Pranata Ekonomi Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Sumatera Utara

81 Desa Meranti Barat seperti yang dituturkan oleh masyarakat sudah ada sejak 7 abad silam dan pada zaman penjajahan Belanda, desa ini merupakan basis perlawanan oaring-orang Batak terhadap agresi Belanda. Pada saat ini akses jalan atau transportasi hanya terhubung melalui Kecamatan Silaen atau juga bisa melalui perbatasan Kecamatan Habinsaran. Untuk menuju desa dilalui dengan jalan setapak dan berbatu serta mendaki dan bisa dilalui dengan kenderaan khusus seperti jeep dan mobil gerdang dua sampai di perbatasan desa. Sedangkan untuk menuju desa harus dilalui dengan berjalan kaki dan mendaki.

4.2.3 Kehidupan Sosial Budaya dan Lingkungan

4.2.3.1 Pranata Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Batak Toba saat ini bermata pencaharian sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai, wiraswasta dan pejabat pemerintahan. Dalam berwiraswasta bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat adalah usaha kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos, ukiran kayu, dan ukiran logam. Saat ini sudah cukup banyak juga yang memulai merambah ke bidang usaha jasa. Sekitar 99 mata pencaharian masyarakat desa Meranti Barat adalah pertanian, selebihnya adalah 1 orang guru SD dan 2 orang pegawai swasta yang mengajar secara honor pada sekolah dasar. Masyarakat tradisional Batak Toba seperti yang tergambarkan di Desa Meranti barat ini, masyarakatnya bercocok tanam padi di sawah dan juga mengolah ladang secara berpindah-pindah. Hal ini disebabkan oleh Desa Meranti Barat adalah dataran yang landai dan terbuka sehingga memungkinkan untuk bercocok tanam padi di sawah. Hasil pengolahan tanaman padi di sawah hanya dapat menghasilkan panen satu kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang tidak begitu baik, irigasi yang 82 terbatas dan juga tanpa penanganan tanaman yang terampil. Demikian halnya dengan hasil pengolahan tanaman di ladang, hanya dapat menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu kemudaian lahan tidak dapat digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut akan ditinggalkan dan berpindah ke ladang yang baru. Dahulu kala,pembukaan ladang yang baru dimulai dengan pemilihan lahan melalui ritual bersama seorang datu dukun yang disebut parma-mang. Lahan yang biasanya dijadikan ladang adalah lahan yang tidak ditempati atau kawasan hutan alami yang belum dijamah oleh manusia. Kemudian lahan tersebut dibersihkan dengan cara dibakar. Upacara selanjutnya adalah memberikan sesaji kepada penunggu lahan agar tidak mengganggu pengolah ladang dan juga sekaligus sebagai upacara pemilihan hari baik untuk mulai menanam. Selama musim pembukaan lahan ini, masyarakat kampung dilarang untuk keluar-masuk kampung. Hal ini dilakukan untuk menghindari mala petaka dan bahaya yang mungkin terjadi karena penunggu lahan yang merasa terusik. Tapi sekarang keberadaan datu ini sudah tidak menjadi dominan lagi, akan tetapi kebiasaan membuka lahan baru ini masih tetap ada. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah tebu, tanaman obat, ubi, jahe, sayu-sayuran dan tiung atau terong belanda. Demikian juga pohon aren yang sengaja ditanam di tengah ladang untuk menghasilkan tuak, sejenis minuman beralkohol, yang menjadi kesukaan masyarakat Batak. Hasil pertanian masyarakat desa Meranti Barat seperti padi hanya menanam untuk konsumsi mereka sendiri tidak untuk dijual sebagai cadangan keluarga selama setahun, sedangkan hasil pertanianperladangan lain biasanya akan dijual sampai keluar desa.

4.2.3.2 Pranata Politik