48
5. Jumlah dan kualitas pendamping sosial atau petugas lapangan belum seimbang
dengan jumlah populasi dan kebutuhan pendampingan di lokasi Komunitas Adat Terpencil.
6. Rendahnya partisipasi dan kualifikasi tenaga lapangan, Orsos, dan Lembaga
Swadaya Masyarakat. 7.
Anggaran pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil relatif masih kecil dan belum seimbang dengan tantangan dan permasalahan.
8. Belum efektifnya tindak lanjut pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang
telah dialihkan kepada Pemda setempat sehingga keberhasilannya yang telah diperoleh belum dapat dimaksimalkan Kementerian Sosial RI, 2014.
2.4.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Komunitas Adat Terpencil KAT
Faktor pendukung dalam Komunitas Adat Terpencil adalah sebagai berikut yaitu
1. Adanya komitmen yang kuat dari aparat kesejahteraan sosial pemerintah daerah
untuk selalu meningkatkan kualitas penanganan masalah kesejahteraan sosial Komunitas Adat Terpencil.
2. Tersedianya daya dukung ekonomi APBD dan dana dekonsentrasi dalam
program intervensi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 3.
Adanya kemampuan keras dari pendamping sosialaparat sosial terkait untuk meningkatkan kapasitas kinerja untuk memberikan solusi terbaik kepada
Komunitas Adat Terpencil yang menjadi bidang tugasnya,
49
4. Tumbuhnya perhatian dan partisipasi dan kalangan masyarakat umum,
khususnya masyarakat sekitar Komunitas Adat Terpencil untuk terlibat dalam kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
5. Berkembangnya komitmen lembaga-lembaga non pemerintah, Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM, tokoh masyarakat, dunia usaha, kalangan praktisi, dan akademi untuk berpartisipasi menangani permasalahan kesejahteraan sosial
Komunitas Adat Terpencil. Faktor penghambat dalam Komunitas Adat Terpencil yaitu
1. Secara geografis, keberadaan Komunitas Adat Terpencil sangat sulit dijangkau
oleh sarana transportasiperhubungan, mereka bermukim di pegunungan, pedalama dan kawasan pulau-pulau terpencil. Mereka juga kurang memiliki
akses informasi sehingga menjadikan Komunitas Adat Terpencil menjadi sangat tertinggal.
2. Sebagian Komunitas Adat Terpencil cenderung memiliki budaya tertutup dari
luar dan menolak berbagai pengaruh budaya dari luar komunitasnya, masih terisolir tidak memiliki akses transportasi, tertinggal dan miskin. Hal ini
berimplikasi pada usaha memberdayakan memerlukan waktu yang relatif lama, perlu tenaga pemberdaya yang benar-benar profesional dan dana yang relatif
besar. 3.
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil cenderung masih dilaksanakan secara sektoral oleh instansi terkait yang didasarkan pada tugas dan tanggungjawab
masing-masing instansi. Akibatnya koordinasi melalui kerjasama melalui jaringan kerja network antarsektor dan antarwilayah secara terpadu kurang
berjalan baik dan mengahsilkan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan Komunitas Adat Terpencil.
50
4. Terbatasnya tenaga pelaksana pemberdaya Komunitas Adat Terpencil baik
secara kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan kompleksitas permasalahan Komunitas Adat Terpencil.
5. Kerjasama dengan pihak non pemerintaha, akdemisi dan LSM yang belum
terjalin dengan baik. 6.
Peran dan fungsi pendamping sosial yang dibutuhkan Komunitas Adat Terpencil untuk mengentaskan masalah kesejahteraan sosial masih belum maksimal. Hal
ini disebabakan antara lain masih dijumpai adanya pendampingan sosial bagi Komunitas Adat Terpencil.
7. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil masih difokuskan pada pemenuhan
kebutuhan dasar Komunitas Adat Terpencil terutama menyangkut kebutuhan ekonomi.
8. Meskipun program pemberdayaan mengacu pada kearifan lokal, namun dalam
implemenmtasinya masih dijumpai dengan praktik pendekatan top down dan sistem target sehingga semua masalah dan kebutuhan Komunitas Adat Terpencil
belum terakomodasikan dalam rencana intervensi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
9. Belum maksimalnya daya dukung infrastruktur yang dapat mendukung
pelaksanaan program Komunitas Adat Terpencil. Kondisi ini berimbas pada kualitas penanganan Komunitas Adat Terpencil Cahyono, 2009:44.
51
2.5 Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil 2.5.1 Ruang Lingkup Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil PKAT adalah pemberian kewenangan dan kepercayaan kepada KAT untuk menentukan sendiri nasib dan
berbagai bentuk program kegiatan pembangunan serta kebutuhan mereka melalui upaya perlindungan, penguatan, pengembangan, konsultasi dan advokasi guna
peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya. Dalam konteks ini, pemberdayaan KAT merupakan proses pembelajaran sosial dengan menghargai inisiatif dan kreativitas
KAT terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi sehingga masyarakat secara mandiri dapat mengaktualisasikan dirinya dalam memenuhi kebutuhan dasar
dan mampu memcahkan permasalahannya. Kementerian Sosial RI, 2012:6 Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial No.
020.APSKPTSVI2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dikatakan bahwa Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil PKAT
merupakan salah satu bentuk kepedulian dan komitmen pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan pada mereka yang masih belum tersentuh proses
pembangunan nasional yang umumnya berada pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Kementerian Sosial RI, melalui program komunitas adat terpencil
mengkhususkan memberdayakan mereka agar bersama-sama dengan masyarakat Indonesia lainnya ikut dalam proses pembangunan sebagaimana yang dicita-citakan
dalam amanat UUD 1945. Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil merupakan program yang
diarahkan pada upaya pemberian kewenangan dan kepercayaan kepada masyarakat dengan ketegori terpencil. Melalui program ini diharapkan masyarakat dapat
menemukan masalah dan kebutuhan beserta upaya pemecahannya berdasarkan
52
kekuatan dan kemampuannya sendiri sehingga tercipta peningakatan mutu hidup, terlindungi hak dasarnya serta terpeliharanya budaya lokal.
Dalam konteks Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, yang menjadi fokus perhatiannya adalah mereka yang berada di daerah yang terpencil baik
secara geografis, sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Kekhawatiran akibat dari keterpencilan tersebut menjadikan mereka terhambat perkembangannya dalam
semua aspek kehidupan sebagai sebuah masyarakat yang berdampak semakin tertinggalnya mereka dari masyarakat lainnya yang telah mendapatkan akses
pelayanan sosial dasar. Jika dilihat dari pengertian operasionalnya, pemberdayaan komunitas adat
terpencil merupakan upaya penguatan mereka untuk menentukan sendiri pemenuhan kebutuhannya dengan telaahan dan penyusunan berbagai bentuk programkegiatan
pembangunan melalui upaya perlindungan, penguatan dan pengembangan guna peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya Departemen Sosial RI, 2003.
Visi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil adalah Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil yang mandiri di dalam berbagai aspek kehdupan dan
penghidupan. Sedangkan Misi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil antara lain: 1.
Meningkatkan harkat dan martabat komunitas adat terpencil. 2.
Meningkatkan kualitas hidup komunitas adat terpencil. 3.
Memperkuat pranata dalam jaringan sosial. 4.
Mengembangkan sistem kehidupan dan penghidupan yang berlaku pada komunitas adat terpencil.
5. Meningkatkan peran serta dan tanggung jawab sosial masyarakat dalam proses
pemberdayaan komunitas adat terpencil.
53
Tujuan pemberdayaan komunitas adat terpencil adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial komunitas adat terpencil dalam segala aspek
jasmani, rohani dan sosial. Berdasarkan tujuan tersebut maka ada empat aspek yang saling terkait satu sama lainnya meliputi:
1. Aspek fisik : segala hal yang menyangkut kebutuhan fisiljasmani seperti pangan,
sandang, papan dan lingkungan. 2.
Aspek mental rohani : seperti pengetahuan, pendidikan, kesehatan dan interaksi dengan masyarakat luas.
3. Aspek sosial : meliputi pengenalan tentang perlindungan yang optimal terhadap
hak-hak yang melekat pada komunitas adat terpencil, meningkatnya interaksi dan komunikasi antarwarga komunitas adat terpencil, terciptanya jaringan kerja,
berkembangnya pranata sosial yang diarahkan untuk penegmbangan kelembagaan masyarakat agar mampu mengaktualisasikan diri dan
megartikulasikan kepentingan dan kebutuhan komunitas adat terpencil tersebut. 4.
Aspek ekonomi : meliputi penguatan ekonomi komunitas adat terpencil yang disesuaikan dengan potensi dan kebiasaan yang sudah ada untuk dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat secara umum sehingga disamping memberdayakan warga komunitas adat terpencil juga mencegah
terjadinya eksploitasi terhadap warga komunitas adat terpencil tersebut. Secara umum pemberdayaan komunitas adat terpencil dilaksanakan agar
warga komunitas adat terpencil tercegah dari kerentanan disintegrasi sosial, terlindungi dari eksploitasi sosial dan ekonomi, terjaminnya hak dan terlaksananya
kewajiban warga komunitas adat terpencil sebagaimana yang seharusnya diberikan dan dilaksanakan oleh warga negara lainnya di luar komunitas adat terpencil.
54
Pemberdayaan komunitas adat terpencil diarahkan pada upaya penegmbangan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan
wajar sehingga mampu mananggapi berbagai perubahan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Adapun jenis kegiatan dalam pemberdayaan komunitas adat terpencil meliputi:
a. Penyuluhan merupakan suatu upaya berkesinambungan untuk membimbing
komunitas adat terpencil khususnya dengan masyarakat luas baik perorangan atau lembaga kea rah kesadaran terhadap arti penting pemberdayaan sosial
komunitas adat terpencil. b.
Bimbingan merupakan suatu proses terencana dan terorganisasi untuk menumbuh-kembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
untuk menindaklanjuti hasil penyuluhan sosial pada komunitas adat terpencil, lingkungan sosial dan masyarakat luas.
c. Pelayanan merupakan usaha untuk memfasilitasi dan atau bantuan kepada warga
komunitas adat terpencil baik secara perorangan, kelompok, maupun secara keseluruhan guna terlaksananya tujuan program pemberdayaan.
d. Perlindungan merupakan upaya mempertahankan dan melindungi adat-istiadat
dan atau lingkungan sosial budaya berdasarkan perspektif sosial budaya yang berlaku secara universal dan terhindarnya dari berbagai bentuk eksploitasi
terhadap warga komunitas adat terpencil Departemen Sosial RI, 2003. Dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, tak
jarang dijumpai beberapa permasalahan teknis di dalam pelaksanaan tugas pemberdayaan komunitas adat terpencil. Permasalahan tersebut antara lain:
a. Lokasi keberadaan komunitas adat terpencil sulit dijangkau.
55
b. Alat transportasi menuju ke lokasi sangat terbatas.
c. Belum optimalnya kesamaan persepsi instansi terkait dan masih terbatasnya
pelaksanaan kerjasam antarsektoral. d.
Anggaran yang tersedia masih terbatas.
2.5.2 Dasar Hukum Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil