LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
98
1. Sasaran Peningkatan Pertumbuhan dan Kontribusi Terhadap PDRB Provinsi Lampung
Tujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
dan mengurangi
ketimpangan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam sasaran peningkatan pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Lampung
didukung 8 delapan indikator sebagaimana tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Peningkatan pertumbuhan dan
kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Provinsi Lampung
No Indikator
Capaian 2015 2016
Target Akhir
RPJMD 2019
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Target Realisasi
Realisasi 1
Pertumbuhan Ekonomi
5,13 6,00-6,35
5,26 81,10
7,00-7,50 73,57
2 Indeks Gini
0.33 0,33
0,36 90,91
0,32 87,50
3 PDRB atas dasar
harga berlaku
245.330.948 261.081.194 281.113.138,86
86,86 318.996.629
88,12 4
PDRB atas dasar harga konstan
201.577.645 241.539.088 209.807.185,73
107,67 262.203.722
80,02 5
PDRB per kapita berlaku
30,63 32,82
34,26 104,39
39,45 86,84
6 Laju
pertumbuhan sektor
pertanian, kehutanan,
perikanan 3,69
4,16 3,16
75,96 4,48
70,54
7 Nilai Tukar
Petani NTP 103,84
103,84 105,12
101,23 104,84
100,27 8
Nilai Tukar Nelayan NTN
113,72 113,86
94,24 82,77
114,29 82,46
Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2017
Tahun 2016, Provinsi Lampung dihadapkan kepada persoalan ekonomi global dan nasional. Namun, perekonomian Lampung sepanjang tahun 2016
masih dapat tumbuh cukup tinggi. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung triwulanan tahun 2016 selalu berada di atas Nasional dan rata-rata Sumatera.
Pada Triwulan IV – 2016 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tercatat
sebesar 5,15 yoy di atas Nasional 5,04 dan di atas rata-rata Sumatera 3,88 . Pertumbuhan Ekonomi Lampung Tahun 2016 tercatat sebesar 5,15,
menguat dibanding tahun 2015 sebesar 5,13 persen dan tahun 2014 sebesar 5,08 persen.
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
99
Grafik 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2016
Sumber : Bappeda Provinsi Lampung, 2017
Pencapaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tahun 2016 tersebut, menempatkan Provinsi Lampung pada urutan ke-2 di Sumatera setelah Provinsi
Sumatera Utara. Posisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2015 yang berada pada posisi ke-4. Perekonomian Lampung didominasi 3 Sektor Utama: 1. Pertanian,
Kehutanan, Perikanan 33,30 , 2. Industri Pengolahan 18,20 dan 3. Perdagangan dan ReparasiKendaraan 11,15 .
Grafik 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung dibandingkan Provinsi Lain
se Sumatera Tahun 2016
Sumber : Bappeda Provinsi Lampung, 2017.
Berdasarkan penghitungan inflasi Desember 2016 sebesar 2,78 persen, dan inflasi year on year yoy Desember 2016 juga sebesar 2,78 persen. Dari tujuh
kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami inflasi yaitu kelompok bahan makanan naik 0,47 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau naik 0,13 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
5.32 5.03
5.14 5.35
4.62 4.67
4.73 5.04
4.92 5.18
5.04 5.04
5.9 4.7
5.03 4.7
4.93 5.07
5.22 5.33
5.06 5.15
5.19 5.15
1 2
3 4
5 6
7
I II
III IV
I II
III IV
I II
III IV
Nasional Lampung
5.28 5.19
5.19 4.82
4.78 4.64
4.03 3.83
1 2
3 4
5 6
Sumatera Utara Lampung
Bengkulu Sumatera Barat Sumatera Selatan Kepulauan Riau
Jambi Kep.Bangka
Belitung
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
100
bakar naik 1,42 persen; kelompok sandang naik 0,18 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,01 persen; dan kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan naik 0,61 persen. Sebaliknya kelompok kesehatan mengalami deflasi turun 0,02 persen.
Dari dua kota pemantauan di Lampung pada Desember 2016, Bandar Lampung dan Metro mengalami inflasi. Inflasi Bandar Lampung sebesar 0,70
persen, dan inflasi Metro sebesar 0,13 persen. Perekonomian Lampung tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk
Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 281.113.138,86 Juta dan PDRB perkapita mencapai 34,26 juta.
Laju pertumbuhan sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan Tahun 2016 tercata
t sebesar 3,16 persen. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 3,66 persen dan meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 3.39
persen. Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk direpresentasikan oleh
Indeks Gini Gini Ratio. Besarnya Indeks Gini berkisar antara 0 dan 1. Semakin mendekati 0 artinya distribusi pendapatan semakin merata. Sebaliknya, semakin
mendekati 1 artinya distribusi pendapatan semakin tidak merata. Indeks Gini seluruh provinsi se-Indonesia, menunjukkan keadaan Provinsi Lampung lebih
baik dari Nasional 0,397. Gini Ratio Provinsi Lampung Maret 2016 sebesar 0,36 mengalami perbaikan sekitar 0,02 poin dari kondisi 2015.
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2017
Capaian penurunan indeks gini tahun 2016 mencapai 90,91 dari target
0,33 atau memiliki capaian sangat tinggi. Dibandingkan dengan target akhir
RPJMD, telah tercapai 90,62 dari target indeks gini sebesar 0,32. Apabila dilihat dari sisi disparitas pendapatan penduduk di Provinsi
Lampung dilihat dari angka Indeks Gini Rasio, ketimpangan pendapatan menunjukkan perbaikan dari 0,38 pada tahun 2015 menjadi 0,36 pada tahun
0.37 0.36
0.36 0.35
0.38 0.36
0.33 0.34
0.35 0.36
0.37 0.38
0.39
2011 2012
2013 2014
2015 2016
Grafik 3.3 Indeks Gini Provinsi Lampung Tahun 2011
– 2016
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
101
2016. Hal ini menunjukkan bahwa angka kesenjangan pendapatan semakin mengecil pendapatan masyarakat semakin merata.
Capaian Nilai Tukar Petani NTP Provinsi Lampung tahun 2016 adalah 105,12 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 103,17 dan melebihi dari
target yang ditetapkan 103,84. Hal ini menunjukkan bahwa capaian kinerja
masuk kategori sangat tinggi 101,23 dan mampu melewati target RPJMD
2019 sebesar 0,28 poin. NTP di Provinsi Lampung tahun 2015 – 2016 disajikan
pada Grafik 3.4 di bawah.
Grafik 3.4 Capaian Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung Tahun 2015 -2016
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2017
Nilai Tukar Petani NTP Provinsi Lampung merupakan yang tertinggi di wilayah Sumatera. Di wilayah Sumatera, hanya Provinsi Lampung dan Bangka
Belitung yang memiliki NTP di atas 100 yang berarti tingkat kesejahteraan petani Lampung mengalami peningkatan dibanding periode tahun dasar Tahun 2012.
Grafik 3.5 NTP Provinsi Lampung Dibandingkan Dengan Provinsi Lain
se Sumatera Tahun 2015 -2016
Sumber : Bappeda Provinsi Lampung, 2017
102.3 102.42
104.21 103.83
102.73 104.59
103.34 105.12
101.86 100.23
101.11 102.71
102.03 101.41
101.94 102.02
50 100
150 200
250
I - 2015 II - 2015
III - 2015 IV - 2015
I - 2016 II - 2016
III - 2016 IV - 2016
Nasional Lampung
105.12 101.09
99.72 98.45
98.17 97.54
97.28 95.29
93.91 92.44
Lampung Bangka
Belitung Suatera
Utara Jambi
Riau Kepulauan
Riau Sumatera
Barat Aceh
Sumatera Selatan
Bengkulu
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
102
Tingginya angka NTP Provinsi Lampung ditunjukkan dengan pencapaian produksi padi pada pertengahan bulan November 2016 sudah mencapai 4,05
juta ton, dari target nasional 4,3 juta ton pada akhir tahun 2016. Pencapaian target tersebut diperoleh melalui kebijakanprogram yang dilaksanakan
sepanjang tahun 2016, antara lain: Pembukaan lahan sawah baru yang sudah mencapai ± 10 ribu ha di 4 empat
kabupaten yaitu; Mesuji, Tulang Bawang, Tulang bawang Barat, dan Lampung Tengah.
Perbaikan sistem irigasi Sekampung system di sentra pertanian Lampung. Melakukan pengaturan debit air serta memaksimalkan pemberian bantuan
berupa sumur bor, groundtank, dan pompa air bagi petani.
2. Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan Pangan Per Kapita Masyarakat Untuk Memenuhi Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan
Tujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
dan mengurangi
ketimpangan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan per kapita masyarakat untuk memenuhi kecukupan energi
dan keamanan pangan didukung oleh indikator Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi sebagaimana tabel 3.6 Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan
harapan PPH ketersediaan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.6 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan Pangan Per Kapita Masyarakat Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
dan Keamanan Pangan
Indikator Kinerja
Capaian 2015
Tahun 2016 Target
Akhir RPJMD
2019 Capaian
sd 2016 terhadap
2019 Target Realisasi
Skor Pola Pangan
Harapan Ketersediaan
70,31 85,00
78,00 91,76
92,50 84,32
Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2017
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
103
Pola Pangan Harapan PPH atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari
kelompok pangan utama baik secara absolut maupun relative dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. Mutu konsumsi pangan penduduk
dapat dilihat dari skor pangan dietary score dan dikenalnya sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Kegunaan PPH merupakan instrumen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut
jenis pangan yang dinyatakan dalam skor PPH. Pada tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi Lampung ditargetkan 85,00 dan ternyata dari hasil analisis target PPH
tahun 2016 tercapai 78,00 Angka Sementara, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.7 Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016
Kelompok Pangan Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan PPH
Kalori AKE
Bobot Skor
Aktual Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH Padi-padian
1.038,4 55,9
51,9 0,5
28,0 26,0
25,0 25,0
Umbi-umbian 25,9
1,4 1,3
0,5 0,7
0,6 2,5
0,6
Pangan Hewani 160,5
8,6 8,0
2,0 17,3
16,0 24,0
16,0
Minyak Lemak 284,4
15,3 14,2
0,5 7,7
7,1 5,0
5,0
BuahBiji Berminyak 59,8
3,2 3,0
0,5 1,6
1,5 1,0
1,0
Kacang-kacangan 75,5
4,1 3,8
2,0 8,1
7,6 10,0
7,6
Gula 100,7
5,4 5,0
0,5 2,7
2,5 2,5
2,5
Sayur dan Buah 81,1
4,4 4,1
5,0 21,8
20,3 30,0
20,3
Lain-lain 30,5
1,6 1,5
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 Total
1.856,7 100
92,8 87,9
81,6 100
78,0
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung, 2017 Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan PPH konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan angka sementara ASEM karena angka
tetapnya baru akan keluar sekitar bulan Juni 2017.
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
104
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beraspadi-padian, sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar,
untuk itu perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbi-umbian. Konsumsi pangan yang berasal dari hewani
juga masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan
makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk hewani
cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah pangan lestari KRPL di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Tabel 3.8 Perbandingan Target Nasional, Target Provinsi Lampung dan
Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi
2012 2013
2014 2015
2016 Target Nasional
89,8 91,5
93,3 84,10
86,2 Target Provinsi Lampung
89,8 91,5
93,3 84,10
85,0 Realisasi Kinerja
86,5 84,3
83,4 79,3
78,0
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung, 2017
Target Nasional Realisasi Kinerja
70 75
80 85
90 95
2012 2013
2014 2015
2016
89.8 91.5
93.3 84.1
86.2 89.8
91.5 93.3
84.1 85
86.5 84.3
83.4 79.3
78
Target Nasional Target Prov.
Lampung
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
105
Grafik 3.6 Perbandingan antara Target Nasional, Target Provinsi Lampung dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi
Tahun 2012 - 2016
Grafik 3.6 Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan PPH konsumsi masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada
beragam, bergizi, Seimbang dan Aman B2SA. PPH konsumsi dari tahun 2012 –
2016 terjadi penurunan, hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan
dalam pengelompokan jenis pangan. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal Dalam rangka meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, pada Tahun 2016
ini dilakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SDusia dini, petugas
kabupatenkota, kepala sekolah, dewan guru, dan kelompok wanita tani di 3 kabupatenkota yaitu Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan dan Bandar
Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola
86.5 84.3
83.4 79.3
78.0
70 75
80 85
90
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016
SKOR PPH KONSUMSI
PPH
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
106
konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA, serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras.
Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi
pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA kepada tim penggerak PKK. Hal ini dikarenakan tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang
mempunyai anggota sampai pada tingkat desa. Oleh karena itu TP-PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan
menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam
menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat. Untuk mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan
yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Pemerintah Provinsi Lampung menyelenggarakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman
yang diikuti oleh perwakilan dari KabupatenKota se Provinsi Lampung. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat
khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan diversifikasi penganekaragaman pangan, dan diharapkan
dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.
Dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi, terdapat masalahhambatankendala diantaranya yaitu :
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga daya beli masyarakat menurun disebabkan
oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih di
dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
107
2. Keterbatasan dalam memberikan dukungan program bagi dunia usaha dan asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relatif
lebih tinggi, budaya masyarakat yang menjadikan beras merupakan bahan makanan pokok, serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi
dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.
Untuk mengatasi permasalahanhambatankendala tersebut, ada beberapa solusi yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan
kelompok wanita
tentang pentingnya
pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.
3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam
pengembangan industri dan bisnis pangan lokal MP3L.
3. Sasaran Meningkatnya Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Provinsi Lampung
Tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam sasaran
meningkatnya pertumbuhan dan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Provinsi Lampung didukung 1 satu indikator sebagaimana
tabel 3.9 berikut :
LKj Provinsi Lampung Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
108
Tabel 3.9 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Meningkatnya Pertumbuhan dan
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Provinsi Lampung
No Indikator
Capaian 2015
2016 Target
Akhir RPJMD
2019 Capaian
sd 2016 terhadap
2019 Target
Realisasi Realisasi
1 Laju pertumbuhan
sektor industri pengolahan
7,48 7,44
3,89 52,29
7,46 52,14
Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2017
Capaian laju pertumbuhan sektor industri pengolahan Tahun 2016 hanya sebesar 52,29. Capaian ini menurun dibandingkan tahun 2015 7,48
dan tahun 2014 sebesar 4,51. Capaian ini menyumbang sebanyak 52,14 dari target kinerja pada akhir RPJMD.
Kegiatan industri pengolahan di Lampung secara umum juga menunjukkan peningkatan produksi. Sepanjang tahun 2010
– 2015 lapangan usaha industri pengolahan tumbuh 6,63 persen rata-rata per tahunnya.
Kegiatan industri di Lampung keseluruhannya merupakan pengolahan komoditi non migas, sedangkan minyak dan gas bumi yang ada baru sebatas
kegiatan eksplorasi sumber daya alam. Selain itu produk lain yang juga tumbuh signifikan adalah industri barang galian bukan logam, industri alat
angkutan, industri mesin dan perlengkapannya, industri batu bara dan pengilangan minyak, industri logam dasar, serta industri tekstil dan pakaian
jadi yang diperkirakan tumbuh di atas 5 persen. Pengembangan Sektor Industri di Provinsi Lampung diarahkan pada
pengembangan Kawasan Industri di Bagian Selatan Lampung yaitu Kawasan Industri Way Pisang, Kawasan Industri Bagian Utara Lampung yang akan
disusun Master plan dan Detail Kawasan pada tahun 2016. Selain itu pengembangan Kawasan Industri Maritim KIM di Tanggamus serta
Pengembangan Kawasan Industri Lampung KAIL eksisting di Tanjung Bintang serta penyiapan lahan untuk pengembangan lahan kawasan industri di tiap-
tiap kabupatenkota.
4. Sasaran Meningkatnya Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perdagangan pada PDRB Provinsi