Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

23 penyimpangan perilaku, f korban bencana danatau, g korban tindak kekerasan, ekspoitasi dan diskriminasi. Dalam Bab IV Pasal 19 mengenai Program Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha disebutkan; tanggung jawab sosial dunia usaha dilaksanakan dengan memprioritaskan program yang meliputi: a peningkatanperbaikan penghasilan income generation bagi keluarga miskin, b pemberdayaan sosial social empowerment bagi keluarga bermasalah sosial psikologis dan keluarga bermasalah sosial ekonomis, c pelatihan keterampilan kerja vocational training bagi remaja putus sekolah, bagi wanita rawan sosial ekonomi, dan lain- lain, d kajian dan pengembangan model program tanggung jawab sosial dunia usaha, e perbaikan rumah tidak layak huni, f rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat difabel, g rehabilitasi sosial terhadap wanita tuna sosial, h rehabilitasi sosial terhadap anak nakal, i perlindungan sosial bagi anak terlantar, j home care bagi lanjut usia, k pemberdayaan komunitas adat terpencil, l penanganan korban bencana dan bencana sosial, dan m perlindungan sosial bagi korban tindak kekerasan.

2.2.5 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam kajiannya tentang model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, Wibisono 2007 mengemukakan model dalam bentuk kerjasama yang melibatkan tiga pihak, yang secara singkat dinamakan dengan model tiga pihak. Adapun ketiga pihak tersebut adalah perusahaan-masyarakat-pemerintah. Melibatkan tiga pihak dalam bentuk kerjasama dalam proses pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasaan bagi perusahaan dan masyarakat. 24 Hal yang sangat penting dipahami adalah antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah dalam konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dihubungkan garis kepentingan timbale balik. Setidaknya ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu: 1. Secara konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatut dalam Pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pada pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha. 2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa memberikan dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainnya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolaan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan negara adalah pajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan-badan usaha. 3. Kenyamanan aktivitas ekonomi bagi perusahaan sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan. Kondisi seperti ini semakin pekat di era demokrasi dan penghargaan atas hak-hak asasi manusia. Selanjutnya perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh perilaku perusahaan dalam memberikan manfaat bagi keejahteraan masyarakat setempat. Dengan dukungan Bank Dunia, Tom Fox, Halina Ward dan Bruce Howard pada tahun 2002 melakukan penelitian tentang implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan di negara-negara berkembang yang memfokuskan diri pada 25 peran yang dilakukan pemerintah. Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa setidaknya terdapat dua poros yang mungkin dilakukan pihak pemerintah sehubungan dengan praktek ekonomi dan implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yaitu: Poros Pertama, meliputi: 1. Pembagian wewenang Peran pemerintah di sini beruapaya penyusunan standar minimum kinerja perusahaan yang diatur dalam peranturan perundang-undangan. 2. Memberikan kemudahan Peran pemerintah dalam hal ini adalah penciptaan kondisi yang mendukung, bahkan dorongan bagi perusahaan yang mengimplementasikan program tanggung jawab sosial secara efektif agar menjadi pendorong atas perbaikan kehidupan sosial dan lingkungan. 3. Kemitraan atau kerjasama Pihak pemerintah berperan sebagai unsure yang ikut terlibat dan menjadi fasilitator dalam pemecahan masalah-masalah sosial dan lingkungan. 4. Dukungan Pihak pemerintah harus memberikan dukungan politik, dukungan kebijakan, atau dukungan lainnya kepada perusahaan maupun masyarakat. Poros kedua adalah: 1. Menetapkan dan menjamin pencaipaian standar minimum. 2. Kebijakan umum yang berkenaan dengan peran ekonomi. 3. Pengelolaan perusahaan melalui hukum. 4. Penanaman modal yang mendukung dan bertanggung jawab. 5. Belas kasihan dan pengembangan masyarakat. 26 6. Penglibatan dan keterwakilan pemangku kepentingan. 7. Produksi dan konsumsi yang mendukung tanggung jawab sosial perusahaan. 8. Sertifikasi yang mendukung tanggung jawab sosial perusahaan, pemenhan tanggung jawab yang bernilai keagungan dan sistem manajemen. 9. Keterbukaan dan pelaporan yang mendukung tanggung jawab sosial perusahaan. 10. Proses yang melibatkan banyak pihak dalam rangka merumuskan pedoman dan menjadikan hal itu sebagai seseuatu yang diikuti di masa mendatang. Dalam upaya mencapai efektivitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia yaitu: 1. Model Keterlibatan Langsung Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program tanggung jawab sosial perusahaannya, tanpa keterlibatan pihak lain. 2. Model Yayasan atau Organisasi Sosial Perusahaan Perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial. Yayasan atau organisasi inilah yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan yang dananya bersumber dari perusahaan. 3. Model Mendukung atau Bergabung dalam Konsorsium Sejumlah perusahaan bekerjasama mendirikan organisasi Selanjutnya organisasi sosial inilah yang secara langsung bertanggung jawab dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan. Sehubungan dengan uraian di atas, ada satu pertanyaan kunci berkaitan dengan adanya beberapa alternatif model yang adanya beberapa alternatif model yang ada. Model manakah yang terbaik di antara model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang ada? Meskipun jawaban atas pertanyaan ini sangat penting, 27 namun kita tidak akan menemukan jawaban itu dalam khasanah teoritis. Setidaknya ada dua alasan dari argumentasi seperti ini, yakni: 1. Model yang tebaik untuk diterapkan adalah model yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sementara masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam, baik ditinjau dari aspek budaya, wawasan dan pendidikan, keterampilan, sosial ekonomi, maupun kohesi sosialnya. Semua merupakan variabel pengaruh terhadap model implementasi program tanggung jawab sosial. 2. Penerapan suatu model implementasi program tanggung jawab sosial menuntut berbagai konsekwensi logis yang justru menjadi prasyarat implementasi tersebut. 2.2.6 Konsep-konsep Terkait 2.2.6.1 Pengelolaan Perusahaan yang Baik