Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

20 tersebut harus diimbangi dengan benefit bagi masyakat setempat. Adapun benefit bagi masyarakat diupayakan dengan cara menetapkan kewajiban bagi perusahaan untuk memberikan sebagian dari keuntungan yang diperoleh yang akan digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan masyarakat setempat sehingga kesejahteraan perusahaan, khususnya pemilik perusahaan juga diikuti oleh kesejahteraan masyarakat setempat. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dinyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: 1. Bersedia menyisihkan sejumlah uang, misalnya 1 dari keuntungan perusahan untuk kepentingan masyarakat setempat. 2. Uang tersebut diperuntukkan sebagai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat setempat. 3. Program pemberdayaan masyarakat setempat yang dilakukan dijamin dapat digunakan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian harus dipahami bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bukan sekedar kesediaan menyisihkan sebagian dari keuntungan perusahaan. Hal yang sangat substansial adalah penggunaan dana yang disediakan secara efektif harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang berkualitas, tepat dan berkesinambungan Siagian, 2012: 180-181.

2.2.4 Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pada awalnya tanggung jawab sosial perusahaan hanya dianggap sebagai tanggung jawab etis, yang berarti cenderung bersifat sukarela dan tidak bersifat 21 mengikat. Keadaan seperti ini mengakibatkan perusahaan tersebut dalam wujud belas kasihan atau kedermawanan sosial. Segelintir perusahaan bersedia menyisihkan keuntungannya dan diserahkan kepada masyarakat dalam bentuk kasihan atau kedermawanan sosial, bukan kewajiban. Kecenderungan ini ternyata secara umum tidak menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan masyarakat setempat. Upaya meningkatkan efektivitas tanggung jawab sosial perusahaan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat antara lan ditempuh degan mengubah kesan dan sifat tanggung jawab sosial perusahaan itu dari sebelumnya bersifat etis atau sebagai etika etika atau etika perusahaan menjadi tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat wajib atau sebagai hukum. Khususnya di Indonesia, menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan dari masa ke masa telah diatur oleh perundang-undangan, antara lain: 1. Peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara BUMN, sebagaimana Keputusan Menteri BUMN No 05MBU2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL. 2. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Dalam Pasal 74 disebutkan: 1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, 2 tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dilanggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 22 3. Peraturan Pemerintah PP Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. PP ini melaksanakan ketentuan Pasal 74 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007. 4. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007. Dalam pasal 15 b dinyatakan bahwa “Setiap penanam modal bekewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. 5. Peraturan CSR bagi perusahaan pengelola Minyak dan Gas Migas, diatur dalam Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001. Dalam pasal 13 ayat 3 p disebutkan: Kontrak Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: p pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat”. 6. Undang-undang Nomor 13 tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, Undang-undang ini tidak membahas secara khusus peran dan fungsi perusahaan dalam menangani fakir miskin, melainkan terdapat klausul dalam pasal 36 ayat 1 “Sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin, meliputi: dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan”. 7. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 tahun 2012 tentang forum tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial. b Dalam pasal 6 disebutkan ; 1 Forum Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha mempunyai tugas membangun kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 2 Penyelengaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan memprioritaskan pada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: a kemiskinan, b ketelantaran, c kecacatan, d keterpencilan, e ketunaan sosial dan 23 penyimpangan perilaku, f korban bencana danatau, g korban tindak kekerasan, ekspoitasi dan diskriminasi. Dalam Bab IV Pasal 19 mengenai Program Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha disebutkan; tanggung jawab sosial dunia usaha dilaksanakan dengan memprioritaskan program yang meliputi: a peningkatanperbaikan penghasilan income generation bagi keluarga miskin, b pemberdayaan sosial social empowerment bagi keluarga bermasalah sosial psikologis dan keluarga bermasalah sosial ekonomis, c pelatihan keterampilan kerja vocational training bagi remaja putus sekolah, bagi wanita rawan sosial ekonomi, dan lain- lain, d kajian dan pengembangan model program tanggung jawab sosial dunia usaha, e perbaikan rumah tidak layak huni, f rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat difabel, g rehabilitasi sosial terhadap wanita tuna sosial, h rehabilitasi sosial terhadap anak nakal, i perlindungan sosial bagi anak terlantar, j home care bagi lanjut usia, k pemberdayaan komunitas adat terpencil, l penanganan korban bencana dan bencana sosial, dan m perlindungan sosial bagi korban tindak kekerasan.

2.2.5 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan