Konsep Partisipasi TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi merupakan kata yang sering digunakan dalam pembangunan. Penafsiran tentang artinyapun beragam. FAO seperti yang dikutip Mikkelsen 2001 :
64, memberikan arti partisipasi, yaitu : 1.
Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang
melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak sosial.
4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri. 5.
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Mubyarto dalam Rahayu 2008 ; 6 mendefenisikan partisipasi sebagai kesediaan membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang
tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Partisipasi dibangun atas dasar beberapa prinsip yaitu Anonimous, 2008 ; 41 :
1. Kebersamaan
Setiap individu, kelompok atau organisasi dalam masyarakat membutuhkan suatu kebersamaan untuk berbuat, bertindak dan mengatasi permasalahan dan
hambatan yang terjadi. Pelembagaan partisipasi hanya dapat dilakukan melalui proses interaksi antara berbagai elemen baik struktural maupun horizontal.
Partisipasi tumbuh melalui konsensus dan kesamaan visi, cita-cita, harapan, tujuan dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Proses pengaturan
yang terjadi dalam masyarakat akan tumbuh melalui kebersamaan, pengorganisasian dan pengendalian program pembangunan.
2. Tumbuh dari bawah
Partisipasi bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas ke bawah “top-down” atau dikendalikan oleh individu atau kelompok melalui mekanisme kekuasaan.
Partisipasi tumbuh berdasarkan kesadaran dan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Prakarsa dan inisiatif muncul dari, oleh dan untuk masyarakat
sebagai suatu proses belajar sepanjang hayat. Partisipasi merupakan suatu proses pelembagaan yang bersifat bottom-up, dimana berbagai pengalaman yang terjadi
dijadikan masukan dalam pengembangan program. 3.
Kepercayaan dan keterbukaan Kunci sukses partisipasi adalah menumbuhkan dan membangun hubungan atas
dasar ‘saling percaya’ dan ‘keterbukaan’. Pengalaman menunjukkan bahwa suatu proses partisipasi berjalan dengan baik, maka berbagai upaya perbaikan akan
terjadi dengan cepat. Sebagai contoh kasus penanganan hama terpadu PHT, tidak dapat menunggu instruksi atau program yang direncanakan oleh
Departemen Pertanian, tetapi harus segera ditangani dengan mengeliminasi sejauh mungkin kerugian yang lebih parah dengan pengambilan inisiatif dari
petani sendiri dengan cara yang dianggap sesuai. Partisipasi mendorong hubungan lebih terbuka antara berbagai pihak baik pejabat pemerintah, LSM,
swasta dan masyarakat. Dalam membantu identifikasi tingkat partisipasi diperlukan alat ukur atau
indikator sebagai kunci pernyataan tentang hasil dan harapan dari tujuan yang ditetapkan bersama. Indikator dibagi berdasarkan empat kategori yang menunjukkan
tingkat partisipasi yaitu; 1 penerima hasil atau pemanfaat program, 2 pelaksanaan proyek, 3 pengaruh proyek atau kontrol partisipan, dan 4 akses terhadap
pengambilan keputusan. Secara rinci keempat kategori ini diuraikan sebagai berikut; 1.
Penerima hasil atau pemanfaat program a.
Masyarakat menerima semua manfaat program b.
Masyarakat menerima hanya sebagian dari manfaat program yang diharapkan. c.
Hanya kalangan atau kelompok masyarakat tertentu misalnya kelompok yang melek huruf atau berpendidikan yang menerima semua manfaat dari proyek
yang diharapkan. d.
Hanya beberapa orang atau kelompok saja misalnya laki-laki menerima hanya sebagian manfaat proyek yang diharapkan misalnya, bibit tanpa
pupuk. Tidak ada masyarakat yang menerima manfaat program yang diharapkan.
2. Pelaksanaan program
a. Masyarakat baik perempuan atau laki-laki memberikan sumbangan tenaga
kerja saja yang dibutuhkan program.
b. Masyarakat baik perempuan atau laki-laki memberikan sumbangan seluruh
biaya yang dibutuhkan program. c.
Masyarakat baik perempuan atau laki-laki memberikan sumbangan berupa tenaga kerja dan material saja yang dibutuhkan program. Masyarakat
menyumbang sebagian tenaga kerja, biaya, dan material yang dibutuhkan program.
d. Hanya beberapa kalangan atau kelompok tertentu saja yang menyumbang
tenaga kerja, biaya dan material. 3.
Pengaruh program atau kontrol masyarakat a.
Masyarakat diberi informasi oleh para pengambil keputusan pada tahap identifikasi, desain, pelaksanaan, dan evaluasi program.
b. Masyarakat yang terlibat dikonsultasikan oleh para pengambil kebijakan pada
seluruh tahap proses pembangunan. c.
Masyarakat meninjau kembali semua proses pengambilan keputusan tentang program pembangunan.
d. Masyarakat melakukan modifikasi atau menolak keputusan pada semua tahap
proses program. e.
Hanya beberapa kelompok misalnya, tokoh masyarakat yang memiliki kesempatan mendapatkan informasi, diajak berkonsultasi, meninjau dan
menolak keputusan. f.
Masyarakat mengambil kesempatan yang ada untuk menguji, menilai dan mengkritik hasil program pembangunan.
g. Hanya beberapa kelompok atau elemen tertentu yang mengambil kesempatan
yang ada untuk menguji, menilai dan mengkritik hasil program pembangunan. 4.
Akses terhadap mekanisme pengambilan keputusan a.
Masyarakat terdiri dari anggota unit atau organ pengambilan keputusan yang bertanggungjawab terhadap proses identifikasi, desain, pelaksanaan dan
evaluasi program. b.
Masyarakat baik laki-laki atau perempuan menduduki posisi pelaksana unit pengambilan keputusan.
c. Hanya beberapa kelompok atau kalangan tertentu saja yang menduduki posisi
pelaksana unit pengambilan keputusan. d.
Hanya beberapa posisi unit pengambilan keputusan tertentu saja yang diduduki oleh masyarakat.
e. Seluruh elemen yang ada dalam masyarakat merupakan anggota suatu
perkumpulan sukarela yang bertanggungjawab untuk berlanjutnya program pembangunan.
f. Seluruh elemen yang ada dalam masyarakat merupakan anggota suatu
perkumpulan yang didirikan untuk membangun dan memelihara keberlanjutan program. Anonimous, 2008 ; 41
Keterlibatan masyarakat secara aktif, meski disadari merupakan elemen kunci dalam pembangunan, dipengaruhi oleh kondisi kontekstual tempat program
pembangunan dilaksanakan. Terlebih lagi, partisipasi juga beragam menurut kondisi dasar nature proyek pembangunan. Di sejumlah besar Negara, partisipasi
masyarakat dalam pembangunan terjabar pada sebuah rangkaian jajaran dari partisipasi tingkat tinggi sampai partisipasi nominal. Keragaman ini tergantung pada
banyak faktor, termasuk model pembangunan, gaya manajemen, tingkat pemberdayaan, dan konteks sosio-kultural suatu masyarakat. Kemauan politik pihak
pelaksana implementator program guna mendulang partisipasi dan potensi kelompok sasaran agar berpartisipasi juga merupakan faktor penentu. Ali, 2007 : 86
Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang berputar di sekitar partisipasi. Tema ini mengimplikasikan proses fasilitasi masyarakat agar mereka mampu
memahami realitas lingkungannya, memikirkan faktor-faktor yang membentuk lingkungan, dan bertindak untuk mendorong perubahan demi perbaikan keadaan.
Gajayanake, 2007 Pemberdayaan merupakan suatu proses yang melingkupi warga masyarakat
dalam memutuskan di mana mereka sekarang, kemana mereka ingin pergi, dan mengembankan sekaligus mengimplementasikan rencana-rencana guna mencapai
tujuan, berdasarkan kepercayaan diri dan pembagian wewenang Ali, 2007 : 86. Yang terpenting adalah dengan pemberdayaan dapat menolong orang-orang untuk
membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik. Pada intinya, kemampuan untuk berdikari, berfikir progresif, merencanakan dan
mengimplementasikan perubahan secara sistematis, dan menerima hasil secara rasional.