Keadaan Umum Jalur PerhubunganTransportasi Infoman 2

80 dusun Huta Tonga-Tonga Huta Poledung, dusun Huta Dolok. Untuk mengetahui sejak kapan manusia yang mendiami tanah batak, memang belum dapat ditentukan secara pasti tapi berdasarkan penelitian para ahli, maka diketahui bahwa Tanah Batak telah didiami oleh manusia sejak zaman prasejarah. Zaman prasejarah batak adalah lebih bertitik tolak pada situasi dan sistem berpikir mereka yang masih berbau mitos, legenda-legenda dan pewarisan sejarah kehidupan mereka umumnya direkam dalam dongeng yang dituangkan secra lisan. Adapun tonggak sejarah Batak adalah dimulai dengan mitos di asir Buhit yakni nenek moyang yang pertama yang berasal dari gunung Pusuk Buhit. Kemudia kedatangan dari pegunungan Burma ke tanah Batak. Kemudian dilanjutkan lagi dengan zaman penyebaran suku Batak, kedatangan orang-oramg Eropa maupun Asia dan Timur tengah bergabung secara khusus yakni pada zaman penjajahan Eropa maupun Asia. Dengan zaman kemerdekaan Republik Indonesia sekarang ini. Dimana setiap periode pembabakan sejarah Batak ini, tentunya mempunyai akibat-akibat tersendiri kepada suku Batak dan mempunyai pengaruh langsung ke dalam. Desa Meranti Barat terdiri dari 3 dusun, yakniHuta Godang Lapo Onan, dusun Huta Tonga-Tonga Huta Poledung, dusun Huta Dolok.Berdasarkan hasil Penjajagan Awal Desa Meranti Barat merupakan daerah terpencil yang masuk dalam kategori KAT II, alasan ini dilandasi oleh data dilapangan secara topografi, etnografi dan geografis penilaian kategori terlampir pada laporan Penjajagan Awal. Status tanah desa yang masih merupakan tanah adat ulayat marga Siagian, Panjaitan dan Nainggolan.

4.2.2 Keadaan Umum Jalur PerhubunganTransportasi

81 Desa Meranti Barat seperti yang dituturkan oleh masyarakat sudah ada sejak 7 abad silam dan pada zaman penjajahan Belanda, desa ini merupakan basis perlawanan oaring-orang Batak terhadap agresi Belanda. Pada saat ini akses jalan atau transportasi hanya terhubung melalui Kecamatan Silaen atau juga bisa melalui perbatasan Kecamatan Habinsaran. Untuk menuju desa dilalui dengan jalan setapak dan berbatu serta mendaki dan bisa dilalui dengan kenderaan khusus seperti jeep dan mobil gerdang dua sampai di perbatasan desa. Sedangkan untuk menuju desa harus dilalui dengan berjalan kaki dan mendaki.

4.2.3 Kehidupan Sosial Budaya dan Lingkungan

4.2.3.1 Pranata Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Batak Toba saat ini bermata pencaharian sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai, wiraswasta dan pejabat pemerintahan. Dalam berwiraswasta bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat adalah usaha kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos, ukiran kayu, dan ukiran logam. Saat ini sudah cukup banyak juga yang memulai merambah ke bidang usaha jasa. Sekitar 99 mata pencaharian masyarakat desa Meranti Barat adalah pertanian, selebihnya adalah 1 orang guru SD dan 2 orang pegawai swasta yang mengajar secara honor pada sekolah dasar. Masyarakat tradisional Batak Toba seperti yang tergambarkan di Desa Meranti barat ini, masyarakatnya bercocok tanam padi di sawah dan juga mengolah ladang secara berpindah-pindah. Hal ini disebabkan oleh Desa Meranti Barat adalah dataran yang landai dan terbuka sehingga memungkinkan untuk bercocok tanam padi di sawah. Hasil pengolahan tanaman padi di sawah hanya dapat menghasilkan panen satu kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang tidak begitu baik, irigasi yang 82 terbatas dan juga tanpa penanganan tanaman yang terampil. Demikian halnya dengan hasil pengolahan tanaman di ladang, hanya dapat menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu kemudaian lahan tidak dapat digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut akan ditinggalkan dan berpindah ke ladang yang baru. Dahulu kala,pembukaan ladang yang baru dimulai dengan pemilihan lahan melalui ritual bersama seorang datu dukun yang disebut parma-mang. Lahan yang biasanya dijadikan ladang adalah lahan yang tidak ditempati atau kawasan hutan alami yang belum dijamah oleh manusia. Kemudian lahan tersebut dibersihkan dengan cara dibakar. Upacara selanjutnya adalah memberikan sesaji kepada penunggu lahan agar tidak mengganggu pengolah ladang dan juga sekaligus sebagai upacara pemilihan hari baik untuk mulai menanam. Selama musim pembukaan lahan ini, masyarakat kampung dilarang untuk keluar-masuk kampung. Hal ini dilakukan untuk menghindari mala petaka dan bahaya yang mungkin terjadi karena penunggu lahan yang merasa terusik. Tapi sekarang keberadaan datu ini sudah tidak menjadi dominan lagi, akan tetapi kebiasaan membuka lahan baru ini masih tetap ada. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah tebu, tanaman obat, ubi, jahe, sayu-sayuran dan tiung atau terong belanda. Demikian juga pohon aren yang sengaja ditanam di tengah ladang untuk menghasilkan tuak, sejenis minuman beralkohol, yang menjadi kesukaan masyarakat Batak. Hasil pertanian masyarakat desa Meranti Barat seperti padi hanya menanam untuk konsumsi mereka sendiri tidak untuk dijual sebagai cadangan keluarga selama setahun, sedangkan hasil pertanianperladangan lain biasanya akan dijual sampai keluar desa.

4.2.3.2 Pranata Politik

83 Kehidupan perpolitikan warga masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena informasi dan penyuluhan dari lembaga politik sangat terbatas. Hampir tidak pernah kampanye perpolitikan dilakukan di desa ini. Pemahaman masyarakat tentang politik hanya didapat dari cerita di kedai kopi dengan sesama warga.

4.2.3.2 Pranata Kelembagaan Adat

Sistem kekerabatan orang Batak termasuk di Desa Meranti Barat menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut dalihan na tolu bahasa toba, di simalungun disebut tolu sahundulan. Dalihan dapat diterjemahkan sebagai tungku dan hundulan sebagai posisi duduk. Keduanya mengandung arti yang sama : 3 posisi penting dalam kekerabatan orang Batak, yaitu : a. Hula Hula Atau Tondong : yaitu kelompok orang orang yang posisinya di atas, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut Somba Somba Marhula Hula yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. b. Dongan Tubu atau Sanina : yaitu kelompok orang orang yang posisinya sejajar, yaitu : temansaudara semarga sehingga disebut manat mardongan tubu artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan. c. Boru : yaitu kelompok orang orang yang posisinya di bawah, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari hari disebut elek marboru artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat. 84 Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut, ada saatnya menjadi Hula-hulaTondong, ada saatnya menempati posisi Dongan TubuSanina dan ada saatnya menjadi Boru. Dengan dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang. Dalam sebuah acara adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat. Itulah realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya. Lebih tepat dikatakan bahwa Dalihan Na Tolu merupakan sistem demokrasi orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai nilai yang universal.

4.2.3.3 Pranata Sosial

Masyarakat Batak secara umum menganut garis keturunan berdasarkan laki- laki atau patrilineal. Marga laki-laki si Bapak yang digunakan sebagai marga pewaris keturunannya. Di dalam masyarakat suku Batak, anak laki-laki lebih diagungkan daripada anak perempuan karena akan meneruskan marga keluarga. Perkawinan antara perempuan dan laki-laki dilarang dalam satu marga atau saudara senina dalam satu ras sukunya. Dalam kehidupan kesehariannya, masyarakat Meranti Barat peran raja adat Raja Hata masih menjadi pegangan masyarakat. Kepemimpinan informal yang sudah ada sebelum adanya struktur formal pemerintahan menjadi kepemimpinan yang dipatuhi dan dihormati masyarakat Partukkoan. Kepemimpinan raja adat ini didasari pada milik marga yang pertama sekali membuka desa.

4.2.3.4 Pranata Kepemilikan dan Sistem Penguasaan Wilayah

85 Berdasarkan informasi ketika diskusi pada studi kelayakan diketahui dari peserta dinas bahwa status kawasan adalah bukan hutan lindung. Berdasarkan sejarahnya, lahan pemukiman masyarakat merupakan lahan tanah adat marga Siagian, hal ini dikarenakan marga Siagian yang pertama sekali menemukan daerah ini. Kepemilikan tanah adat tidak dapat diperjual belikan atau dipindah tangankan kepada orang lain. Dalam adat Batak tanah ulayat merupakan tanah milik bersama hanya simbolis semata sebab kepemilikan tanah secara nyata adalah milik individual. Konsep ini sesuai misi budaya orang Batak dimana seorang anak malah dinilai berhasil bila keluar dari teritoritanah ayahnya dan membangun harajaannya sendiri. Untuk tindak lanjut program KAT penghormatan terhadap hak tanah ulayat ini harus benar-benar diperhatikan. Jika melihat kepada status dan manfaat jika pelaksanaan program KAT ini dilakukan terkait dengan tanah ulayat, bagaimanapun tanah ulayat tidak dapat dipindah tangankan kepada orang lain, sehingga sasaran program benar-benar dapat di manfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai target penerima manfaat program. Hasil FGD yang dilakukan, untuk persoalan tanah ini, maka marga Siagian sudah menyatakan bersdia menyerahkan tanahnya sekitar 2 ha untuk keberlanjutan program KAT yang akan dilaksanakan di Desa Meranti Barat ini.

4.2.3.5 Pranata Agama, Religi dan Kepercayaan

Menurut sumber-sumber yang diperoleh, sebelum masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, pengaruh agama islam sudah terlebih dahulu masuk, terutama di daerah-daerah pesisir. Oleh sebab itulah penginjil-penginjil mengambil lokasi penginjilannya pada daerah yang belum dimasuki oleh agama islam. Daerah Batak merupakan daerah pertama yang dikunjungi oleh penginjil-penginjil Eropa maupun 86 dari Amerika. Sebelum kehadiran kedua agama tersebut, masyarakat Batak dulunya adalam memeluk kepercayaan animism dan dynamism. Kepercayaan ini menganggap nahwa benda-benda tertentu mempunyai daya kekuatan. Oleh karena itu, harus ditutupi dengan rasa takut, khidmat dan rasa terima kasih. Saat ini aliran kepercayaan seperti ini sudah mulai menghilang dari tengah-tengah masyarakat seperti di desa Meranti Barat. Sesuai dengan data yang diperoleh, mayoritas penduduknya adalah beragama Kristen. Kegiatan keagamaan masih sangat terbatas, walaupun ada satu gereja yang berfungsi sebagai rumah ibadah, hal ini disebabkan karena pendeta tidak ada di desa dan sistem keagamaan di desa dipegang oleh Sintua yakni warga desa yang dituakan dan dianggap sebagai tokoh panutan yang berfungsi memimpin upacara-upacara adat.

4.2.3.6 Pranata Kesehatan

Di desa ini terdapat bangunan yang harusnya disediakan sebagai pusat layanan kesehatan desa. Namun bangunan ini tidak pernah dipakai karena tidak ada tenaga medis yang datang ke desa ini untuk melayani masyarakat yang sakit. Masyarakat desa jika mengalami sakit akan pergi ke dukun yang juga berperan sebagai Sintua orang yang dituakandihormati untuk berobat, Biasanya keluarga akan membuat sesajian untuk salah satu penguasa alam gaib ini dalam upaya menyembuhkan salah satu keluarga mereka yang sakit. Untuk membantu proses kelahiran hanya ada satu dukun bayi yang tidak terlatih di desa ini. Dukun bayi ini berperan untuk keseluruhan proses kelahiran bayi, pengalamannya adalah pembelajaran bagi si dukun bayi yang diyakini masyarakat sangat pintar membantu proses kelahiran. Alternatif pengobatan lain dengan 87 membuat sendiri ramuan tradisional secara turun temurun yang dipercaya masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

4.2.3.7 Pranata Mata Pencaharian dan Teknologi

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Meranti Barat adalah bertani. Pertanian mereka pada umumnya adalah kopi, tiung terong belanda, dan ubi kayu. Bibit tanaman kopi mereka beli namun tanaman lainnya mereka dapat dari sekitar perkebunan mereka sendiri yang dikembangkan. Dengan menggunakan peralatan yang sederhana seperti cangkul, babat dan golok pembukaan lahan pertanian dan proses penanaman dilakukan. Peralatan-peralatan pertanian ini mereka dapatkan di beli di pusat kecamatan. Pertanian di Meranti Barat ini tidak menggunakan pupuk kimia. Masyarakat terbiasa menggunakan pupuk bahan alami. Pupuk kompos dibuat dari dedaunan yang kering yang dibuatkan lubang untuk menanam dedaunan dan ditimbun tanah, setelah dedaunan kering dianggap sudah menyatu dengan tanah, maka pupuk siap di ambil untuk di berikan ke tanaman pertanian mereka. Proses menghasilkan hasil pertanian pada sistem pengairannya masih tergantung pada alam dan lingkungan. Beberapa masyarakat memelihara ternak seperti ayam dan babi yang hanya dikonsumsi di desa. Warga jarang sekali mengkonsumsi ikan laut, ikan yang mereka konsusmsi hanya ikan keringikan asin. Jika masyarakat ingin mengkonsumsi ikan, maka mereka akan mencarinya di daerah sungai atau dengan memancingnya. Untuk teknologi pertanian yang digunakan masih menggunakan peralatan tradisional seperti cangkul, cengkeruttangkerut sejenis arit. Jika masyarakat ingin mengkonsumsi daging sebagai lauk makanan, maka mereka akan melakukan perburuan dihutan dengan menangkap babi hutan ataupun rusa. Beberapa masyarakat 88 memelihara ayam dirumah mereka namun jumlah tidak terlalu banyak yang hanya dikonsumsi untuk mereka sendiri.Secara umum mata pencaharian masyarakat Meranti Barat adalah perladangan. Perladangan ini berada di dekat area rumah mereka namun terpisah antara pemukiman warga dengan ladang mereka. Tanaman pertanian mereka tidak menggunakan pupuk dan masih tergantung dengan alam dan musim. Hasil pertanian masyarakat Meranti Barat adalah Kopi, Tiung terong belanda, Ubi Kayu, dan jagung.Hasil pertanianperladangan mereka biasanya akan dijual di pos perbatasan desa.

4.2.3.8 Pranata Pendidikan

Pada umumnya tingkat pendidikan warga desa adalah tamatan dari SD, keinginan warga desa untuk meningkatkan pendidikan masih terbatas dengan lokasi desa yang terpencil. Kalau ada anak yang berkeinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka ia harus pergi ke luar desa. Tidak banyak fasilitas umum yang tersedia di desa ini hanya ada 1 gedung sekolah dasar dan 1 tempat ibadah berupa gereja. 89 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan informan , peneliti berhasil mengumpulkan data informasi mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan Kepala Desa Meranti Barat, Pendamping Komunitas Adat Terpencil KAT Desa Meranti Barat, Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir, Manajer CSR Corporate Social Responsibility PT. Toba Pulp Lestari dan Pimpinan CSR Corporate Social ResponsibilityPT. Aquafarm Nusantara dan Kepala Humas PT. Aquafarm Nusantara. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan observasi terhadap warga komunitas adat terpencil di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang, dengan komposisi 5 informan utama dan 2 informan tambahan. Informan utama berperan sebagai penghubung antara peneliti dengan informan tambahan sekaligus sebagai sumber informasi mengenai peran tanggung jawab sosial perusahaan dan perkembangan pemberdayaan komunitas adat terpencil. Informan utama dalam penelitian ini adalah Bapak Robinson Siagian selaku pendamping KAT di Desa Meranti Barat, Bapak Rekson Panjaitan selaku Kepala Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, Bapak Marnaek Parhusip selaku Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir, Bapak Jasmin 90 Parhusip selaku Manager Corporate Social Responsibility CSR di PT. Toba Pulp Lestari dan Bapak Budianto Situmorang selaku Pimpinan Corporate Social Responsibility CSR PT. Aquafarm Nusantara. Sedangkan informan tambahan dalam penelitian ini adalah Ibu Rosmalina Sinaga selaku staff Corporate Social Responsibility CSR di PT. Toba Pulp Lestari, Bapak Rafles Sirait selaku Kepala Humas PT. Aquafarm Nusantara. 5.2 Hasil Temuan 5.2.1 Infoman 1 Informan 1 dalam penelitian ini adalah Bapak Robinson Siagian selaku Pendamping KAT di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Bapak Robinson ini sebelumnya menjabat sebagai Kepala Desa Meranti Barat. Beliau lebih mengetahui bagaimana perkembangan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program pemberdayaan KAT di desa tersebut. Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir merupakan lokasi yang sangat terpencil dan relatif sulit untuk dijangkau. Bapak Robinson Siagianmengatakan bahwa sebelum pemerintah provinsi melaksanakan program pemberdayaan KAT di desa ini, banyak pihak yang terkait dari pemerintah provinsi, kabupaten, dan kecamatan yang melakukan Penjajakan Awal PA dan Studi Kelayakan SK pada tahun 2012 yang merupakan salah satu tahap pelaksanaan pemberdayaan KAT. Selanjutnya, Bapak Robinson juga menyampaikan bahwa pada tahun 2013 pemerintah provinsi dan kabupaten sudah melaksanakan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan memberikan bantuan jadup jaminan hidup dan melaksanakan pembangunan rumah dan pembangunan MCK. Adapun bantuan jadup 91 yaitu bantuan makanan yang meliputi beras, ikan asin, ikan teri, gula, minyak goreng, bantuan alat-alat pertanian seperti semprot, cangkul, dan parang dan bantuan alat-alat dapur seperti kuali, piring, teko, dan dandang. Bantuan jadup ini diberikan rutin dua kali dalam setahun oleh pihak dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, Kepala Desa Meranti Barat melakukan kerjasama yang baik dengan pihak dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sebagai pemberi bantuan kepada warga KAT dan Pemerintah Kabupaten yaitu Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir. Jika ada masalah tentang pelaksanaan program pemberdayaan KAT, maka Kepala Desa Meranti Barat akan melaporkan masalah tersebut ke pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten melalui pemerintah kecamatan. Disamping itu, warga KAT Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir merespon dengan baik perhatian dan komitmen pemerintah dalam hal pemerataan pembangunan yaitu lewat program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Warga KAT Desa Meranti Barat sangat berterimakasih atas perhatian yang diberikan oleh pemerintah baik provinsi maupun kabupaten baik dari bantuan jadup maupun bantuan pembangunan rumah. Masyarakat sangat terbantu dengan adanya bantuan jadup tersebut. Jika masyarakat membeli keperluan rumah tangga sekali dalam seminggu di onan pasar dapat memakan biaya yang lumayan banyak dikarenakan harga yang ditawarkan oleh penjual dari Balige maupun Silaen mahal sedangkan hasil pertanian warga KAT Desa Meranti Barat dibeli dengan harga yang murah oleh si penjual. Pasar atau sering disebut onan oleh warga KAT Desa Meranti Barat ini hanya ada setiap hari selasa. Di pasar inilah terjadi interaksi jual beli antara 92 warga dan penjual. Adapaun hasil pertanian yang dijual oleh warga yaitu salah satunya kulit kayu manis. Dengan adanya bantuan pembangunan rumah dalam pelaksanaan program pemberdayaan KAT di Desa Meranti Barat, menimbulkan dampak positif bagi warga. Di Desa Meranti Barat rumah antarwarga memiliki jarak yang jauh dengan rumah warga yang lainnya. Hal ini menyebabkan sulitnya interaksi antarwarga jika ada masalah sehingga pemerintah provinsi dan kabupaten memberikan bangunan rumah warga berdekatan satu dengan yang lainnya untuk memudahkan interaksi dan komunikasi antarwarga. Bapak Robinson Siagian mengatakan bahwa dalam pelaksanaan program pemberdayaan KAT di Desa Meranti Barat tidak ada masalah yang terjadi tetapi setelah ada masalah baru setelah rumah selesai dibangun yaitu seperti tidak adanya penyediaan air bersih, belum adanya pembangunan jalan menuju lokasi desa, dan pembangunan listrik. Hingga sekarang masyarakat belum menempati rumah yang sudah dibangun tersebut dikarenakan belum adanya listrik dan air. Kementerian Sosial RI telah menetapkan Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Tobasa purna bina pada tahun 2015.Adapun kondisi warga KAT yang diutarakan oleh Bapak Robinson setelah purna bina yaitu adanya peningkatan hal berpikir seperti mengetahui mengelola lahan dengan benar, rasa gotong royong antar warga semakin meningkat, pendapatan warga juga semakin meningkat dan kearifan lokal warga meningkat seperti jika warga selesai menanam padi maka akan dibuat acara untuk meminta doa agar pada yang ditanam menghasilkan buah yang banyak dan bagus dan setelah panen juga diadakan acara ucapan syukur di gereja. Dengan adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian dan bantuan Dinsos Provinsi dengan alat-alat pertanian menyebabkan pendapatan warga meningkat. Pendapatan 93 tersebut masih sedikit karena pengeluaran belanja keperluan rumah tangga setiap minggunya memakan biaya sekitar Rp. 1.000.000. Bapak Robinson mengatakan bahwa setelah purna bina hingga sekarang Pemda tidak ada memberi perhatian ke Desa Meranti Barat padahal warga sudah mengajukan permohonan pembukaan jalan dan listrik tetapi hingga sekarang belum ada realisasi. Warga sangat membutuhkan listrik dan akses jalan. Dengan tidak adanya listrik, warga menjadi semakin terisolasi dan warga terpaksa memakai lampu teplok dengan bahan bakar solar. Bahan bakar yang digunakan untuk lampu teplok tersebut sangat membahayakan warga dan sudah memakan korban seperti yang dialami oleh seorang ibu warga Desa Meranti Barat. Hal ini sangat memprihatikan. Warga juga mengharapkan adanya akses jalan menuju desa mereka. Selama ini Pemda sudah memberikan bantuan PNPM Mandiri dari tahun 2011-2013 tetapi PNPM Mandiri membangun jalan hanya menuju desa dan akses jalan ke desa tersebut hanya jalan setapak dan melewati bukit yang terjal dan menanjak. Akses jalan yang dibangun PNPM Mandiri sekitar 2,5 km sedangkan jarak tempuh menuju desa sekitar 8 km. Jadi akses jalan sekitar 5,5 km hanya berupa jalan setapak saja dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dan membahayakan warga karena di samping kanan dan kiri ada jurang. Jika dengan dibukanya akses jalan maka warga Desa Meranti Barat dapat dengan mudah menjual hasil pertanian mereka ke kecamatan atau kota dan transportasi dapat masuk ke desa tersebut. Oleh karena itu, pendapatan warga sebanding dengan pengeluaran mereka setiap minggunya dan kesejahteraan warga juga dapat meningkat tutur Bapak Robinson. Bapak Robinson juga menjelaskan sejauh ini hanya pemerintah baik provinsi dan kabupaten yang memberikan perhatian ke warga komunitas adat terpencil sedangkan perusahaan yang ada di Kabupaten Tobasa belum ada yang 94 memberikan dana CSR Corporate Social Responsibility kepada warga komunitas adat terpencil. Adapun harapan dari Bapak Robinson selaku Pendamping KAT untuk kemajuan pemberdayaan KAT di Desa Meranti Barat yaitu pembangunan jalan ke lokasi desa dibuka agar hasil pertanian mereka mempunyai harga yang tinggi, pembangunan listrik, pembangunan pipanisasi untuk air minum sejauh 6 km dari sumber mata air. Selain itu juga diharapkan dengan tersedianya fasilitas poskesdes dan bidan desa agar ibu-ibu yang ada di Desa Meranti Barat yang hendak ingin bersalin tidak perlu ke dukun bersalin. Selama ini, ibu-ibu yang ingin bersalin terpaksa pergi bersalin ke kota yaitu RSU Balige yang memakan waktu yang cukup lama di jalan sekitar 3 jam. Disamping itu, bantuan yang sangat dibutuhkan oleh warga Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen saat ini yaitu pembangunan jalan, listrik dan pipanisasi air minum. Dari aspek pendidikan, siswa-siswi menempuh pendidikan di SD Negeri 173588 Meranti Barat membutuhkan guru karena sekolah tersebut sebenarnya kekurangan guru. Guru yang mengajar di sekolah dasar ini hanya ada 3 orang. Guru yang PNS hanya 1 orang yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Sekolah dan 2 orang guru honor. Jumlah keseluruhan murid yang ada di sekolah dasar tersebut hanya 17 orang dengan 3 rungan kelas. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dan siswa juga sangat terbatas hanya beberapa buku, alat praktek, meja dan kursi yang kurang memadai. 95

5.2.2 Infoman 2

Informan 2 dalam penelitian ini adalah Bapak Rekson Panjaitan selaku Kepala Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir yang baru. Ketika Dinas Provinsi dan Kabupaten melaksanakan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada tahun 2013, Bapak Robinson Siagian yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan KAT selaku Kepala Desa Meranti Barat sehingga kepala desa yang baru hanya mengetahui beberapa hal saja. Bapak Rekson Panjaitan mengatakan bahwa pembangunan desa yang tidak disertai dengan pembangunan listrik dan jalan sama dengan nihil karena kemajuan pemberdayaan KAT juga pasti akan terhambat. Desa Meranti Barat ini memang purna bina pada tahun 2015 ini tetapi masih ada kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh warga saat ini yaitu pembangunan jalan, listrik dan air. Akses jalan dan listrik sangat mempengaruhi kehidupan warga sehari-hari. Bapak Rekson Panjaitan juga menuturkan dengan tidak adanya akses jalan dan listrik membuat warga Meranti Barat semakin terpencil. Dalam kehidupan sehari-hari warga hanya biasa menjual hasil pertanian mereka ke pasar onan yang dekat dengan desa mereka karena kurangnya akses transportasi dan tidak adanya akses jalan. Begitu juga dengan tidak adanya listrik membuat masyarakat semakin terpencil dan tertinggal informasi yang sedang hangat dibicarakan oleh publik. Oleh karena itu, Bapak Rekson Panjaitan selaku Kepala Desa Meranti Barat dan Bapak Robinson Siagian selaku Pendamping KAT mengharapkan adanya realisasi permohonan yang telah mereka ajukan dari Pemda terkait dengan pembangunan jalan dan listrik di desa Meranti Barat. 96

5.2.3 Informan 3