46
yang masih hidup berpindah-pindah, terpencar, terpencil dan terisolisir sehingga sulit dijangkau.
Kementerian Sosial RI juga memberikan tiga kategori KAT berdasarkan mobiltas yaitu:
a. Kategori I Kelana
Warga KAT ini biasanya hidup dengan cara berburu dan meramu dari berbagai potensi sumberdaya alam setempat. Pemberdayaan KAT pada kategori I ini
dilaksanakan selama 3 tiga tahun berturut-turut. b.
Kategori II Menetap Sementara Warga KAT ini biasanya hidup dengan cara peladang berpindah tergantung pada
potensi sumberdaya alam setempat yang menjadi orbitasinya. Pemberdayaan KAT pada kategori II ini dilaksanakan selama 2 dua tahun berturut-turut.
c. Kategori III Menetap
Warga KAT ini biasanya hidup dengan cara bertani danatau berkebun. Pemberdayaan KAT pada kategori III ini dilaksanakan selama 1 satu tahun
Kementerian Sosial RI, 2014.
2.4.3 Permasalahan Komunitas Adat Terpencil KAT
Permasalahan yang dihadapi Komunitas Adat Terpencil sangat kompleks karena menyangkut banyak aspek baik aspek sosial, budaya, politik, hukum,
lingkungan, ekonomi maupun HAM Departemen Sosial RI, 2005:67-68. Sejumlah permasalahan tersebut saling berkaitan satu sama lain dan secara umum
bermuara kepada dua permasalahan mendasar yaitu permasalahan internal yang berasal dari Komunitas Adat Terpencil dan permasalahan eksternal yang
menyangkut pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
47
Permasalahan internal Komunitas Adat Terpencil antara lain: 1.
Kesenjangan sistem sosial budaya dengan masyarakat umumnya.
2.
Ketertinggalan dalam sistem sosial, teknologi dan ideologi,
3. Pemenuhan kebutuhan dasar basic human needs seperti sandang, pangan,
perumahan, kesehatan, pendidikan, agama, pekerjaan, rasa aman masih jauh dan
memadai.
4. Belum menerima pelayanan pembangunan sehingga kebijakan pemerataan
pembangunan belum dapat menjangkau mereka.
5. Pemborosan dalam pemanfaatan dan belum berdayagunanya sumber daya alam
serta manusia dalam kegiatan produksi.
6. Belum sepenuhnya terjadi integrasi sosial ke dalam sistem kemasyarakatan
sekitarnya.
7. Dapat mengurangi citra keberhasilan pembangunan karena masih adanya
kesenjangan yang begitu besar.
Permasalahan eksternal yang berkaitan dengan pemberdayaan antara lain, meliputi:
1. Kurang akuratnya data tentang Komunitas Adat Terpencil dengan berbagai latar
belakang sosial budaya. 2.
Terbatasnya pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai sosial budaya dan aspirasi Komunitas Adat Terpencil yang menjadi sasaran pemberdayaan.
3. Belum mantapnya keterpaduan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dengan
instansi sektoral melalui Forum Koordinasi atau kelompok Kerja baik di tingkat pusat maupun daerah.
4. Masih lemahnya jaringan kerja pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil baik
lokal, nasional maupun daerah.
48
5. Jumlah dan kualitas pendamping sosial atau petugas lapangan belum seimbang
dengan jumlah populasi dan kebutuhan pendampingan di lokasi Komunitas Adat Terpencil.
6. Rendahnya partisipasi dan kualifikasi tenaga lapangan, Orsos, dan Lembaga
Swadaya Masyarakat. 7.
Anggaran pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil relatif masih kecil dan belum seimbang dengan tantangan dan permasalahan.
8. Belum efektifnya tindak lanjut pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang
telah dialihkan kepada Pemda setempat sehingga keberhasilannya yang telah diperoleh belum dapat dimaksimalkan Kementerian Sosial RI, 2014.
2.4.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Komunitas Adat Terpencil KAT