Teknik Analisis Data Pengantar

72

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempeleajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk kesimpulan peneliti Moeloeng, 2007:247. Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melaainkan lebih ditujukan sebagi tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara mendalam sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. 73 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Kabupaten Toba Samosir 4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Kabupaten Toba Samosir dibentuk dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998, merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara.Selanjutnya dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003. Kabupaten ini dibagi kembali menjadi Kabupaten Toba-Samosir dan Kabupaten Samosir. Sejak tahun 2008 Kabupaten ini kemudian terdiri dari 16 kecamatan dengan 231 desa dan 13 kelurahan, yaitu: Kecamatan Balige Ibukota Balige dengan 29 desa dan 6 Kelurahan seluas 91,05 km2; Tampahan Gurgur degan 6 desa seluas 24,45 km2; Laguboti Laguboti dengan 22 desa dan 1 Kelurahan seluas 73,9 km2; Habinsaran Pasoburan dengan 21 desa dan 1 Kelurahan seluas 408,70 km2; Borbor Borbor dengan 15 desa seluas 176,65 km2; Nassau Lumbun Rau Tengah dengan 10 desa seluas 335,50 km2; Silaen Silaen dengan 23 desa seluas 172,58 km2; Sigumpar Sigumpar dengan 9 desa dan 1 Kelurahan seluas 25,20 km2; Porsea Porsea dengan 14 desa dan 3 Kelurahan seluas 37,88 km2; Pintu Pohan Meranti Pintu Pohan dengan 7 desa seluas 277,27 km2; Siantar Narumonda Narumonda I dengan 14 desa seluas 22,20 km2; Lumban Julu Lumban Julu dengan 12 desa seluas 90,90 km2; Uluan Lumban Binanga dengan 17 desa seluas 109 km2; Ajibata Pardamean Ajibata dengan 9 desa dan 1 Kelurahan seluas 72,8 km2; Parmaksian Pangombusan dengan 11 desa seluas 45,98 km2; dan Bonatua Lunasi Lumban Lobu dengan 12 desa seluas 57,74 km2. Kecamatan Balige merupakan Kecamatan dengan jumlah desakelurahan terbanyak yakni 35 desakelurahan sedangkan Kecamatan Tampahan 74 merupakan Kecamatan dengan jumlah desakelurahan paling sedikit yaitu hanya 6 desa. Kabupaten Toba Samosir berada pada 2003’ - 2040’ Lintang Utara dan 98056’-99040’ Bujur Timur. Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021,8 Km2. Kabupaten Toba Samosir berada di antara lima kabupaten yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Labuhan Batu dan Asahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir.

4.1.2 Topografi dan Iklim

Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 900 - 2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi berbukit dan bergelombang dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah didominasi jenis tanah Tufa Toba, pasir bercampur tanah liat, kapur dan sebagian lainnya berupa lapisan tanah batuan yang relatif kurang subur bagi pertanian.Wilayah Toba-Samosir menjadi daerah pengaman bagi Kabupaten lainnya karena wilayah ini merupakan hulu dari beberapa sungai besar dan kecil yang mengalir ke wilayah Timur Sumatera Utara.Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa. Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 170-290C dan rata-rata kelembaban udara 85,04. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Toba Samosir per bulan berdasarkan data pada 14 75 stasiun pengamatan sebesar 223 mm.Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 759 mm,sedangkan pada bulan Mei curah hujan yang turun sangat rendah sekitar 93 mm.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

a. Angkutan Darat Jalan merupakan prasarana untuk menghubungkan antara suatu daerah terhadap daerah lainnya. Selain itu jalan juga berfungsi untuk memperlancar dan mendorong timbulnya kegiatan perekonomian. Sebagai prasarana transportasi yang penting, dari segi kuantitas selain harus dapat menjangkau seluruh daerah untuk membuka daerah yang terisolir, juga memperhatikan dari segi kualitas, yaitu keadaankondisi jalan serta rambu-rambu jalan. Sejalan dengan laju pembangunan dituntut peningkatan pembangunan jalan untuk semakin memudahkan mobilitas penduduk dan barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan tahun 2011 mencapai 1.399,83 Km yang terdiri dari 61,08 Km jalan Negara, 131 Km jalan Provinsi dan 1.207,75 Km jalan Kabupaten. Sekitar 38,57 dalam kondisi baik, sekitar 15,06 dalam kondisi sedang dan 45,83 dalam kondisi rusak dan rusak berat. Jembatan sepanjang 2.245,95 meter dalam keadaan baik, sepanjang 280,7 meter kondisi sedang dan 142,86 meter jembatan rusak. Tercatat 3.573 sepeda motor, 34 becak motor, 246 mobil barang, 246 mobil penumpang, 57 bus, 1 jip dan 1 sedan. b. Angkutan Danau Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba ini juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan Pulau Samosir dengan 76 daerah Toba. Tercatat 5.578 kunjungan kapal, 193.137 penumpang dan 4.130,33 ton barang yang beraktivitas di 3 dermaga pada tahun 2011.Dermaga Ajibata merupakan dermaga yang paling sibuk dengan 3.944 kunjungan kapal, 167.650 penumpang dan 3.762 ton barang. Dermaga Balige dengan 1.530 kunjungan kapal, 21.712 penumpang dan 276,8 ton barang. Sedangkan Dermaga Porsea dengan 104 kunjungan kapal, 3.775 penumpang dan 97,5 ton barang. c. Kantor Pos Jumlah kantor Pos di Kabupaten ini tahun 2011 tercatat 7 unit. Secara total jumlah surat biasa, kilat, kilat khusus dan tercatat yang dikirim dan diterima masing-masing sebanyak 40.255 dan 69.069 surat; 696 paket pos dikirim dan 2.594 paket pos diterima; 3.684 wesel pos diterima senilai Rp. 4.691.206,- dan 9.288 wesel pos dikirim senilai Rp. 10.460.921,-. d. Air minum Air yang bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kebutuhan manusia. Kebutuhan akan air bersih terutama untuk kepulauan air mnim. Sampai tahun 2004 baru tiga kecamatan di kabupaten Toba Samosir yang menikmati air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirtanadi Cabang Toba Samosir yang terbesar di 38 desa kelurahan dengan jumlah pelanggan sebayak 3.397. Ketiga kecamatan tersebut adalah kecamatan Balige, Laguboti, dan Porsea. Di kecamatan Balige ternyata pada 14 desakelurahan dari 39 desakelurahan yang ada, dengan jumlah pelanggan sebanyak 2.038 pelanggan.Di kecamatan Laguboti ada 13 desa dengan pelanggan 427 pelanggan dan di kecamatan Porsea ada 11 dengan jumlah pelanggan sebanyak 932. Pada tahun 2004 produksi air bersih 77 yang disalurkan sebanyak 1.031.424 m3, naik sebesar 9.57 dibanding tahun 2003 dengan nilai air bersih yang dihasilkan sebesar Rp 1.203.318.000. Berdasarkan kategori pelanggan dari 3.397 pelanggan, pelanggan rumah tempat tinggal merupakan pelanggan terbesar yaitu sebanyak 2.779 pelanggan. Pelanggan terbesar berikutnya adalah konsumen tokoindustri dan instansi pemerintah masing-masing sebanyak 313 dan 50 pelanggan. e. Listrik Listrik merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan aktivitas masnusia. Di zaman yang semakin maju dengan teknologi yang berkembang pesat, kebutuhan akan listrik menjadi sumber energi utama bagi masyarakat khususnya untuk penerangan.Jumlah pelanggan listrik yang tercatat pada PL PLN Ranting Balige dan Porsea 2004 sebanyak 30.817 pelanggan. Berdasarkan jumlah pelanggan menurut kecamatan, Balige merupakan kecamatan dengan jumlah pelanggan terbanyak yaitu : 8.148 26.44 , disusul kecamatan Porsea dengan 7.730 pelanggan 25.08 .Berdasarkan jenis pelanggan menurut tarif, sekitar 82.23 merupakan pelanggan RT sederhana TR 250-500 VA. f. Rumah Sakit Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang ditunjang oleh kemudahan dan terjangkaunya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat luas merupakan salah satu pilar pembangunan di bidang kesehatan pemerintah kabupaten Toba Samosir.Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas, pondok bersalin desa, posyandu, apotek, toko obat, dan lain-lain merupakan sarana dalam meningkatkan dan menunjang kualitas hidup masyarakat. 78

4.1.4 Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Toba-Samosir pada tahun 2011 adalah 174.748 jiwa 86.874 laki-laki dan 87.874 wanita, rasio 98,86 dengan jumlah rumah- tangga 43.413 RT. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 86,43 jiwakm2. Kecamatan Balige merupakan ibukota Kabupaten, pusat perdagangan dan pusat pemerintahan oleh karena itu kepadatan penduduk berada pada tingkat tertinggi yaitu 406,46 jiwakm2 diikuti dengan Kecamatan Porsea dengan 356,52 jiwakm2. Sedangkan Nassau merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terkecil yaitu hanya 21,70 jiwa km2. Jumlah lowongan kerja tersedia pada tahun 2011 adalah sebesar 430 lowongan yang belum terpenuhi. Jumlah pencari kerja yang terdaftar adalah 373 orang 78 laki-laki dan 295 wanita. Dari jumlah tersebut 73,19 merupakan pencari kerja tamatan SLTA, tamatan Diploma 7,24 dan tamatan Sarjana berkisar 19,57. Dari 373 orang pencari kerja tersebut yang diterima berjumlah 165 orang dari berbagai latar belakang pendidikan. 4.2 Lokasi Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir 4.2.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Meranti Barat terletak pada dataran tinggi . Ketinggian Desa sekitar 2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal, dengan panoramanya yang begitu Indah. Kampung-kampung huta didesa ini terletak di tengah-tengah areal perladangan dataran tinggi yang luas dan subur. 79 Pada setiap huta selalu ditanami tanaman antara lain: hariara, jabi-jabi, bintarar, sotul, mangga, tiung dan juga bamboo berduri yang berfungsi sebagai pagar ataupun pohon pelindung untuk binatang ataupun terhadap tiupan angin yang kencang. Desa Meranti Barat dengan luas arealnya kira-kira 2500 Ha dengan pola menyebar. Di desa ini turun hujan tidak merata sepanjang tahun disebabkan karena daerah inipada umumnya mengenal dua musim yaitu penghujan dari bulan Oktober hingga bulan Maret sedangkan musim kemarau dari bulan Maret hingga Oktober. Kondisi geografis serta jatuhnya hujan tersebut sangat mempengaruhi siistem pertanian yang dilakukan oleh penduduk. Pada musim penghujan petani sudah mulai turun ke sawah untuk mengerjakan sawahnya dan nantinya pada musim kemarau mereka telah panen. Desa Meranti Barat terdiri dari tiga huta yakni dusun Huta Lapo Onan, dusun Huta Tonga-Tongan Huta Poledung, dan dusun Huta Dolok. Desa meranti Barat menurut sejarah sudah ada dan didiami warga selama 12 silsilah dimana 1 silsislah mempunyai kurun waktu 60 tahun. Ini berrati keberadaan desa tersebut secara turun temurun sudah ada sejak 7 abad silam. Dahulunya letak wilayah desa ini berpindah-pindah administrasi pemerintahan, pernah di bawah wilayah administrasi Kecamatan Habinsaran, Kecamatan Porsea, Kecamatan Pembantu Parhitean, Kecamatan Pintu Pohan Meranti dan saat ini Desa Meranti Barat masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Silaen. Desa Meranti Barat merupakan desa terpencil di tengah kawasan hutan dan pegunungan. Masyarakat Desa Meranti Barat merupakan penduduk asli etnik Batak Toba. Merupakan Desa terpencil dimana akses menuju ke desa masih sangat sulit dan terbatas. Jumlah penduduk di Desa Meranti Barat ini sebanyak 259 jiwa dengan 50 Kepala keluarga yang bermukim di tiga huta yakni dusun Huta Godang Lapo Onan, 80 dusun Huta Tonga-Tonga Huta Poledung, dusun Huta Dolok. Untuk mengetahui sejak kapan manusia yang mendiami tanah batak, memang belum dapat ditentukan secara pasti tapi berdasarkan penelitian para ahli, maka diketahui bahwa Tanah Batak telah didiami oleh manusia sejak zaman prasejarah. Zaman prasejarah batak adalah lebih bertitik tolak pada situasi dan sistem berpikir mereka yang masih berbau mitos, legenda-legenda dan pewarisan sejarah kehidupan mereka umumnya direkam dalam dongeng yang dituangkan secra lisan. Adapun tonggak sejarah Batak adalah dimulai dengan mitos di asir Buhit yakni nenek moyang yang pertama yang berasal dari gunung Pusuk Buhit. Kemudia kedatangan dari pegunungan Burma ke tanah Batak. Kemudian dilanjutkan lagi dengan zaman penyebaran suku Batak, kedatangan orang-oramg Eropa maupun Asia dan Timur tengah bergabung secara khusus yakni pada zaman penjajahan Eropa maupun Asia. Dengan zaman kemerdekaan Republik Indonesia sekarang ini. Dimana setiap periode pembabakan sejarah Batak ini, tentunya mempunyai akibat-akibat tersendiri kepada suku Batak dan mempunyai pengaruh langsung ke dalam. Desa Meranti Barat terdiri dari 3 dusun, yakniHuta Godang Lapo Onan, dusun Huta Tonga-Tonga Huta Poledung, dusun Huta Dolok.Berdasarkan hasil Penjajagan Awal Desa Meranti Barat merupakan daerah terpencil yang masuk dalam kategori KAT II, alasan ini dilandasi oleh data dilapangan secara topografi, etnografi dan geografis penilaian kategori terlampir pada laporan Penjajagan Awal. Status tanah desa yang masih merupakan tanah adat ulayat marga Siagian, Panjaitan dan Nainggolan.

4.2.2 Keadaan Umum Jalur PerhubunganTransportasi

81 Desa Meranti Barat seperti yang dituturkan oleh masyarakat sudah ada sejak 7 abad silam dan pada zaman penjajahan Belanda, desa ini merupakan basis perlawanan oaring-orang Batak terhadap agresi Belanda. Pada saat ini akses jalan atau transportasi hanya terhubung melalui Kecamatan Silaen atau juga bisa melalui perbatasan Kecamatan Habinsaran. Untuk menuju desa dilalui dengan jalan setapak dan berbatu serta mendaki dan bisa dilalui dengan kenderaan khusus seperti jeep dan mobil gerdang dua sampai di perbatasan desa. Sedangkan untuk menuju desa harus dilalui dengan berjalan kaki dan mendaki.

4.2.3 Kehidupan Sosial Budaya dan Lingkungan

4.2.3.1 Pranata Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Batak Toba saat ini bermata pencaharian sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai, wiraswasta dan pejabat pemerintahan. Dalam berwiraswasta bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat adalah usaha kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos, ukiran kayu, dan ukiran logam. Saat ini sudah cukup banyak juga yang memulai merambah ke bidang usaha jasa. Sekitar 99 mata pencaharian masyarakat desa Meranti Barat adalah pertanian, selebihnya adalah 1 orang guru SD dan 2 orang pegawai swasta yang mengajar secara honor pada sekolah dasar. Masyarakat tradisional Batak Toba seperti yang tergambarkan di Desa Meranti barat ini, masyarakatnya bercocok tanam padi di sawah dan juga mengolah ladang secara berpindah-pindah. Hal ini disebabkan oleh Desa Meranti Barat adalah dataran yang landai dan terbuka sehingga memungkinkan untuk bercocok tanam padi di sawah. Hasil pengolahan tanaman padi di sawah hanya dapat menghasilkan panen satu kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang tidak begitu baik, irigasi yang 82 terbatas dan juga tanpa penanganan tanaman yang terampil. Demikian halnya dengan hasil pengolahan tanaman di ladang, hanya dapat menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu kemudaian lahan tidak dapat digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut akan ditinggalkan dan berpindah ke ladang yang baru. Dahulu kala,pembukaan ladang yang baru dimulai dengan pemilihan lahan melalui ritual bersama seorang datu dukun yang disebut parma-mang. Lahan yang biasanya dijadikan ladang adalah lahan yang tidak ditempati atau kawasan hutan alami yang belum dijamah oleh manusia. Kemudian lahan tersebut dibersihkan dengan cara dibakar. Upacara selanjutnya adalah memberikan sesaji kepada penunggu lahan agar tidak mengganggu pengolah ladang dan juga sekaligus sebagai upacara pemilihan hari baik untuk mulai menanam. Selama musim pembukaan lahan ini, masyarakat kampung dilarang untuk keluar-masuk kampung. Hal ini dilakukan untuk menghindari mala petaka dan bahaya yang mungkin terjadi karena penunggu lahan yang merasa terusik. Tapi sekarang keberadaan datu ini sudah tidak menjadi dominan lagi, akan tetapi kebiasaan membuka lahan baru ini masih tetap ada. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah tebu, tanaman obat, ubi, jahe, sayu-sayuran dan tiung atau terong belanda. Demikian juga pohon aren yang sengaja ditanam di tengah ladang untuk menghasilkan tuak, sejenis minuman beralkohol, yang menjadi kesukaan masyarakat Batak. Hasil pertanian masyarakat desa Meranti Barat seperti padi hanya menanam untuk konsumsi mereka sendiri tidak untuk dijual sebagai cadangan keluarga selama setahun, sedangkan hasil pertanianperladangan lain biasanya akan dijual sampai keluar desa.

4.2.3.2 Pranata Politik

83 Kehidupan perpolitikan warga masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena informasi dan penyuluhan dari lembaga politik sangat terbatas. Hampir tidak pernah kampanye perpolitikan dilakukan di desa ini. Pemahaman masyarakat tentang politik hanya didapat dari cerita di kedai kopi dengan sesama warga.

4.2.3.2 Pranata Kelembagaan Adat

Sistem kekerabatan orang Batak termasuk di Desa Meranti Barat menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut dalihan na tolu bahasa toba, di simalungun disebut tolu sahundulan. Dalihan dapat diterjemahkan sebagai tungku dan hundulan sebagai posisi duduk. Keduanya mengandung arti yang sama : 3 posisi penting dalam kekerabatan orang Batak, yaitu : a. Hula Hula Atau Tondong : yaitu kelompok orang orang yang posisinya di atas, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut Somba Somba Marhula Hula yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. b. Dongan Tubu atau Sanina : yaitu kelompok orang orang yang posisinya sejajar, yaitu : temansaudara semarga sehingga disebut manat mardongan tubu artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan. c. Boru : yaitu kelompok orang orang yang posisinya di bawah, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari hari disebut elek marboru artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat. 84 Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut, ada saatnya menjadi Hula-hulaTondong, ada saatnya menempati posisi Dongan TubuSanina dan ada saatnya menjadi Boru. Dengan dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang. Dalam sebuah acara adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat. Itulah realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya. Lebih tepat dikatakan bahwa Dalihan Na Tolu merupakan sistem demokrasi orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai nilai yang universal.

4.2.3.3 Pranata Sosial

Masyarakat Batak secara umum menganut garis keturunan berdasarkan laki- laki atau patrilineal. Marga laki-laki si Bapak yang digunakan sebagai marga pewaris keturunannya. Di dalam masyarakat suku Batak, anak laki-laki lebih diagungkan daripada anak perempuan karena akan meneruskan marga keluarga. Perkawinan antara perempuan dan laki-laki dilarang dalam satu marga atau saudara senina dalam satu ras sukunya. Dalam kehidupan kesehariannya, masyarakat Meranti Barat peran raja adat Raja Hata masih menjadi pegangan masyarakat. Kepemimpinan informal yang sudah ada sebelum adanya struktur formal pemerintahan menjadi kepemimpinan yang dipatuhi dan dihormati masyarakat Partukkoan. Kepemimpinan raja adat ini didasari pada milik marga yang pertama sekali membuka desa.

4.2.3.4 Pranata Kepemilikan dan Sistem Penguasaan Wilayah

85 Berdasarkan informasi ketika diskusi pada studi kelayakan diketahui dari peserta dinas bahwa status kawasan adalah bukan hutan lindung. Berdasarkan sejarahnya, lahan pemukiman masyarakat merupakan lahan tanah adat marga Siagian, hal ini dikarenakan marga Siagian yang pertama sekali menemukan daerah ini. Kepemilikan tanah adat tidak dapat diperjual belikan atau dipindah tangankan kepada orang lain. Dalam adat Batak tanah ulayat merupakan tanah milik bersama hanya simbolis semata sebab kepemilikan tanah secara nyata adalah milik individual. Konsep ini sesuai misi budaya orang Batak dimana seorang anak malah dinilai berhasil bila keluar dari teritoritanah ayahnya dan membangun harajaannya sendiri. Untuk tindak lanjut program KAT penghormatan terhadap hak tanah ulayat ini harus benar-benar diperhatikan. Jika melihat kepada status dan manfaat jika pelaksanaan program KAT ini dilakukan terkait dengan tanah ulayat, bagaimanapun tanah ulayat tidak dapat dipindah tangankan kepada orang lain, sehingga sasaran program benar-benar dapat di manfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai target penerima manfaat program. Hasil FGD yang dilakukan, untuk persoalan tanah ini, maka marga Siagian sudah menyatakan bersdia menyerahkan tanahnya sekitar 2 ha untuk keberlanjutan program KAT yang akan dilaksanakan di Desa Meranti Barat ini.

4.2.3.5 Pranata Agama, Religi dan Kepercayaan

Menurut sumber-sumber yang diperoleh, sebelum masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, pengaruh agama islam sudah terlebih dahulu masuk, terutama di daerah-daerah pesisir. Oleh sebab itulah penginjil-penginjil mengambil lokasi penginjilannya pada daerah yang belum dimasuki oleh agama islam. Daerah Batak merupakan daerah pertama yang dikunjungi oleh penginjil-penginjil Eropa maupun 86 dari Amerika. Sebelum kehadiran kedua agama tersebut, masyarakat Batak dulunya adalam memeluk kepercayaan animism dan dynamism. Kepercayaan ini menganggap nahwa benda-benda tertentu mempunyai daya kekuatan. Oleh karena itu, harus ditutupi dengan rasa takut, khidmat dan rasa terima kasih. Saat ini aliran kepercayaan seperti ini sudah mulai menghilang dari tengah-tengah masyarakat seperti di desa Meranti Barat. Sesuai dengan data yang diperoleh, mayoritas penduduknya adalah beragama Kristen. Kegiatan keagamaan masih sangat terbatas, walaupun ada satu gereja yang berfungsi sebagai rumah ibadah, hal ini disebabkan karena pendeta tidak ada di desa dan sistem keagamaan di desa dipegang oleh Sintua yakni warga desa yang dituakan dan dianggap sebagai tokoh panutan yang berfungsi memimpin upacara-upacara adat.

4.2.3.6 Pranata Kesehatan

Di desa ini terdapat bangunan yang harusnya disediakan sebagai pusat layanan kesehatan desa. Namun bangunan ini tidak pernah dipakai karena tidak ada tenaga medis yang datang ke desa ini untuk melayani masyarakat yang sakit. Masyarakat desa jika mengalami sakit akan pergi ke dukun yang juga berperan sebagai Sintua orang yang dituakandihormati untuk berobat, Biasanya keluarga akan membuat sesajian untuk salah satu penguasa alam gaib ini dalam upaya menyembuhkan salah satu keluarga mereka yang sakit. Untuk membantu proses kelahiran hanya ada satu dukun bayi yang tidak terlatih di desa ini. Dukun bayi ini berperan untuk keseluruhan proses kelahiran bayi, pengalamannya adalah pembelajaran bagi si dukun bayi yang diyakini masyarakat sangat pintar membantu proses kelahiran. Alternatif pengobatan lain dengan 87 membuat sendiri ramuan tradisional secara turun temurun yang dipercaya masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

4.2.3.7 Pranata Mata Pencaharian dan Teknologi

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Meranti Barat adalah bertani. Pertanian mereka pada umumnya adalah kopi, tiung terong belanda, dan ubi kayu. Bibit tanaman kopi mereka beli namun tanaman lainnya mereka dapat dari sekitar perkebunan mereka sendiri yang dikembangkan. Dengan menggunakan peralatan yang sederhana seperti cangkul, babat dan golok pembukaan lahan pertanian dan proses penanaman dilakukan. Peralatan-peralatan pertanian ini mereka dapatkan di beli di pusat kecamatan. Pertanian di Meranti Barat ini tidak menggunakan pupuk kimia. Masyarakat terbiasa menggunakan pupuk bahan alami. Pupuk kompos dibuat dari dedaunan yang kering yang dibuatkan lubang untuk menanam dedaunan dan ditimbun tanah, setelah dedaunan kering dianggap sudah menyatu dengan tanah, maka pupuk siap di ambil untuk di berikan ke tanaman pertanian mereka. Proses menghasilkan hasil pertanian pada sistem pengairannya masih tergantung pada alam dan lingkungan. Beberapa masyarakat memelihara ternak seperti ayam dan babi yang hanya dikonsumsi di desa. Warga jarang sekali mengkonsumsi ikan laut, ikan yang mereka konsusmsi hanya ikan keringikan asin. Jika masyarakat ingin mengkonsumsi ikan, maka mereka akan mencarinya di daerah sungai atau dengan memancingnya. Untuk teknologi pertanian yang digunakan masih menggunakan peralatan tradisional seperti cangkul, cengkeruttangkerut sejenis arit. Jika masyarakat ingin mengkonsumsi daging sebagai lauk makanan, maka mereka akan melakukan perburuan dihutan dengan menangkap babi hutan ataupun rusa. Beberapa masyarakat 88 memelihara ayam dirumah mereka namun jumlah tidak terlalu banyak yang hanya dikonsumsi untuk mereka sendiri.Secara umum mata pencaharian masyarakat Meranti Barat adalah perladangan. Perladangan ini berada di dekat area rumah mereka namun terpisah antara pemukiman warga dengan ladang mereka. Tanaman pertanian mereka tidak menggunakan pupuk dan masih tergantung dengan alam dan musim. Hasil pertanian masyarakat Meranti Barat adalah Kopi, Tiung terong belanda, Ubi Kayu, dan jagung.Hasil pertanianperladangan mereka biasanya akan dijual di pos perbatasan desa.

4.2.3.8 Pranata Pendidikan

Pada umumnya tingkat pendidikan warga desa adalah tamatan dari SD, keinginan warga desa untuk meningkatkan pendidikan masih terbatas dengan lokasi desa yang terpencil. Kalau ada anak yang berkeinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka ia harus pergi ke luar desa. Tidak banyak fasilitas umum yang tersedia di desa ini hanya ada 1 gedung sekolah dasar dan 1 tempat ibadah berupa gereja. 89 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan informan , peneliti berhasil mengumpulkan data informasi mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan Kepala Desa Meranti Barat, Pendamping Komunitas Adat Terpencil KAT Desa Meranti Barat, Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir, Manajer CSR Corporate Social Responsibility PT. Toba Pulp Lestari dan Pimpinan CSR Corporate Social ResponsibilityPT. Aquafarm Nusantara dan Kepala Humas PT. Aquafarm Nusantara. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan observasi terhadap warga komunitas adat terpencil di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang, dengan komposisi 5 informan utama dan 2 informan tambahan. Informan utama berperan sebagai penghubung antara peneliti dengan informan tambahan sekaligus sebagai sumber informasi mengenai peran tanggung jawab sosial perusahaan dan perkembangan pemberdayaan komunitas adat terpencil. Informan utama dalam penelitian ini adalah Bapak Robinson Siagian selaku pendamping KAT di Desa Meranti Barat, Bapak Rekson Panjaitan selaku Kepala Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, Bapak Marnaek Parhusip selaku Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir, Bapak Jasmin 90 Parhusip selaku Manager Corporate Social Responsibility CSR di PT. Toba Pulp Lestari dan Bapak Budianto Situmorang selaku Pimpinan Corporate Social Responsibility CSR PT. Aquafarm Nusantara. Sedangkan informan tambahan dalam penelitian ini adalah Ibu Rosmalina Sinaga selaku staff Corporate Social Responsibility CSR di PT. Toba Pulp Lestari, Bapak Rafles Sirait selaku Kepala Humas PT. Aquafarm Nusantara. 5.2 Hasil Temuan 5.2.1