Dinas Pekerjaan Umum Analisis Penyerapan Aspirasi Masyarakat Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008
Rp. 2.119.584.948,- dan Belanja Langsung sebesar Rp. 164.973.481.812,- lihat Lampiran 4.
Berdasarkan Tabel 22 maka jumlah kegiatan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Tamiang di Tahun Anggaran 2008 adalah 496 kegiatan, yang terdiri
dari 104 kegiatan berdasarkan hasil Musrenbang, 208 kegiatan berdasarkan usulan SKPD dan 184 kegiatan merupakan kegiatan lanjutan. Sedangkan usulan jumlah
usulan keseluruhan pada Musrenbang adalah 1.393 kegiatan. Penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD khususnya kegiatan pada Dinas
Pekerjaan Umum
dapat digambarkan pada grafik berikut :
Gambar 9. Grafik Tingkat Penyerapan Aspirasi Masyarakat Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008
Bila ditinjau dari segi besarnya anggaran yang dialokasikan seperti yang tertuang dalam Tabel 23, maka jumlah
Belanja Langsung
adalah Rp. 164.973.481.812,- dengan rincian Rp. 34.198.971.370,- atau sebesar 20,73
untuk usulan berdasarkan Musrenbang, sebesar Rp. 13.089.366.141,- atau 61,47 untuk kegiatan berdasarkan usulan SKPD dan Rp. 746.976.100,- atau 17,80
merupakan kegiatan lanjutan. Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa, penyerapan aspirasi masyarakat pada
Dinas Pekerjaan Umum hanya 21 dari total kegiatan dalam APBD Tabel 4.21 dan 7,47 dari total usulan masyarakat pada Musrenbang yang dapat ditampung dalam
APBD yaitu sebanyak 104 kegiatan dari 1.393 usulan kegiatan. Bila dilihat dari jumlah usulan masyarakat pada Musrenbang, tentu tingkat
penyerapan aspirasi masyarakat pada Dinas Pekerjaan Umum sangatlah rendah. Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui Dinas Pekerjaan Umum belum mampu
menyerap aspirasi masyarakatnya dengan baik, padahal masyarakat adalah orang yang paling tahu semua permasalahan di Desanya serta apa yang benar-benar mereka
butuhkan. Ditinjau dari segi jumlah kegiatan dalam APBD, kegiatan berdasarkan usulan
SKPD masih mendominasi dengan 208 kegiatan. Namun demikian menurut Pihak Dinas Pekerjaan Umum, kegiatan berdasarkan usulan SKPD ini tidaklah seluruhnya
kegiatan yang benar-benar diusulkan oleh mereka, tetapi sering kali masyarakat juga membuat usulan diluar musrenbang, menurut informan pada Dinas Pekerjaan Umum
bahwa : “..........karena setelah Musrenbang selesai, masih ada lagi usulan-usulan
masyarakat yang masuk secara langsung ke Dinas dan Bupati melalui perangkat Desanya, setelah dilakukan survei ternyata kegiatan tersebut benar-benar sangat
dibutuhkan.”
Rendahnya penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD pada Dinas Pekerjaan Umum disebabkan beberapa hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa, Dinas Pekerjaan
Umum adalah merupakan Perangkat Daerah yang memang sangat berhubungan erat dengan hajat hidup masyarakat menyangkut hal infrastruktur di Desa, sehingga
usulan masyarakat lebih cenderung ke Dinas Pekerjaan Umum. Selain kedekatan dengan masyarakat, keterbatasan anggaran yang tersedia juga
menyebabkan banyak usulan masyarakat tidak dapat ditampung, sedangkan hampir semua kegiatan yang ada di Dinas Pekerjaan Umum membutuhkan dana yang besar.
Dana yang besar hampir disemua kegiatan juga membuat kegiatan pada Dinas Pekerjaan Umum rawan akan intervensi politik. Menurut Informan pada Dinas
Pekerjaan Umum : “..........tidak semua kegiatan yang dikategorikan usulan SKPD adalah murni
usulan dari Dinas PU, sebagian besar merupakan “titipan” dari pihak lain baik eksekutif maupun legislatif. Ada sifatnya resmi semisal janji Bupati pada saat
melakukan kunjungan-kunjungan di Daerah, namun ada juga yang sifatnya intervensi.”
Tidak hanya itu, kegiatan yang sudah dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran KUA yang merupakan hasil kesepakatan antara pihak Eksekutif dan
Legislatif saja sering kali hilang pada saat pembahasan RAPBD dilakukan. Pihak Legislatif melalui Panitia Anggaran terkadang ada menambah atau mengurangi
kegiatan-kegiatan yang telah disepakati sebelumnya.
Menurut salah seorang Panitia Anggaran Legislatif, banyak usulan-usulan kegiatan dari Eksekutif yang belum menyentuh kebutuhan masyarakat secara
langsung. “..........banyak kegiatan yang diusulkan oleh Eksekutif yang tidak menyentuh
langsung kehidupan masyarakat lapis bawah. Banyak kegiatan yang jauh berbeda dengan realita dilapangan.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan alasan, bahwa pihak DPRD juga telah langsung melakukan peninjauan kelapangan melalui kegiatan reses.
Bila ditinjau lebih dalam, hasil reses juga rawan dengan intervensi politik, bagaimana tidak, prioritas kegiatan reses adalah melakukan kunjungan ke konstituen
yang berada pada Daerah Pemilihan masing-masing anggota DPRD. Sehingga, Desa- desa atau Daerah-daerah yang memiliki perwakilan di DPRD akan memiliki peluang
lebih besar untuk mendapatkan suatu kegiatan pembangunan dibandingkan daerah- daerah yang tidak mewakili wakil di DPRD.
Seperti yang diungkapkan informan dari Dinas Pekerjaan Umum : “.........seringkali dikarenakan adanya kepentingan pihak Legislatif dalam
memperjuangkan satu paket yang tujuannya guna kepentingan buat satu daerah pemilihannya, yang mana mungkin sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan
masyarakat.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, tingkat penyerapan aspirasi masyarakat yang disampaikan berupa kegiatan pada Musrenbang untuk ditampung
dalam APBD khususnya pada Dinas Pekerjaan Umum masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal ; a banyaknya kegiatan yang usulkan masyarakat pada
Musrenbang sedangkan anggaran yang tersedia terbatas, b usulan masyarakat yang secara langsung disampaikan ke Dinas dan usulan tersebut benar-benar urgen, dan c
adanya intervensi politik .