Dinas Pendidikan Analisis Penyerapan Aspirasi Masyarakat Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008
Gambar 7. Grafik Tingkat Penyerapan Aspirasi Masyarakat Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008
Bila ditinjau dari segi besarnya anggaran yang dialokasikan seperti yang tertuang dalam Tabel 23, maka jumlah Belanja Langsung adalah Rp.
56.374.496.841,- dengan rincian sebesar Rp. 25.345.766.850,- atau 44,96 untuk kegiatan berdasarkan usulan SKPD dan Rp. 31.028.729.991,- atau 55,4 merupakan
kegiatan lanjutan. Dari data diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun kegiatan pada Dinas
Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang yang didasarkan pada hasil Musrenbang bahkan kegiatan yang ada didominasi oleh kegiatan lanjutan dari tahun 2007 yang
belum selesai dilaksanakan. Dari hasil penelitian dan wawancara terhadap Dinas Pendidikan Kabupaten
Aceh Tamiang didapat informasi bahwasanya tidak adanya kegiatan pada tahun 2008 yang sesuai dengan Musrenbang disebabkan karena sebahagian besar usulan yang
masuk dalam Musrenbang tahun 2007 tersebut sebenarnya sudah ada dalam kegiatan lanjutan. Kenapa masyarakat masih mengusulkan kegiatan tersebut, dikarenakan
memang kegiatan tersebut dapat belum terlaksana. Salah satu penyebab belum tidak dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut adalah banjir bandang pada
23 Desember 2006, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah usulkan pada APBD pada tahun 2007 kemudian diajukan perubahannya pada APBD Perubahan tahun 2007
untuk menyesuaikan dengan sekolah-sekolah yang rusak akibat banjir. Informan menyatakan :
“..........pasca banjir bandang tahun 2006 banyak sekolah yang rusak, sehingga kita membuat penyesuaian kembali pada APBD perubahan. Perubahan pada
kegiatan ini tentu akan memakan waktu, dari mulai pengesahan APBD Perubahan hingga proses tender untuk menentukan pelaksana pekerjaan. Masyarakat tentu tidak
tahu akan hal tersebut, mereka mengganggap kegiatan yang diusulkan pada Musrenbang tidak serap, makanya mereka mengusulkan kembali kegiatan tersebut.”
Demikian pula dengan kegiatan yang berdasarkan usulan SKPD. Jika usulan pada Musrenbang sebahagian besar sudah terserap pada kegiatan Lanjutan, maka
kegiatan berdasarkan usulan SKPD tersebut adalah kegiatan-kegiatan yang dibuat berdasarkan usulan langsung dari masyarakat, para Kepala Sekolah dan hasil
pendataan ulang dilapangan pasca banjir. Informan menyatakan : “..........Kita telah melakukan pendataan terhadap sekolah-sekolah akibat banjir
pada pertengahan hingga akhir tahun 2007. Atas dasar itulah kita membuat usulan kegiatan untuk RPABD tahun 2008, sehingga memang, apabila dilihat pada hasil
Musrenbang tidak ada kegiatan kita yang sesuai. Pendataan tersebut dilakukan setelah Musrenbang dan juga berdasarkan laporan dan masyarakat dan para Kepala
Sekolah.”
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepentingan atau urgensi suatu kegiatan dapat mempengaruhi tingkat penyerapan aspirasi. Namun
tingkat urgensi tersebut tentu tidak dapat dilakukan pada kondisi daerah yang normal. Artinya tingkat kepentingan atau urgensi tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk
mengabaikan aspirasi masyarakat sebab bagaimanapun juga masyarakat lebih tahu bagaimana kondisi Desanya dan apa yang dibutuhkan untuk itu. Pemerintah hanya
boleh melakukan penyesuaian terhadap prioritas dengan melakukan pendataan atau survei lapangan mengingat keterbatasan anggaran yang tersedia.