85
Berdasarkan informasi ketika diskusi pada studi kelayakan diketahui dari peserta dinas bahwa status kawasan adalah bukan hutan lindung. Berdasarkan
sejarahnya, lahan pemukiman masyarakat merupakan lahan tanah adat marga Siagian, hal ini dikarenakan marga Siagian yang pertama sekali menemukan daerah
ini. Kepemilikan tanah adat tidak dapat diperjual belikan atau dipindah tangankan kepada orang lain. Dalam adat Batak tanah ulayat merupakan tanah milik bersama
hanya simbolis semata sebab kepemilikan tanah secara nyata adalah milik individual. Konsep ini sesuai misi budaya orang Batak dimana seorang anak malah dinilai
berhasil bila keluar dari teritoritanah ayahnya dan membangun harajaannya sendiri. Untuk tindak lanjut program KAT penghormatan terhadap hak tanah ulayat
ini harus benar-benar diperhatikan. Jika melihat kepada status dan manfaat jika pelaksanaan program KAT ini dilakukan terkait dengan tanah ulayat, bagaimanapun
tanah ulayat tidak dapat dipindah tangankan kepada orang lain, sehingga sasaran program benar-benar dapat di manfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai target
penerima manfaat program. Hasil FGD yang dilakukan, untuk persoalan tanah ini, maka marga Siagian sudah menyatakan bersdia menyerahkan tanahnya sekitar 2 ha
untuk keberlanjutan program KAT yang akan dilaksanakan di Desa Meranti Barat ini.
4.2.3.5 Pranata Agama, Religi dan Kepercayaan
Menurut sumber-sumber yang diperoleh, sebelum masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, pengaruh agama islam sudah terlebih dahulu masuk, terutama di
daerah-daerah pesisir. Oleh sebab itulah penginjil-penginjil mengambil lokasi penginjilannya pada daerah yang belum dimasuki oleh agama islam. Daerah Batak
merupakan daerah pertama yang dikunjungi oleh penginjil-penginjil Eropa maupun
86
dari Amerika. Sebelum kehadiran kedua agama tersebut, masyarakat Batak dulunya adalam memeluk kepercayaan animism dan dynamism. Kepercayaan ini
menganggap nahwa benda-benda tertentu mempunyai daya kekuatan. Oleh karena itu, harus ditutupi dengan rasa takut, khidmat dan rasa terima kasih. Saat ini aliran
kepercayaan seperti ini sudah mulai menghilang dari tengah-tengah masyarakat seperti di desa Meranti Barat. Sesuai dengan data yang diperoleh, mayoritas
penduduknya adalah beragama Kristen. Kegiatan keagamaan masih sangat terbatas, walaupun ada satu gereja yang
berfungsi sebagai rumah ibadah, hal ini disebabkan karena pendeta tidak ada di desa dan sistem keagamaan di desa dipegang oleh Sintua yakni warga desa yang dituakan
dan dianggap sebagai tokoh panutan yang berfungsi memimpin upacara-upacara adat.
4.2.3.6 Pranata Kesehatan
Di desa ini terdapat bangunan yang harusnya disediakan sebagai pusat layanan kesehatan desa. Namun bangunan ini tidak pernah dipakai karena tidak ada
tenaga medis yang datang ke desa ini untuk melayani masyarakat yang sakit. Masyarakat desa jika mengalami sakit akan pergi ke dukun yang juga berperan
sebagai Sintua orang yang dituakandihormati untuk berobat, Biasanya keluarga akan membuat sesajian untuk salah satu penguasa alam gaib ini dalam upaya
menyembuhkan salah satu keluarga mereka yang sakit. Untuk membantu proses kelahiran hanya ada satu dukun bayi yang tidak
terlatih di desa ini. Dukun bayi ini berperan untuk keseluruhan proses kelahiran bayi, pengalamannya adalah pembelajaran bagi si dukun bayi yang diyakini masyarakat
sangat pintar membantu proses kelahiran. Alternatif pengobatan lain dengan
87
membuat sendiri ramuan tradisional secara turun temurun yang dipercaya masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
4.2.3.7 Pranata Mata Pencaharian dan Teknologi