Pembangunan Berkelanjutan Konsep-konsep Terkait .1 Pengelolaan Perusahaan yang Baik

29 operasional perusahaannya, mereka bukan hanya bertanggung jawab kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan, tetapi juga memiliki tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan. 4. Prinsip Kemandirian Independency Prinsip ini menegaskan perlunya pengelolaan perusahan secara professional tanpa adanya benturan-benturan kepentingan ataupun tekanan dan campur tangan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan berbagai hukum yang sah. Dengan demikian profesionalisasi pengelolaan perusahaan merupakan harga mati, dan berbagai variable yang menghalanginya harus dihindarkan. 5. Prinsip Kesetaraan dan Kewajaran Fairness Prinsip ini menuntut, bahwa dalam semua aktivitas ekonominya perusahaan harus menghormati nilai-nilai keadilan, kepatuhan atau kewajaran dalam memenuhi hak setiap pemangku kepentingan dengan segala kepentingan masing- masing Hasmadillah dalam Siagian dan Suriadi, 2012:54.

2.2.6.2 Pembangunan Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan secara sederhana dapat diartikan sebagai pembangunan yang memiliki kemampuan dalam menjamin kebersinambungan pembangunan. Hal mana dilakukan dengan cara berikhtiar memenuhi keperluan masa sekarang tanpa membahayakan peluang generasi yang akan datang dalam memenuhi berbagai keperluan hidupnya nanti. Dengan demikian, konsep pembangunan berkelanjutan memberikan perhatian terhadap kepentingan masa sekarang dan kepentingan masa mendatang. Para pelaku industri di negara-negara maju dan di negara-negara sedang membangun dengan bebas melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam yang 30 tidak dapat diperbaharui. Praktek ini berlangsung dalam jangka waktu yang berkepanjangan. Sedangkan negara-negara miskin tidak mempunyai pilihan lain. Mereka dipaksa menjual sumber daya alam mereka dalam jumlah yang sangat besar dalam rangka membayar hutang kepada bangsa-bangsa lain. Dampak eksploitasi secara berlebihan terhadap sumber daya ala mini justru mengakibatkan penurunan secara tajam daya dukung alam terhadap kehidupan manusia. Akibat yang muncul selanjutnya adalah pemanasan global, kepunahan berbagai spesies tumbuhan dan satwa, penurunan kualitas tanah dan makin berkurangnya hamparan hutan, meluasnya wabah penyakit, masalah kekeringan yang seterusna mengakibatkan masalah kelaparan,banjir dan lain-lain. Semua keadaan buruk yang terjadi adalah wujud daripada penolakan alam terhadap tindakan merusak yang dilakukan manusia World Business Council Development, 2000. Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan Konferensi khusus tentang Masalah Lingkungan dan Pembangunan United Nations Conference on Environment and DevelopmentUNCED. Konferensi ini lebih dikenal dengan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi Earth Summit di Riode Janeiro, Brazil Tinto, dalam Siagian dan Suriadi, 2012. Konferensi ini mengangkat slogan “berpikir mendunia, bertindak sesuai keadaam setempat”. Slogan ini berupaya menggambarkan perlunya bertindak bijaksana terhadap lingkungan. Oleh karena itu, Konferensi Tingkat Bumi ini berupaya menyadarkan perlunya menumbuhkan semangat kebersamaan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diakibatkan oleh benturan antara kelompok- kelompok pelaku pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan dengan kelompok pelaku pembangunan yang memperhatikan lingkungan. Hasil utama implementasi Konferensi Tingkat Tinggi Bumi antara lain adalah berupaya kesepakatan para pemimpin negara-negara di dunia ini untuk 31 menyetujui berbagai rancangan besar yang berkaitan dengan pembangunan berkesinambungan yang didasarkan atas pemeliharaan lingkungan. Pembangunan ekonomi dan sosial yang dimasukkan dalam tiga dokumen yang secara wajib berlaku atau mengikat dan tiga dokumen lainnya yang secara hukum tidak mengikat. Adapun tiga persetujuan tersebut meliputi: 1. Persetujuan Perserikatan Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati. Konferensi ini bertujuan melestarikan beraneka ragam sumber daya genetika, semua makhluk hidup, habitat dan sistem lingkungan dan menjamin pendayagunaan berbagai sumber daya hayati secara berkesinambungan demi menjamin pembagian manfaat keanekaragaman hayati secara adil. 2. Persetujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim Global. Persetujuan ini bertujuan untuk menyeimbangkan kepekatan gas rumah kaca di atmosfer hingga pada tingkat yang dapat mencegak campur tangan manusia yang berbahaya yang berkaitan dengan iklim. 3. Persetujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Penyelesaian Masalah penurunan Kualitas Tanah. Persetujuan ini berupaya mencipta pemecahan terhadap masalah rusaknya tanah. Penurunan kualitas tanah ini telah mengurangi secara signifikan daya dukung suatu kawasan bagi kehidupan manusia yang mendiaminya Soejachmoen, dalam Siagian dan Suriadi, 2012. Selanjutnya tiga dokumen lainnya yang secara hukum tidak mengikat merangkum dua kesepakatan, yaitu: 1. Pendeklarasian Rio berkenaan dengan asas yang menekankan antara lingkungan dan pembangunan. Asas tersebut dapat dilaksanakan secara umum dalam rangka menjamin pemeliharaan lingkungan dan pembangunan yang bertanggung jawab. 32 2. Dasar-dasar kebenaran pengelolaan hutan, yaitu pernyataan yang mengikat tentang dasar-dasar kebenaran bagi satu persetujuan dunia tentang pengelolaan, pelestarian, dan pembangunan berkesinambungan dari semua jenis hutan. Dasar- dasar ini menegaskan bahwa hutan adalah suatu unsure penting dalam pembangunan ekonomi, penyerap karbon atmosfer, pemeliharaan keragaman hayati, dan pengelolaan daerah aliran sungai Soejachmoen, dalam Siagian dan Suriadi, 2012. 3. Agenda 21 yang merupakan rancangan lengkap tentang program pembangunan berkesinambungan saat memasuki abad ke-21. Dalam Agenda 21 disebutkan, bahwa selain pemerintah bangsa-bangsa di duna, badan-badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi internasional lainnya, maka seluruh lapisan masyarakat perlu memahami konsep pembangunan berkesinambungan. Ditegaskan pula, bahwa terdapat Sembilan kelompok utama yang diharapkan terlibat dalam program ini, yaitu organisasi non pemerintah NGOLSM, pemuda, pekerja, petani dan nelayan, pemerintah lokal, pelaku usaha, perempuan, ilmuwan dan pemuka adat Siagian dan Suriadi, 2012:62.

2.2.6.3 Millenium Development Goals MDGs