1.47 4.63 1.50 2.50 3.50 4.50 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK

LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 162 Gambar 3.14 Angka Kesakitan Malaria positif API per KabKota di Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2016 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016

h. Angka Kesakitan DBD per 100.000 Penduduk

Angka kesakitan Demam Berdarah atau DBD merupakan indikator yang menggambarkan angka kesakitan DBD diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah. Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk di Provinsi Lampung tahun 2016 sebesar 56,23 per 1000 peduduk data per November yang artinya ada 56 - 57 kesakitan DBD diantara 100.000 penduduk. Angka ini bila dibandingkan dengan target Provinsi Lampung dan Nasional sebesar kurang dari 49 per 100.000 penduduk maka angkanya berada dibawah target yang ditetapkan Capaian kinerja sebesar 85,24 dengan kriteria penilaian kinerja TinggiT. Bila dibandingkan dengan target nasional sebesar 50 per 100.000 penduduk maka Angka kesakitan DBD Provinsi Lampung tahun 2016 sudah berada dibawah target yang diharapkan Capain Kinerja sebesar 87,54 dengan kriteria penilaian TinggiT. Bila dibandingkan realisasi tahun 2016 sebesar 56,23 per 100.000 penduduk dengan target tahun 2019 sebesar 46 per 100.000 penduduk, maka capaian kinerja mencapai 77,76 dengan kriteria penilaian kinerja TinggiT. Capaian trend angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk dari tahun 2014 – 2016 cenderung meningkat dan berada diatas target nasional 50 per 100.000 penduduk, seperti terlihat pada grafik dibawah ini. 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.06 0.47

1.40 1.47

2.06 4.63

0.00 0.50

1.00 1.50

2.00 2.50

3.00 3.50

4.00 4.50

5.00 Lampung Barat Tulang Bawang Barat Lampung Tengah Way Kanan Mesuji Lampung Timur Lampung Selatan Pesisir Barat LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 163 Gambar 3.15 Capain Trend Angka Kesakitan DBD per 100.000 Penduduk Tahun 2014 – 2016 di Provinsi Lampung Angka kesakitan DBD per 100.000 di Provinsi Lampung tahun 2016 sebesar 56,23 per 100.000 penduduk, namun kita lihat berdasarkan distribusi angka Angka kesakitan DBD per 100.000 maka masih ada 8 delapan Kabupaten Kota yang Angka kesakitan DBD per 100.000 lebih dari 50 per 100.000 penduduk yaitu Kota Metro, Kabupaten Pringsewu, Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan daerah endemis DBD, seperti terlihat pada grafik dibawah ini : Gambar 3.16 Distribusi Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk di Provinsi Lampung Tahun per Kabupaten Kota Tahun 2016 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016 Keberhasil dan permasalahan dalam mencapai sasaran strategis meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak,yang diukur dengan Indikator Kinerja Utama IKU adalah sebagai berikut : 2014 2015 2016 IR DBD

16.37 37.24

56.23 10 20 30 40 50 60 12.26 13.00 14.99 20.69 36.94 38.38 42.57 48.73 56.23 75.45 75.85 78.09 78.39 88.99 146.17 181.36 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 Lampung Barat Mesuji Way Kanan Lampung Tengah Lampung Timur Pesisir Barat Lampung Selatan Tanggamus Provinsi Tulang bawang barat Tulangbawang Lampung Utara Pesawaran Bandar Lampung Metro Pringsewu LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 164 Faktor yang mendorong keberhasilan pencapaian Indikator Kinerja Utama IKU adalah sebagai berikut : 1. Adanya regulasi atau komitmen baik di tingkat global, Nasioanal RPJMN, Renstra KL dan Daerah RPJMD, Renstra SKPD. 2. Adanya dukungan anggaran untuk mencapai Indikator Kinerja Utama IKU baik melalui APBD dan APBN. 3. Adanya pengembangan Sistem Informasi Pelaporan yang dilakukan oleh program kesehatan. Hambatan atau masalah pencapaian pencapaian Indikator Kinerja Utama IKU adalah sebagai berikut : 1. Masih adanya stigma tentang beberapa penyakit tertentu sehingga menjadi fenomena gunung es sedikit terlihat di puncaknya namun tak terlihat yang ada dibawah. 2. Beberapa penyakit berhubungan dengan perilaku hidup yang tidak sehat. 3. Ada perpindahan Sumber Daya Manusia yang telah dilatih oleh Program sehingga mengganggu kesinambungan program khususnya yang ada di level puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota. 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu. Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama IKU adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menghilangkan stigma pada beberapa penyakit tertentu dengan melakukan promosi kesehatan. 2. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS. 3. Meningkatkan pembiayaan kesehatan baik pada alokasi anggaran kesehatan khususnya belanja langsung. 4. Perlu adanya regulasi dalam mengatur pemerataandistribusi tenagayang telah dilatih khususnya tenaga yang ada di level puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota. 5. Mendukung Pengembangan Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan ke Dinas Kesehatan Provinsi baik secara online maupun off line. LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 165

18. Sasaran Terinternalisasinya Nilai-Nilai Budaya Dan Kearifan Lokal

Semenjak Dinas Kebudayaan bergabung dengan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung berdasarkan Perda nomor 3 tahun 2014 tentang perubahan kedua atas peraturan daerah Provinsi Lampung Nomer 12 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung. Kebudayaan di Provinsi Lampung belum tergali secara maksimal, hal ini memerlukan kerjasama dari sejumlah dinas terkait dan peran besar masyarakat terhadap banyaknya cagar budaya dan asset daerah yang bernilai budaya yang harus dipelihara dan kita lestarikan secara bersama. Foto: Melestarikan budaya tarian adat Lampung pada acara Gebyar Paud. Tabel 3.31 Rencana dan Realisasi Capaian SasaranTerinternalisasinya Nilai- Nilai Budaya dan Kearifan Lokal No Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir RPJMD 2019 Capaian sd 2016 terhadap 2019 Target Reali sasi Realisasi 1 Cagar Budaya dan aset daerah yang bernilai budaya yang dipelihara 1.576 1.891 1.546 81,76 3.267 47,32 2 Peningkatan jumlah pengunjung museum 137.987 150.000 154.722 103,15 225.000 68,76 3 Jumlah sanggar kesenian 494 915 494 54,71 960 28,02 Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2017 a. Jumlah cagar budaya di Provinsi Lampung yang sudah terdata pada tahun 2016 sebanyak 1.546 cagar budaya. Cagar budaya bermacam-macam bentuknya, yakni ; 1 Benda cagar budaya berjumlah : 773 cagar budaya. 2 Situs cagar budaya berjumlah : 115 situs LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 166 3 Struktur cagar budaya berjumlah : 284 struktur 4 Bangunan cagar budaya berjumlah : 378 bangunan 5 Kawasan Cagar Budaya : 2 kawasan Untuk tahun 2016, capaian kinerja cagar budaya menunjukkan kinerja tinggi dengan capaian 81,76 persen. b. Tahun 2016, capaian kinerja pengunjung museum Provinsi Lampung meningkat dibandingkan tahun 2015 dengan capaian 103,15 persen dari target yang ditetapkan sebanyak 150.000 pengunjung. Pengunjung museum Provinsi Lampung berupa pameran tetap sebanyak 101.536 orang,dan non pameran sebanyak 53.186 orang. c. Untuk tahun 2016, capaian kinerja sanggar kesenian menunjukkan kinerja masih rendah, capaian kinerjanya sebesar 54,71 . Interaksi dan pertumbuhan sanggar kesenian di Provinsi Lampung bisa dilihat dari banyaknya sanggarorganisasi kesenian pada tahun 2016,jumlah sanggar kesenian di Provinsi Lampung dapat dilihat pada table berikut ini : NO JENIS SANGGAR JUMLAH 1 Sanggar Tari 255 2 Sanggar Musik 45 3 Sanggar Teater 30 4 Sanggar Sastra 30 5 Sanggar Kerajinan 89 6 Sanggar Komunitas Sinematografi 45 Total 494 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Lampung, 2016 Permasalahan : 1. Kurang terkelolanya warisan budaya,sehingga diperlukan sinergi dan koordinasi antar berbagai pihak,baik pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga warisan budaya tersebut. 2. Masih lemahnya perlindungan hukum bagi semua asset kebudayaan baik yang fisik maupun non fisik dalam bentuk hak atas kekayaan intelektual. 3. Lemahnya ketahanan nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan seni, bahasa dan sastra, dalam kehidupan masyarakat Lampung. Penggerusan nilai-nilai budaya makin terlihat, yang menjadikan adat dan LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 167 tradisi, kehidupan seni, bahasa dan sastra dalam kehidupan masyarakat Lampung mengalami banyak pergeseran. Solusi : 1. Dukungan program kegiatan terhadap pencapain sasaran ini membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dan peran pemerintah Provinsi Lampung. 2. Percepatan pelaksanaan registrasi, penetapan, dan pelestarian warisan cagar budaya baik bergerak maupun tidak bergerak. 3. Penguatan jejaring stake holder yang meliputi pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, swasta, dan lembaga keuangan dalam hal peningkatan penegakan, pengawasan, dan kesadaran hukum pelestarian budaya.

19. Sasaran Meningkatnya Pelayanan Kesejahteraan dan Rehabilitasi Bagi Tuna Sosial

Data capaian IKU untuk meningkatnya pelayanan kesejahteraan dan rehabilitasi bagi tuna sosial digambarkan pada tabel 3.32 berikut ini : Tabel 3.32 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Meningkatnya Pelayanan Kesejahteraan dan Rehabilitasi Bagi Tuna Sosial No Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir RPJMD 2019 Capaian sd 2016 terhadap 2019 Target Reali sasi Reali sasi 1 Persentase penduduk miskin 14,35 12,93 13,86 92,81 11,10 75,14 2 Indeks kedalaman kemiskinan 2,36 1,90 1,92 98,95 1,40 62,86 3 Indeks keparahan kemiskinan 0,38 0,44 0,41 106,82 0,34 79,41 4 Jumlah PMKS yang ditangani 8.595 10.062 10.713 106,47 8.220 130,33 Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2017 Pada tahun 2016, persentase penduduk miskin di Provinsi Lampung mencapai sebesar 13,86 persen. Angka ini menurun 0,49 persen dibandingkan tahun 2015 sebesar 14,35 persen. Secara Gradual angka kemiskinan di Provinsi Lampung mengalami penurunan terus-menerus. Namun, bila dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional masih lebih tinggi. LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 168 Grafik 3.22 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2011 – 2016 Sumber : BPS Lampung, 2016 Pada indikator indeks kedalaman kemiskinan tercapai 1,92 atau 98,95 dari target 1,90 dan telah menyumbang sebesar 62,86 pada pencapaian target RPJMD 2019 sebesar 1,40. Pencapaian ini termasuk kategori tinggi. Capaian ini juga meningkat dibandingkan perolehan tahun 2015 sebesar 2,36 persen. Sedangkan untuk indikator indeks keparahan kemiskinan mencapai lebih dari 100 yakni terealisasi sebesar 0,41 dari target 0,44 atau 106,47. Meskipun, bila dibandingkan dengan capaian 2015 menurun sebesar 0,03 persen. Tetapi capaian kinerjanya masih dalam kategori sangat tinggi. Apabila disandingkan dengan target akhir RPJMD 2019, capaian ini mampu menyumbang sebanyak 79,41. Untuk indikator jumlah PMKS yang ditangani Provinsi Lampung tahun 2016 sebanyak 10.713 jiwa atau sebesar 106,47 dari target sebanyak 10.062 jiwa. Jumlah ini meningkat dibandingkan realisasi tahun 2015 sebanyak 8.595 jiwa. Dalam menangani masalah kesejahteraan sosial, Pemerintah Provinsi Lampung melakukan beberapa upaya di tahun 2016 antara lain : 1. Pelaksanaan Program Rumah Tidak Layak Huni RTLH Saburai tahun 2016 dengan sasaran 30 rumah di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2016. 2. Penyediaan rumah singgah yang berlokasi di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, pada tahun 2016 telah melayani ± 480 orang pasien beserta keluarganya. 16.93 15.65 14.39 14.21 14.35 13.86 12.49 11.66 11.47 10.96 11.21 10.86 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Lampung Nasional LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 169 Penanganan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial PSKS, dengan hasil antara lain: a. Jumlah PMKS anak ABT, AT, ADD, Anjal, ABH, AMPK sebanyak 5946 jiwa. b. Tuna Sosial gepeng, WTS, Org dengan HIVAIDS, Ex Napza sebanyak 200 jiwa. c. Penyandang Disabilitas sebanyak 570 jiwa. d. Lanjut Usia sebanyak 500 jiwa. e. Keluarga Fakir Miskin sebanyak 1300 KK. Selanjutnya, terkait Pemberdayaan kepada PSKS yang juga merupakan mitra kerja pemerintah daerah di bidang sosial, Pemerintah Provinsi Lampung juga melaksanakan Pemberdayaan PSKS sebagai mitra kerja pemerintah daerah di bidang sosial, seperti: a. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan TKSK sebanyak 265 TKSK, b. 60 Organisasi Sosial; c. Pekerja Sosial Masyarakat PSM telah diberdayakan sebanyak 40 PSM, d. 50 Karang Taruna, dan e. 15 Forum Corporate Social Responsibility CSR Permasalahan a. Optimalisasi capaian kegiatan terhadap capaian target SPM bidang sosial relatif kecil. b. Nomenklatur Dinas yang menangani bidang kesejahteraan sosial bidang sosial di KabupatenKota pada umumnya bergabung dengan beberapa satker, hal ini sangat berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran pembangunan kesejahteraan sosial yang masih relatif sangat kecil, sedangkan jumlah PMKS akan terus bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 170 Solusi Upaya koordinasi, asistensi, tahapan untuk perencanaan sudah dilakukan baik untuk aparatur maupun masyarakat sebagai Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, tetapi pengalokasian dana program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial belum signifikan baik dari Pemerintah, dunia usaha dan pelaku –pelaku pembangunan kesejahteraan sosial. Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga Negara, serta menghadapi tantangan dan perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, sudah tertuang dalam UU dan Peraturan Pemerintah yang saat ini memasuki tahap proses penyempurnaan dan pengesahan, sehubungan dengan hal tersebut sangat urgen untuk dipersiapkan Peraturan Daerah yang merupakan tindak lanjut dan penjabaran dari UU dan Peraturan Pemerintah tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial.

20. Sasaran Meningkatnya Kualitas dan Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja

Pembangunan bidang ketenagakerjaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Pembangunan Nasional, Regional dan Daerah dengan sasaran tersedianya lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang berkesinambungan, sehingga angkatan kerja yang ada mempunyai kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan kehidupan yang layak. Di samping itu pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang diarahkan untuk meningkatkan, membentuk dan mengembangkan tenaga kerja yang berkualitas, efektif, efisien dan produktif serta memiliki wirausaha yang tinggi sehingga diharapkan mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Rencana dan realisasi capaian meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 3.33 berikut : Tabel 3. 33 Rencana dan Realisasi Capaian SasaranMeningkatnya Kualitas dan Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja N o Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir RPJMD 2019 Capaian sd 2015 terhada p 2019 Target Reali sasi Realisasi 1 Rasio Ketergantungan 49,57 46,51 49,33 93,94 46,75 94,48 2 Tingkat 65,60 65,91 69,61 105,61 66,46 104,74 LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 171 Partisipasi Angkatan Kerja 3 Tingkat Pengangguran Terbuka 5,14 5,01 4,62 107,78 4,17 89,21 Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2017 Dari tabel 3.33 diketahui bahwa capaian rasio ketergantungan tahun 2016 mencapai 49,33 atau 93,94 dari target 46,51. Capaian kinerja ini menunjukkan kinerja yang sangat tinggi dan menyumbang sebesar 94,98 pada pencapaian RPJMD 2019. Indikator tingkat partisipasi angkatan kerja tahun 2016 sebanyak 69,61 atau 105,61 dari target 105,61. Capaian ini telah menyumbang sebesar 104,74 bagi target akhir RPJMD 2019 sebanyak 66,46. Sedangkan, indikator tingkat pengangguran terbuka tahun 2016 dengan capaian realisasi 4,62 atau 17,78 dari target 5,01 dan mampu menyumbang sebesar 89,21 pada capaian target RPJMD 2019. Capaian ini menunjukkan kinerja yang sangat tinggi. a. Rasio Ketergantungan Pada tahun 2016 rasio ketergntungan yang dicapai sebesar 49,33 persen artinya adanya penurunan rasio ketergantungan penduduk dari tahun 2015 49,57. Hal ini menunjukan kinerja yang cukup berhasil yaitu berhasil menurunkan Rasio Ketergantungan. Hal ini diindikasikan keberhasilan pemerintah Provinsi Lampung dalam menurunkan tingkat ketergantungan penduduk sebesar 0,24 persen yaitu keberhasilan Pemerintah Provinsi Lampung dalam penurunan angka kelahiran atau keberhasilan dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana di Provinsi Lampung.

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK

TPAK adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu, dimana TPAK Provinsi Lampung pada tahun 2016 sebesar 69,61 persen yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar 69 orang yang aktif dalam kegiatan ekonomi bekerja. Bila disandingkan dengan target akhir RPJMD capaian tersebut sudah melebihi dari target yang ditetapkan sebesar 66,46. Secara umum jumlah tenaga kerja antar periode dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi baik nasional maupun regional. Meningkatnya LKj Provinsi Lampung Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG 172 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tersebut, disebabkan bertambahnya peluang kerja dengan tumbuhnya wirausaha baru serta betambahnya jumlah penduduk yang masuk pasar kerja khususnya perempuan. Hal tersebut, tampaknya memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap melajunya pertumbuhan angkatan kerja, sehingga pertambahan jumlah angkatan kerja pada tahun-tahun yang akan datang akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan usia kerja.

c. Tingkat Pengangguran Terbuka