anggaran daerah. Sebab ada pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada Pemda untuk menggali dan mengelola semua potensi penerimaan daerah secara
maksimal. Sebagai konsekuensinya, sistem pengelolaan keuangan publikdaerah yang selama ini bersifat sentralisasi, sekarang berubah menjadi desentralisasi.
Seiring dengan bergulirnya pelaksanaan desentralisasi pemerintahan tersebut, telah memberikan kewenangan bagi Pemda untuk menentukan dan menyusun sendiri
APBD-nya. Kondisi demikian jelas mempunyai pengaruh yang cukup besar dan signifikan terhadap mekanisme dan proses penyusunan, pelaksanaan, serta
pertanggungjawaban keuangan daerah kepada semua stakeholders-nya. Namun dalam pelaksanaan otonomi daerah ternyata kewenangan yang diberikan tersebut secara
umum masih ada yang disalahtafsirkan oleh Pemda baik eksekutif maupun legislatif Mahrizal, 2008 ; 1.
Menurut Nazaruddin 2005 ; 1 karena APBD merupakan operasionalisasi dari berbagai kebijakan yang ditetapkan, maka harus mencerminkan suatu kesatuan sistem
perencanaan yang sistimatis dan dapat dianalisis keterkaitanbenang merahnya dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu
sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap kebijakan publik dalam memahami sistimatika perencanaan yang bermuara pada anggaran. Dari sisi aturan,
maka mekanisme penyusunan anggaran khususnya APBD diatur dengan Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan revisi
dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Perubahan Atas Permendagri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
2.5.2. Regulasi dari Pengesahan APBD
Emirzon 2005 ; 1 mengemukakan, semenjak otonomi daerah dicanangkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah yang kemudian diubah dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004. Iklim
regulasi di Indonesia mengalami perubahan besar. Kedua Undang-undang tersebut diatas memberikan kewenangan hukum dan
administrasi kepada kabupaten dan kota sebagaimana Pasal 11 2 menentukan bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengadministrasikan
perdagangan dan industri. Karena itu berhak mengenakan regulasi dan perizinan usaha. Akan tetapi pemda tidak siap untuk mengemban fungsi baru itu. Dalam tahun
pertama desentralisasi, Pemda telah mengeluarkan ratusan peraturan daerah yang menerapkan pengenaan pajak, retribusi, dan pungutan lainnya.
Sebenarnya dalam pelaksanaan otonomi daerah Otda Pemda tidak hanya menekankan regulasi saja. Seharusnya Pemda mendorong pemberdayaan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD.
Kebijakan yang diterbitkan oleh pemda haruslah memberi manfaat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat bukan sebaliknya. Terkesan pemda dapat
bertindak apa saja untuk menaikkan pendapatan asli daerah PAD, demi terpenuhinya anggaran pendapatan belanja daerah APBD.
2.5.3. Kualitas Kinerja dalam Perencanaan dan Penyusunan APBD
Sejak tahun 2003, sebagian besar Pemda sudah mencoba menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja performance base budgeting. Tapi, dalam kenyataannya
menunjukkan bahwa dalam proses penyusunan dan pengalokasian anggaran tersebut, tampaknya Pemda masih belum menghiraukan dan memperhatikan kebutuhan dan
kepentingan publik masyarakat. Sayangnya, masih berorientasi pada kepentingan aparatur Pemda sendiri eksekutif dan legislatif. Hal ini barangkali terjadi, karena
selama ini partisipasi dan keterlibatan publik dalam penyusunan APBD tersebut kelihatannya masih relatif rendah sekali Kenyataan yang demikian mengakibatkan
penyusunan dan pengalokasian anggaran dalam APBD tampaknya belum banyak berpihak kepada kebutuhan masyarakat stakeholders. Hingga, anggaran yang
dihabiskan sering menjadi tidak efektif dan kurang efisien. Maksudnya, alokasi anggaran memang makin meningkat dari tahun ketahun. Kenyataannya, belum
memberikan kontribusi dan dampak signifikan terhadap peningkatan perekonomian