Hasil Analisis Data Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

105

5.2.7 Informan 7

Informan 7 dalam penelitian ini adalah Bapak Rafles Sirait selaku Kepala Humas PT. Aquafarm Nusantara. Beliau menuturkan bahwa PT. Aquafarm Nusantara mempunyai 3 proyek di 3 kabupaten yaitu Samosir, Tobasa, dan Simalungun. Samosir yang meliputi Desa Pangambatan, Desa Lontung, Desa Silimalombu. Tobasa yang meliputi Desa Sirongkongon dan Desa Ajibata sedangkan Simalungun meliputi Desa Panahatan. Apabila desa-desa yang telah disebutkan diatas ingin mendapatkan dana CSR dari perusahaan dapat mengajukan proposal . Adapun bantuan yang telah disalurkan ke 3 kabupaten tersebut yaitu 76 tong sampah yang diberikan melalui kecamatan sebagai perpanjangan tangan dari perusahaan. Dana CSR dari perusahaan hanya diberikan ke masyarakat sekitar perusahan termasuk Parapat. Terkait dengan adanya kerjasama antara perusahaan dengan pemda hanya sebatas perbaikan sarana jalan dan kerjasama tentang pemberdayaan komunitas adat terpencil belum ada.

5.3 Hasil Analisis Data

Dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil membutuhkan kerjasama dari berbagai instansi terkait seperti pemerintah dan perusahaan. Komunitas Adat Terpencil KAT sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang merupakan lapisan paling bawah dalam struktur masyarakat. Secara geografis bertempat tinggal di daerah terisolisir dan sulit dijangkau. Pranata sosial yang berkembang dalam komunitas adat terpencil pada umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatan dimana kegiatan mereka sehari-hari masih didasarkan pada hubungan darah dan ikatan tali perkawinan. Komunitas adat terpencil yang 106 mendiami lokasi terpencil secara geografis serta sulit dijangkau ini perlu mendapatkan perhatian bersama dari instansi terkait. Rendahnya akses warga dalam pemenuhan kebutuhan dasar, akses layanan sosial, kesehatan, dan pendidikan serta mulai terkikisnya budaya lokal mereka, menjadikan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan peningkatan kualitas sumberdaya daerah KAT yang menjamin warga KAT terpenuhi dan terlindungi kebutuhan hak dasarnya serta terpeliharanya budaya lokal sebagai penghormatan terhadap kearifan lokal daerah KAT. Pemerintah menunjukkan perhatian dan komitmen dalam hal pemerataan pembangunan di Indonesia salah satunya lewat program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Program ini ditujukan bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil dan tertinggal. Kondisi komunitas adat terpencil yang memprihatinkan memunculkan usaha-usaha peningkatan taraf hidup yang digagas dalam sebuah program pemberdayaan. Gagasan akan program ini muncul dengan tujuan menumbuhkembangkan kemandirian masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara selanjutnya menjadi perpanjangan tangan pemerintah sebagai satu-satunya instansi pelaksana program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Walaupun begitu Dinas Kesejahteraan dan Sosial tidak bekerja sendiri. Mereka juga menggandeng pemerintah daerah setempat yaitu Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir dalam proses pelaksanaannya karena pemerintah daerah dinilai lebih paham akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi warganya. Kabupaten Toba Samosir terpilih menjadi salah satu lokasi pemberdayaan komunitas adat terpencil di Sumatera Utara. Sejak tahun 2013 Dinas Kesejahteraan 107 dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sudah melaksanakan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir dan berakhir pada tahun 2014 silam. Pada tahun 2015, Kementerian Sosial RI telah menetapkan Desa Meranti Barat Purna Bina Pemberdayaan KAT. Program pemberdayaan komunitas adat terpencil ini bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial warganya dengan terlebih dahulu memberdayakan segala aspek kehidupan dan penghidupan yang mereka punya. Dengan sumber daya alam dan potensi kearifan lokal yang dimiliki, diharapkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan komunitas adat terpencil meningkat, hak-hak komunitas adat terpencil terlindungi serta meningkatnya kemitraan dengan masyarakat diluarnya. Sebelum Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi melaksanakan program pemberdayaan KAT di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, beberapa pihak yang terkait dari pemerintah provinsi, kabupaten, dan kecamatan melakukan Penjajakan Awal PA dan Studi Kelayakan SK pada tahun 2012 seperti yang dijelaskan oleh informan 1. Kegiatan Penjajakan Awal dan Studi Kelayakan merupakan salah satu tahap pelekasanaan pemberdayaan KAT. Kegiatan Penjajagan Awal merupakan kegiatan pendataan dengan melihat langsung bagaimana kehidupan masyarakat terpencil. Kegiatan ini merupakan bagian dari tindak lanjut kegiatan Pemetaan Sosial. Dalam proses pemetaan sosial telah didapat data dasar tentang topografi, geografi dan demografi calon lokasi yang dikategorikan sebagai daerah KAT. Hasil dari pemetaan data ini kemudian digunakan sebagai bahan informasi untuk masukan dalam pelaksanaan penjajagan awal. Setelah teridentifikasinya daerah KAT dalam kegiatan pemetaan sosial, kemudian baru dilakukan penjajagan awal sebagai proses identifikasi, klarifikasi dan verifikasi untuk benar-benar menentukan kepastian lokasi KAT sebagai daerah 108 pemberdayaan Kementerian Sosial RI. Adapun pihak yang terkait melakukan Penjajagan Awal di Desa Meranti Barat yaitu anggota tim dari Penjajagan Awal, Peneliti dari Universitas Sumatera Utara, anggota tim dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, anggota tim dari Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir, anggota tim dari Dinas Kehutanan Kabupaten Toba Samosir, anggota tim Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Studi kelayakan merupakan bagian dari kegiatan kelanjutan dari Penjajagan Awal PA. Kegiatan studi kelayakan ini setelah ada kepastian dari rencana lokasi KAT berdasarkan asumsi bahwa setiap lokasi memiliki karakteristik sosial budaya yang berbeda yang membawa implikasi pada kebutuhan program pemberdayaan yang berbeda pula. Terkait dengan hal ini, dalam proses PA telah dilakukan penilaian dan pengukuran terhadap beberapa dimensi yakni: dimensi Komunitas Adat Terpencil; dimensi geografis; dan dimensi kesejahteraan. Ketiga dimensi diatas merupakan bagian dari penetapan kategorisasi KAT yang akan menjadi acuan variabel dalam menentukan daerah KAT pada penjajagan awal. Hasil dari penjajagan awal kemudian akan diperkuat oleh hasil pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan SK. Studi Kelayakan merupakan suatu kajian sosial untuk menemukenali kondisi objektif KAT, permasalahan kesejahteraan sosial, potensi dan sumber kesejahteraan sosial dan program atau kegiatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan aktual KAT. Studi Kelayakan diperlukan dalam upaya menghimpun data dan informasi tentang kondisi sosial budaya dan lingkungan, potensi dan sumber kesejahteraan sosial, penyandang masalah kesejah teraan sosial dan jenis-jenis program dan kegiatan yang diperlukan oleh warga KAT sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan warga KAT yang disesuaikan dengan kebutuhan aktual warga KAT. Dari hasil Studi Kelayakan ini diharapkan dapat menjadi konsep 109 dasar untuk perencanaan pelaksanaan program KAT Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Permasalahan yang dihadapi Komunitas Adat Terpencil sangat kompleks karena menyangkut banyak aspek baik aspek sosial, budaya, politik, hukum, lingkungan, ekonomi maupun HAM. Sejumlah permasalahan tersebut saling berkaitan satu sama lain dan secara umum bermuara kepada dua permasalahan mendasar yaitu permasalahan internal yang berasal dari Komunitas Adat Terpencil dan permasalahan eksternal yang menyangkut pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Adapun permasalahan internal yang dihadapi yang menyangkut Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yaitu ketertinggalan dalam sistem sosial, teknologi, dan ideologi dan belum menerima pelayanan pembangunan sehingga kebijakan pemerataan pembangunan belum dapat menjangkau mereka sedangkan permasalahan eksternal yang berkaitan dengan pemberdayaan yaitu masih melemahnya jaringan kerja pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil baik lokal, nasional maupun daerah dan anggaran pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil relatif masih kecil dan belum seimbang dengan tantangan dan permasalahan. Pelaksanaan Program Pemberdayaan KAT yang dimulai pada tahun 2013 di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir menemui kendala dan permasalahan yaitu pemahaman masyarakat kurang tentang program Pemberdayaan KAT, anggaran terbatas melihat jauhnya lokasi Komunitas Adat Terpencil dari kota dan kurangnya dukungan dinas terkait dari kabupaten sehingga proses pelaksanaan pemberdayaan sedikit terhambat seperti yang dijelaskan oleh informan 3. Pemda juga kurang memberikan perhatian kepada lokasi pemberdayaan KAT yang sudah purna bina disebabkan karena kurangnya dana dari kabupaten. 110 Masyarakat kurang mengetahui tentang program pemberdayaan KAT karena salah satu permasalahan internal yang ada dalam pemberdayaan yaitu warga KAT itu sendiri mengalami ketertinggalan dalam sistem sosial, teknologi, dan ideologi dan mereka belum bisa menerima sepenuhnya pelayanan pembangunan yang diberikan oleh Pemerintah. Masih melemahnya jaringan kerja pemberdayaan KAT baik lokal maupun daerah dan kurangnya dukungan dinas terkait dari kabupaten serta anggaran pemberdayaan KAT relatif kecil karena jarak dari kota menuju lokasi KAT menjadi faktor yang menjadi kendala dan masalah yang dihadapi oleh Dinas Sosial Tobasa dalam melaksanakan program pemberdayaan KAT. Salah satu permasalahan eksternal yang muncul terkait dengan pemberdayaan KAT yaitu belum efektifnya tindak lanjut pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang telah dialihkan kepada Pemda setempat sehingga keberhasilannya yang telah diperoleh belum dapat dimaksimalkan. Setelah lokasi Pemberdayaan KAT purna bina maka lokasi tersebut dialihkan ke Pemerintah Daerah agar lokasi tersebut tidak kembali lagi ke KAT sehingga lokasi tersebut menjadi perhatian Pemda. Hal tersebut dialami oleh warga Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Pemda tidak ada memberi perhatian ke Desa Meranti Barat padahal warga sudah mengajukan permohonan pembukaan jalan dan listrik tetapi hingga sekarang belum ada realisasi seperti yang dijelaskan oleh informan 1. Disamping itu, dalam pelaksanaan program pemberdayaan KAT di Desa Meranti Barat tidak ada masalah yang terjadi tetapi setelah rumah selesai dibangun timbul masalah baru yaitu tidak adanya penyediaan air bersih, belum adanya pembangunan jalan menuju lokasi desa, dan pembangunan listrikdan hingga 111 sekarang masyarakat belum menempati rumah yang sudah dibangun tersebut dikarenakan belum adanya listrik dan air seperti yang dijelaskan oleh informan 1. Salah satu faktor penghambat dalam pemberdayaan komunitas adat terpencil yaitu lokasi yang terpencil dan sulit dijangkau. Secara geografis, keberadaan Komunitas Adat Terpencil sangat sulit dijangkau oleh sarana transportasiperhubungan, mereka bermukim di pegunungan, pedalaman dan kawasan pulau-pulau terpencil. Mereka juga kurang memiliki akses informasi sehingga menjadikan Komunitas Adat Terpencil menjadi sangat tertinggal. Permasalahan baru yang muncul setelah Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir telah purna bina yaitu tidak adanya akses jalan, listrik, dan air. Warga Desa Meranti sangat membutuhkan pembangunan jalan, air, dan listrik masuk ke desa mereka karena tanpa adanya pembangunan infrastruktur tersebut mereka masih dikatakan terpencil dan tertinggal jika dilihat dari segi aspek teknologi dan informasi. Belum maksimalnya daya dukung infrastruktur yang dapat mendukung pelaksanaan program Komunitas Adat Terpencil menjadi salah satu faktor penghambat dalam pemberdayaan komunitas adat terpencil. Kondisi ini berimbas pada kualitas penanganan Komunitas Adat Terpencil. Dengan belum maksimalnya daya dukung infrastuktur yang lain dalam pelaksanaan program pemberdayaan KAT mempengaruhi kualitas penanganan pemberdayaan KAT itu sendiri. Seperti halnya yang telah dijelaskan oleh informan 2, daya dukung infrastruktur lainnya seperti perlunya pembangunan listrik, jalan dan air sangat mempengaruhi kualitas penanganan pemberdayaan KAT di Desa Meranti Barat. Untuk membangun akses jalan, air, dan listrik tersebut membutuhkan dana yang cukup besar sementara anggaran dalam melaksanakan pemberdayaan 112 komunitas adat terpencil relatif masih kecil. Dana untuk melaksanakan program pemberdayaan KAT hanya dari Pemerintah yaitu dana APBN. Dana APBN ini disalurkan oleh Kementerian Sosial RI kepada warga komunitas adat terpencil yang telah ditetapkan melalui Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara yang bekerjasama dengan Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir. Sementara itu, warga Desa Meranti Barat telah mengajukan permohonan untuk pembangunan akses jalan dan listrik tetapi belum ada realisasi dari Dinsos Kabupaten. Hal ini dikarenakan dana dari kabupaten untuk Komunitas Adat Terpencil tidak ada. Kabupaten tidak hanya memperoleh dana dari pemerintah pusat melainkan juga dana dari CSR salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Toba Samosir tetapi pembagian dana itu tidak tahu kemana saja. Jika dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten Toba Samosir hanya mendapatkan perhatian dan komitmen dalam hal pemerataan pembangunan dari pemerintah maka percepatan pemberdayaan komunitas adat terpencil di Kabupaten Tobasa akan terhambat oleh dana dan kurang perhatian dari berbagai instansi yang terkait. Oleh karena itu, perlu juga adanya perhatian dari perusahaan-perusahaan besar yang ada di Kabupaten Toba Samosir mengingat Pemerintah telah menetapkan sebuah peraturan yaitu Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Forum Tanggung Jawab Dunia Usaha dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Permensos ini menegaskan pentingnya Peran Dunia Usaha dalam Penyelenggaraan Pembangunan Kesejahteraan Sosial sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19 mengenai Program Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha yang dilaksanakan dengan memprioritaskan salah satu program yang meliputi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 113 Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 tahun 2012 tentang forum tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial. Dalam Bab IV Pasal 19 mengenai Program Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha disebutkan; tanggung jawab sosial dunia usaha dilaksanakan dengan memprioritaskan program yang meliputi: a peningkatanperbaikan penghasilan income generation bagi keluarga miskin, b pemberdayaan sosial social empowerment bagi keluarga bermasalah sosial psikologis dan keluarga bermasalah sosial ekonomis, c pelatihan keterampilan kerja vocational training bagi remaja putus sekolah, bagi wanita rawan sosial ekonomi, dan lain-lain, d kajian dan pengembangan model program tanggung jawab sosial dunia usaha, e perbaikan rumah tidak layak huni, f rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat difabel, g rehabilitasi sosial terhadap wanita tuna sosial, h rehabilitasi sosial terhadap anak nakal, i perlindungan sosial bagi anak terlantar, j home care bagi lanjut usia, k pemberdayaan komunitas adat terpencil, l penanganan korban bencana dan bencana sosial, dan m perlindungan sosial bagi korban tindak kekerasan. Dalam hal ini, hanya berbagai pihak yang mengetahui adanya Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Forum Tanggung Jawab Dunia Usaha dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Informan 3 belum mengetahui tentang Permensos tersebut. Tidak hanya itu, sebagaian besar para pelaku usaha juga belum mengetahui adanya Permensos tersebut dan hanya beberapa saja yang mengetahui adanya Permensos tersebut. Hal ini disebabkan kurang adanya sosialiasi tentang Permensos tersebut di kalangan publik, pemerintah daerah maupun provinsi 114 dan perusahaan. Selain itu, istilah komunitas adat terpencil masih asing di telinga para pelaku usaha. Mereka tidak mengetahui tentang komunitas adat terpencil. Perusahaan-perusahaan besar yang ada di Kabupaten Toba Samosir yang ikut melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan ialah PT. Toba Pulp Lestari dan PT. Aquafarm Nusantara. Kehadiran perusahaan dipastikan melahirkan cost yang harus ditanggung masyarakat sebagai akibat dari berbagai bentuk pencemaran yang ditimbulkan aktivitas ekonomi perusahaan sebagaimana telah dikemukakan. Oleh karena itu, cost tersebut harus diimbangi dengan benefit bagi masyarakat setempat. Adapun benefit bagi masyarakat diupayakan dengan cara menetapkan kewajiban bagi perusahaan untuk memberikan sebagian dari keuntungan yang diperoleh yang akan digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan masyarakat setempat sehingga kesejahteraan perusahaan, khususnya pemilik perusahaan juga diikuti oleh kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan demikian harus dipahami bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bukan sekedar kesediaan menyisihkan sebagian dari keuntungan perusahaan. Hal yang sangat substansial adalah penggunaan dana yang disediakan secara efektif harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang berkualitas, tepat dan berkesinambungan. PT. Toba Pulp Lestari yang melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan hanya memberikan dana CSR dalam bidang pemberdayaan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sosial ekonomi seperrti yang dijelaskan oleh informan 4. Perusahaan juga sudah menetapkan sasaran program pemberdayaan masyarakat tersebut berdasarkan Desa atau Kecamatan Ring 1, Ring 2, atau Ring 3 seperti yang dijelaskanj oleh informan 5. Dalam hal ini, pemberdayaan masyakarat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun 115 kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.Pemberdayaan masyarakat dengan berbagai aktivitas yang mengikutinya tidak menempatkan masyarakat sebagai penerima program dan bantuan sehingga memampukan dan memandirikan masyarakat dalam meningkatkan derajatnya. Dengan kata lain, perusahaan hanya memberikan dana CSR melalui program pemberdayaan masyarakat kepada Desa Ring 1, Desa Ring 2, Kecamatan Ring 1, Kecamatan Ring 2, dan Kecamatan Ring 3 yang merupakan daerah yang terdekat dengan perusahaan dan daerah yang mendapatkan efek dari perusahaan baik dari pencemaran pabrik maupun Perkebunan Kayu Eucalyptusyang ada di daerah masyarakat kecamatan. Jadi perusahaan akan memberikan dana CSR kepada daerah yang ada kayu perusahaan berupa pembangunan sarana jalan. Pembangunan sarana jalan ini perlu karena truk-truk pengangkut kayu dari perusahaan setiap harinya akan melewati jalan tersebut. Sedangkan Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten tidak termasuk ke salah satu desa sasaran penerima dana CSR dari perusahaan disebabkan lokasi desa sangat jauh dari kawasan pabrik. Dalam upaya mencapai efektivitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia dimana salah satunya adalah Model Yayasan atau Organisasi Sosial Perusahaan dimana perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial. Yayasan atau organisasi inilah yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan yang dananya bersumber dari perusahaan. PT. Toba Pulp Lestari mendirikan yayasan sebanyak 3 unit. Masyarakat bisa mengajukan permohonan ke perusahaan dengan ketentuan proposal tersebut sesuai 116 dengan salah satu pilar CD Community Development dan permohonan proposal tersebut bisa diajukan ke salah satu dari tiga yayasan yang telah dibina oleh perusahan tetapi pada saat ini ketiga yayasan tersebut sedang bermasalah. Permohonan proposal yang diajukan masyarakat tersebut juga akan dipertimbangkan oleh yayasan mengingat bahwa perusahaan lebih memprioritaskan memberikan dana CSR kepada desa atau kecamatan Ring 1, Ring 2 atau Ring 3. Oleh karena itu, masyarakat bisa mengajukan permohonan kepada perusahaan melalui kabupaten seperti yang dijelaskan oleh informan 5. Pelaksanaan CSR memang tidak semata memberikan manfaat kepada perusahaan, namun juga memberikan manfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Pelaksanaan CSR dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup sehingga tercapai kesejahteraan. Hal ini akan mengimbangi kemajuan yang dialami oleh perusahaan di lingkungan sekitar sehingga secara tidak langsung kesuksesan dan kemajuan perusahaan dapat terus dibina secara berkelanjutan. Disamping itu, PT. Aquafarm Nusantara yang melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan hanya memberikan dana CSR dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dana CSR dari PT. Aquafarm Nusantara bukan untuk KAT melainkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara umum untuk masyarakat sekitar perusahaan seperti yang dijelaskan oleh informan 6. Perusahaan juga sudah menetapkan kawasan-kawasan terdekat seperti Ajibata dan Parapat dan kabupaten yang terdapat proyek perusahaan seperti Simalungun, Samosir, dan Toba Samosir sebagai penerima CSR. Sedangkan Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten tidak termasuk ke salah satu desa sasaran penerima dana CSR dari perusahaan disebabkan lokasi desa sangat jauh dari kawasan perusahaan seperti yang dijelaskan oleh informan 7. 117 Selama ini belum ada kerjasama dengan pemerintah terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di Kabupaten Tobasa. Akan tetapi, PT. Toba Pulp Lestari mempunyai rencana mengimplementasikan dana CSR kepada lokasi komunitas adat terpencil yang ada di Kabupaten Toba Samosir walaupun lokasi tersebut bukan daerah sasaran penerima CSR perusahaan karena informan 4 menganggap komunitas adat terpencil perlu dibantu. Sementara, PT, Aquafarm Nusantara tidak mempunyai rencana mengimplementasikan dana CSR kepada lokasi komunitas adat terpencil yang ada di Kabupaten Toba Samosir. Hal ini dikarenakan perusahaan hanya mengutamakan memberi dana CSR ke kawasan terdekat perusahaan dan kabupaten penerima CSR yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dan menanggap pelakasanaan pemberdayaan komunitas adat terpencil merupakan tugas pemerintah bukan perusahaan seperti yang dijelaskan oleh informan 6. Padahal, CSR bisa menjadi salah satu solusi yang menguntungkan dan tidak terlalu beresiko sebagai suatu alernatif sumber pembiayaan dibandingkan alternatif sumber pembiayaan lain. Selain itu, hal ini juga akan meningkatkan peran serta sektor swasta dalam pembangunan khususnya pembangunan wilayah. Saat ini pembiayaan pembangunan semakin lama semakin manjadi kebutuhan yang mendesak dan kemampuan keuangan pemerintah daerah cenderung masih terbatas dan seringkali masih tergantung pada dana pemerintah pusat. Melihat permasalahan dana dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di Kabupaten Tobasa sebenarnya diperlukan optimalisasi peran CSR sebagai salah satu sumber pembiayaan pemberdayaan KAT dan berkelanjutan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain: 1. Mengkoordinasikan perusahan-perusahan. 118 2. Memetakan perusahaan-perusahaan pemberi CSR dan mengklusterannya berdasarkan dampak yang dihasilkan dan usaha kerja perusahaan. 3. Merencanakan arahan pembiayaan Pemberdayan KAT dengan menggunakan dana CSR berdasarkan pemetaan dan pengklusteran yang telah dilakukan. 119 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan