Regulasi dari Pengesahan APBD

menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Kebijakan yang diterbitkan oleh pemda haruslah memberi manfaat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat bukan sebaliknya. Terkesan pemda dapat bertindak apa saja untuk menaikkan pendapatan asli daerah PAD, demi terpenuhinya anggaran pendapatan belanja daerah APBD.

2.5.3. Kualitas Kinerja dalam Perencanaan dan Penyusunan APBD

Sejak tahun 2003, sebagian besar Pemda sudah mencoba menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja performance base budgeting. Tapi, dalam kenyataannya menunjukkan bahwa dalam proses penyusunan dan pengalokasian anggaran tersebut, tampaknya Pemda masih belum menghiraukan dan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan publik masyarakat. Sayangnya, masih berorientasi pada kepentingan aparatur Pemda sendiri eksekutif dan legislatif. Hal ini barangkali terjadi, karena selama ini partisipasi dan keterlibatan publik dalam penyusunan APBD tersebut kelihatannya masih relatif rendah sekali Kenyataan yang demikian mengakibatkan penyusunan dan pengalokasian anggaran dalam APBD tampaknya belum banyak berpihak kepada kebutuhan masyarakat stakeholders. Hingga, anggaran yang dihabiskan sering menjadi tidak efektif dan kurang efisien. Maksudnya, alokasi anggaran memang makin meningkat dari tahun ketahun. Kenyataannya, belum memberikan kontribusi dan dampak signifikan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, serta terhadap penanggulangan pengangguran dan kemiskinan Masrizal, 2008 ; 1. Sebelum lahirnya Kepmendagri No 29 tahun 2002, sistem anggaran yang digunakan oleh Pemda di seluruh daerah menggunakan sistem anggaran tradisional traditional budget. Akan tetapi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi pemerintahan, maka sistem penyusunan APBD juga mengalami perubahan yang sangat mendasar. Terjadinya perubahan sistem anggaran ini, karena sistem anggaran tradisional line-item budgeting dianggap memiliki beberapa kelemahan antara lain; bersifat sentral dan top-down, kenaikan jumlah anggaran setiap tahun secara increamental tanpa dasar yang jelas, prestasi diukur dari penyerapan anggaran oleh setiap unit kerja, dan lainnya. Akibat terdapat beberapa kelemahan sistem anggaran tradisional, maka sejak tahun 2003 sistem anggaran daerah mengalami reformasi. Di mana semua daerah di Indonesia mulai menerapkan sistem anggaran kinerja performance budget. Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan kinerja ini memiliki beberapa karakteristik dan perbedaan yang sangat mendasar bila dibandingkan dengan sistem anggaran tradisional. Beberapa perbedaan yang sangat kentara tersebut antara lain: penyusunan anggaran tradisional lebih bersifat sentralistis, di mana perencanaan dibuat oleh pemerintah pusat tanpa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat di daerah. Dampaknya, banyak program maupun proyek-proyek di daerah yang menghabiskan dana yang cukup besar, tetapi tidak bermanfaat dan membawa