117
BAB V KESIMPULAN
A. KESEMPULAN
Pengukuran kinerja pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja PT
Perkebunan Nusantara III Persero Medan karena PTPN III telah memiliki suatu tolok ukur yang sangat baik dalam menggunakan balanced scorecard.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Hasil pengukuran kinerja pembelajaran dan pertumbuhan dalam balanced scorecard dilihat dari dimensi produktivitas komoditi karet
mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai 2015 sebesar 4,31, dan diberikan skor indikator nilai sebesar 1. Hal ini berarti perusahaan
PTPN III menunjukkan kinerja yang “baik”. Sedangkan pada produktivitas komoditi sawit dari tahun ke tahun mengalami
penurunan, dan mendapatkan skor nilai 0 atau “buruk”. 2.
Hasil pengukuran kinerja pembelajaran dan pertumbuhan dalam balanced scorecard dilihat dari dimensi kepuasan karyawan dilihat
berdasarkan absensi, maka pada PTPN III bernilai skor 1. Hal ini berarti bahwa kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
mempunyai kinerja “baik”. Berdasarkan hasil kuesioner kepuasan karyawan PTPN III, dapat diketahui bahwa kategori kepuasan
karyawan sebesar 4,06 atau dapat dikatakan “baik”. Berdasarkan data absensi dari perusahaan dan berdasarkan hasil kuesioner dapat
Universitas Sumatera Utara
118 disimpulkan bahwa kebijakan yang diberikan perusahaan mampu
memberikan kepuasan sendiri bagi setiap individu, sehingga kepuasan karyawan pada PTPN III Medan dikatakan “baik”
3. Hasil pengukuran kinerja pembelajaran dan pertumbuhan dalam
balanced scorecard dilihat dari dimensi retensi karyawan mendapat skor nilai 1 atau dikatakan “baik”, sedangkan berdasarkan hasil
kuesioner pada karyawan PTPN III mendapat kategori nilai 3,87 atau “cukup puas”. Hal ini berarti perusahaan mampu mempertahankan
karyawannya. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja secara keseluruhan pada PTPN III
diperoleh hasil bahwa kinerja adalah “baik”, dengan total skor yang diperoleh 3 dari 4 ukuran yang dihitung sehingga nilai yang didapat adalah 0,75, walaupun
masih ada indikator yang harus dibenahi. Adapun keunggulan dalam mengukur kinerja dengan menggunakan
metode Balnced Scorecard, antara lain lebih fokus, lebih terukur, dan lebih terperinci dari pada pengukuran yang telah diterapkan di PTPN III, karena metode
Balanced Scorecard juga mengutamakan kinerja non keuangan selain daripada kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
119 B. SARAN
1. Setelah melakukan analisis dan pembahasan, penulis menyarankan agar
PTPN III fokus menerapkan pendekatan balanced scorecard sebagai alat ukurnya selain daripada yang sudah diterapkan. Agar karyawan dapat
memahami pengukuran kinerja yang dilakukan perusahaan. Pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard akan memberikan hasil
yang lebih menyeluruh, dengan mengikutsertakan tidak hanya aspek keuangan, tetapi juga dilihat dari aspek non keuangan.
2. Pada produktivitas komoditi karet harus lebih diperhatikan, diperbaiki, dan
memerlukan strategi yang dapat digunakan untuk merencanakan target tingkat produktivitas dimasa yang akan datang. Produktivitas dapat
ditingkatkan apabila didukung oleh kinerja perusahaan yang baik. Balanced scorecard merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja organisasi keseluruhan di perusahaan dan memastikan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai.
3. Ukuran kinerja dalam balanced scorecard seharusnya telah dipahami
dengan jelas oleh semua karyawan dan melibatkan semua karyawan, terutama mengenai keterkaitan ukuran-ukuran kinerja perusahaan dengan
sasaran program balanced scorecard. Pengukuran harus diterima dan dipercaya sebagai acuan oleh mereka yang ingin menggunakan.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA