SKPD melalui forum Musrenbang di Tingkat Kabupaten dan Forum SKPD. Seperti yang diungkapkan informan dari TAPD :
“...........memang pada dasarnya usulan dari masyarakat belum baik, tetapi sudah menjadi tugas dari SKPD terkait untuk mematangkan dan mengevaluasi
usulan dari masyarakat tersebut apakah layak dimasukkan ke APBD ataupun tidak. SPKD harus jeli melihat kebutuhan masyarakat.”
Kemampuan SKPD maupun TPAD juga mempengaruhi kualitas usulan kegiatan untuk dapat diserap dalam APBD. Seringkali apa yang diusulkan oleh
Masyarakat dan diteruskan ke RAPBD tidak dilengkapi dengan dokumen-dokumen maupun argumen-argumen pendukung, bahwa kegiatan yang diusulkan tersebut
benar-benar sesuai dengan apa yang dikehendaki dan menjadi kebutuhan masyarakat.
Informan dari TAPD menyatakan : “...........TAPD maupun SKPD tidak memiliki argumen yang kuat dalam
menyampaikan usulan program hal ini disebabkan oleh lemahnya penguasaan TAPD dan SKPD terhadap peraturan yang terkait mekanisme perencanaanpenganggaran
serta lemahnya power dari power dari pimpinan daerah terhadap intervensi Panitia Anggaran DPRD.”
Argumen tersebut juga diperkuat oleh informan dari TAPD yang juga menyatakan bahwa :
“...........kurangnya SMD pada tingkat perencanaan baik pada eksekutif maupun legislatif, penempatan personil dilevel perencanaan yang belum sesuai dengan latar
belakangan pendidikan serta pengalamannya sangat mempengaruhi terhadap
kualitas dari APBD. Keterbatasan SDM dari DPRD juga menjadi kendala yang terjadi selama ini”
4. Tingkat Kepentingan Urgensi
Prioritas suatu kegiatan biasanya ditentukan oleh sebesar besar tingkat kebutuhan dan kepentingannya urgensi.
Pada rentang waktu dari hasil penyusunan Musrenbang ke proses penyusunan RAPBD hingga penetapan APBD dan APBD Perubahan biasanya dapat
mempengaruhi prioritas dari usulan yang telah ditetapkan dalam Musrenbang. Dalam rentang waktu tersebut banyak banyak hal bisa terjadi, seperti rusaknya infrastruktur
akibat bencana alam maupun aturan-aturan, adanya aturan-aturan dari Pemerintah Provinsi dan Pusat yang mengharuskan pengalokasian dana pada pos-pos tertentu.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya pergeseran-pergeseran bahkan dihapuskannya suatu kegiatan yang dianggap belum benar-benar urgen walaupun kegiatan-kegiatan
tersebut sudah disepakati sebelumnya dalam Musrenbang. Seperti yang diungkapkan oleh informan dari TAPD :
“...........usulan melalui Musrenbang memang merupakan prioritas namun tidak harus kaku harus fleksibel tergantung tingkat urgensinya. Dalam kurun waktu
proses perencanaan Musrenbang hingga APBD waktunya cukup lama dan selama proses tersebut jika ada faktor yang mendesak seperti adanya bencana alam dan
lain-lain, maka prioritas dapat dirubah.”
142
BAB V P E N U T U P
3.14. Kesimpulan
Kabupaten Aceh Tamiang menyelenggarakan Musrenbang tahun 2007 berdasarkan Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
NasionalKepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri No. 0008M.PPN012007 dan 050264ASJ tanggal 12 Januari 2007 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Musrenbang Tahun 2007. Dari Hasil Musrenbang ditingkat Kecamatan dan Musrenbang di Tingkat
Kabupaten di Kabupaten Aceh Tamiang diperoleh data bahwa, mayoritas usulan dari setiap Desa yang diusulkan pada Musrenbang Kecamatan adalah pada Bidang Fisik,
dengan jumlah usulan sebanyak 1.243, kemudian bidang Sosial Budaya 811 Usulan dan Bidang Ekonomi 649 usulan. Dari 1.243 kegiatan tersebut, yang terserap kedalam
APBD khususnya pada Belanja Langsung 8 delapan SKPD adalah sebanyak 174 kegiatan atau 15 dari total kegiatan yaitu 1.172 kegiatan dengan tingkat penyerapan
anggaran sebesar Rp. 43.385.421.805,- atau 16,74 dari total anggaran sebesar Rp. 259.107.252.005,-
Menurut hemat penulis, tingkat penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 sebesar 15 adalah sangat rendah. Penilaian
sangat rendah didasarkan pada amanat Undang-undang Dasar Tahun 1945 pasal 23, Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang