strategis. Di Timor Leste para Liurai raja memiliki wewenang atau kekuasaan yang tinggi, dan sangat dijunjung dan hormati dimana-mana. Dukungan ini disimbolkan dengan bertemunya para pemimpin partai dengan Dom Boaventura, seorang Liurai raja pemimpin pemberontakan tahun 1912. Selama berkampanye, ASDT berulang kali menghadapi tuntutan untuk mewujudkan transisi ke kemerdekaan lebih jauh ketimbang yang lebih disebut dalam programnya. Keadaan ini membuat anggota ASDT merasa perlu mengubah struktur organisasi dan sasarannya. Hal ini dilakukan dalam sebuah konfrensi di Dili pada tanggal 12 September 1974. ASDT berubah menjadi organisasi politik baru, bernama Fretilin. Perubahan itu untuk mempertahankan gagasan mengenai hak menentukan nasib sendiri; sedang Fretilin dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan. 44 Perang saudara terjadi pada tahun 1975, pada saat itu terdapat dua kelompok yang bersengketa, yaitu Fretilin di satu pihak, dan kelompok gabungan Apodete, UDT, Kota dan Trabalhista di pihak lain. Fretilin mempunyai aliran yang radikal memilih untuk merdeka sendiri, sedangkan kelompok Apodete, UDT, Trabalhista, dan Kota mendukung 44 . John G. Taylor, “ Perang Tersembunyi“ Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan, Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor Timur. Jakarta. tahun 1998. hlm. 59-60. integrasi dengan Indonesia. Kedua kelompok ini saling bersengketa mengenai masa depan Timor-Timur. Persoalan menjadi lebih rumit setelah perselisihan dan pertentangan antara kelompok UDT dan Fretilin berujung pada Perang Saudara, dan ribuan senjata berbagai jenis dan caliber eks Portugal ketangan Fretilin. Dengan senjata itu pula ribuan warga Pro- Intergrasi dibantai dan dibunuh oleh kelompok Fretilin. Hingga kini kenangan tentang pembantaian ini masih dapat dilihat dan didengar dalam bentuk monumen yang dibangun di daerah Same dan Aileu, serta kesaksian orang-orang yang selamat dari pembantain. Puncaknya Perang Saudara 1975, yang dipicu oleh kegagalan dekolonisasi. Portugal secara tidak bertanggung jawab akhirnya meninggalkanTimor Timur. 45

2.2. Situasi Yang Tidak Terkendali

Pengambilan ibu kota Timor Leste, Dili, pada 7 Desember 1975 mengadung implikasi yuridis. Artinya, pristiwa politik militer tersebut mengakhiri hukum Tata Negara RDTL yang baru saja dilahirkan sebagai Negara baru melalui proklamasi kemerdekaan secara unilateral. 46 Salah satu kekerasan sesudah pemungutan suara di Dili yang paling banyak dilaporkan adalah serangan tanggal 6 Septermber terhadap kompleks kediaman Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, tepat sekitar 5.000 orang mengungsi setelah pemungutan suara. Setidaknya satu orang dibunuh dalam serangan tersebut dan beberapa terluka, termasuk setidaknya seorang anak kecil. Namun serangan terhadap kediaman Uskup menjadi mencolok bukan karena jumlah orang yang dibunuh, melainkan karena fakta bahwa serangan itu merupakan satu dari empat serangan yang hampir sama terhadap tempat pengungsian di Dili dalam waktu 24 jam. Serangan-serangan terorganisasi ini, 45 . Zacky Anwar Makarin, dkk “Hari-hari Terakhir Timor Timur”, Sebuah Kesaksian PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. tahun 2003. hlm. 22-23. 46 . Avelino M. Coelho Shalar Kosi FF, “Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste” Djaman Baroe, Yogyakarta. tahun 2012. hlm. 24. yang semuanya mengakibatkan setidak 17 orang meninggal, menandai metode yang digunakan bersama oleh Milisi, Polri, dan TNI di seluruh wilayah Timor Timur untuk mendesak penduduk lari ke Timor Barat Lihat Studi Kasus: Penidasan paksa dan pembunuhan pengungsi di Dili. 47

3. Situasi Keuskupan Dili

Membahas soal situasi Gereja Katolik di Timor Leste tidak terlepas dari sejarahnya. Berhubung cukup luas ruang lingkup karya misi Gereja Timor maka akan membatasi pembahasan mengenai situasi di keuskupan Dili dan peranannya. Inilah sejarah berdirinya Dioses Dili. “Diketahui bahwa pada tahun 1512-1561 telah datang ke pulau Timor dua orang Misionaris dari Ordo Dominikus yaitu Frei Antonio Taveiro OP. dan Frei Antonio da Cruz OP. Kedatangan mereka bersamaan dengan kaum penguasa, namun tujuan para misionaris adalah memperkenalkan dan mengajar agama Katolik kepada penduduk asli”. 48

3.1. Sejarah Singkat Dioses Dili

Santo Padre Pio XII mendirikan Dioses Dili pada tahun 1940, lewat Solemnibus Conventionibus. Administradores Apostolicos no Bispos, ne’ebe ukun Diocese Dili nia naran mak ne’e uskup-uskup yang berkarya di Dioses Dili dengan nama-nama yaitu: P. Jaime Garcia Goulart, Misionaris yang masuk di Timor pada tahun 1942, menerima tugas sebagai Administrador Apostolico 1941-1945. Menjabat Uskup Dili pada tahun 1945-1967. Menggantikan Uskup Jose Joaquim Ribero dari tahun 1967-1977. Indonesia masuk di Timor 47 . Geoffrey Robinson “Timor Timur 1999 Kejahatan Terhadap Umat Manusia” Perkumpulan Hak dan Elsam, Dili dan Jakarta. tahun 2003. hlm. 154. 48 . Maria de Lourdes Martins “Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institute for Liberation, Dili Timor Lorosae. tahun 2001. hlm. 3-4. tanggal 7 Desember 1975. Dan menggantikan Jose Joaquim Ribero, uskup Martinho da Costa Lopes, uskup peribumi Administrador Apostolico tahun 1977-1983. Padre Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB, Administrator Apostolico 1981-1983 dan menjabat sebagai Uskup 1983-2002. Pada tahun 1996 Paus memberikan ijin untuk mendirikan Dioses Baucau dengan Uskup baru Basilio do Nacimento Pr. Dan Uskup Belo menerima hadia Nobel da Paz. Pada tanggal 30 Agustus 1999 Timor Timur lewat jajak pendapat ingin menentukan nasib sendiri. Bulan November 2002; uskup Carlos dipindahkan ke Portugal oleh komunitasnya. Dan yang menggantikan Uskup Basilio do Nasimento, sebagai Administrador Apostolico 2002-2004. Pada tanggal 6 Maret 2004, Pe. Alberto Reicardo da Silva menjabat sebagai uskup Dioses Dili. Paus Benediktus XVI mengangkat Pe. Norberto do Amaral, menjadi uskup Dioses Maliana pada tanggal 31 Januari 2010 Dioses baru di Timor Leste.”SEARA”. 49

3.2. Gereja Dan Peranannya

Suasana di kota Dili semakin rumit untuk dikendalikan oleh pihak pemerintah dan keamanan, karena rancangan di Timor Timur dalam masa sesudah gencatan senjata lebih mudah operasi karena berlimpahnya informasi daripada sebelumnya. Informasi itu tidak hanya dari surat-surat, dan cerita para pengungsi, atau pun dari gerakan kemerdekaan itu sendiri yang dalam waktu singkat berhasil membangun kembali jalur radionya dengan Australia Utara selama tahun 1985, tetapi bahan atau dokumen yang dikeluarkan oleh pihak Gereja menjadi bukti. Ini sekaligus merefleksikan semakin meningkatnya operasi terhadap kehadiran Indonesia, terjadi tidak hanya di kalangan pastor wilayah tetapi juga dari wali Gereja pada jajaran lebih tinggi. Ini menunjukkan Gereja mulai memainkan peranan secara 49 . Boletim Eclesiastica-Diocese de Dili-20.04.2010-No.6. hlm. 28-29. kualitatif baru, salah satunya adalah menentang kekuasaan kolonial yang mengontrol Timor Timur. 50 Secara unik Gereja telah melibatkan dirinya dalam masyarakat Timor Loro Sa’e. Pe. Martinho G. da Silva Gusmao, mengatakan dalam “SEARA 50 TAHUN” 51 Bahwa Gereja dan Masyarakat Timor Loro Sa’e: Sebuah Realitas Paradoksal. Pertama: Pada tingkat populis wajah Gereja dapat dilukiskan dengan sebuah kepentingan yang sangat menduniawi. Masyarakat Timor Loro Sa’e melihat Gereja sebagai sebuah institusi yang dengan gagah berani membela kepentingan rakyat. Kedua: Pada tingkat politik masyarakat Timor Loro Sa’e memperlakukan Gereja sebagai sebuah kekuatan oposisi lokal dalam politik tandingan. Banyak tokoh politik yang berusaha memakai “wibawa” Gereja untuk mencari dukungan politis. Ketiga: secara teologis muncullah perbedaan tajam antara kekatolikan yang doktrinal doctrinal Catholicism dan kekatolikan yang popular popular catholicism. Gereja Katolik di Timor Leste pada situasi politik sangat berperan penting dan aktif melibatkan diri untuk memperjuangkan nasib kaum kecil, karena Gerejalah satu-satuya sebagai tempat perlindungan rakyat. Gereja ini sebenarnya sangat tersembunyi dan belum banyak direfleksikan. Gereja dan gejolak di arus bawah itu akan sangat menentukan peran dan penilaian orang atas sikap Gereja Katolik di Timor Loro Sa’e. Konflik yang terjadi sebenarnya ialah pergolakan di kalangan elit politik, pro dan kontra di satu sisi dan sisi lainnya ialah pengorbanan penderitaan di kalangan rakyat kecil. Di antara kedua konflik itulah Gereja harus menentukan sikap. Dan Gereja telah menyatakan diri dan membentuk aliansi dengan rakyat 50 . John G. Taylor “PERANG TERSEMBUNYI” Sejarah Timor Timur yang Dilupakan, Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor-Timur. Jakarta. tahun 1998. hlm. 271- 275. 51 . SEARA Boletim Eclesiastico da Diacese de Dili Timor oriental 50 Tahun 1949- 1999 AA. No. Ex.1. +87.12.05. him. 43-48.