62
yaitu berasal Telaga Sedringo, beberapa mata air, serta air hujan yang ditampung dalam terpal oleh masing-masing petani di setiap lahan.
6.2.6. Pembumbunan dan Penyiangan
Kegiatan pembumbunan dan penyiangan tanaman kentang di lokasi penelitian sering disebut dengan istilah matun. Pematunan merupakan tahap
pemeliharaan tanaman kentang dengan cara membumbun tanah dengan menggunakan cangkul serta menyiangi gulma yang ada di sekitar tanaman.
Kegiatan matun dilakukan 1-2 kali selama satu musim tanam, tergantung dari cara penanaman apakah menggunakan mulsa atau tidak serta masing-masing individu
petani.
Gambar 11.
Tanaman sebelum dipatun
Gambar 12.
Tanaman setelah dipatun Untuk penanaman kentang yang menggunakan plastik mulsa, pematunan
dilakukan sekali selama satu musim tanam ketika tanaman berumur 35-45 hari. Sementara itu, apabila tidak menggunakan mulsa, pematunan tanaman dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu yang pertama ketika tanaman berumur 30-35 hari dan yang kedua ketika berumur 42-45 hari. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan pematunan yaitu 38,12 HOK.
6.2.7. Pemupukan
Pemupukan tanaman kentang di lokasi penelitian umumnya dilakukan dua kali, yaitu yang pertama pada saat sebelum tanam dan yang kedua bersamaan
63
pada saat membumbun dan menyiangi matun. Beberapa macam pupuk yang digunakan petani kentang di lokasi penelitian antara lain pupuk organik kotoran
ayam, kotoran kambing, Prostal, pupuk anorganik pupuk majemuk Phonska, Urea, TSP, ZA, KNO merah, dan KNO putih, dan pupuk hayati Petrobio dan M-
bio. Pemberian pupuk yang pertama kali yaitu berupa pemupukan dasar, dengan pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang berupa kotoran ayam rata-rata
sebanyak 16.787,1 kgha dan Phonska 328,02 kgha. Selain pupuk kandang dan Phonska, beberapa petani di lokasi penelitian juga menambahkan sarang burung
dan pupuk hayati, seperti Petrobio dan M-bio. Pemupukan dasar ini dilakukan baik untuk penanaman biasa tanpa menggunakan mulsa maupun penanaman
dengan menggunakan mulsa.
Mayoritas petani responden sebanyak 65,52 persen hanya melakukan satu kali pemupukan selama satu musim tanam yaitu ketika pemberian pupuk dasar.
Sedangkan sisanya sebanyak 34,48 persen melakukan dua kali pemupukan. Pemupukan yang kedua biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan
membumbun dan menyiangi matun ketika tanaman berumur 30-35 hari.
Pupuk untuk usahatani kentang umumnya didapatkan para petani melalui pembelian secara eceran di tokokios sepanjang Jalan Raya Batur. Beberapa jenis
pupuk kandang seperti kotoran ayam dan kotoran kambing ada yang didapatkan langsung dari peternak ayam dan kambing di Banjarnegara. Harga rata-rata pupuk
kotoran ayam dan Prostal yang dibayarkan petani yaitu Rp 340kg dan Rp 166,67kg.
Pupuk anorganik yang paling sering digunakan petani responden yaitu pupuk majemuk Phonska karena dianggap memiliki kandungan N, P, K, dan S
yang cukup. Pupuk anorganik lain seperti TSP, ZA, KNO merah, KNO putih, dan yang lainnya hanya digunakan sebagian kecil petani kentang di lokasi penelitian.
Demikian pula dengan penggunaan pupuk hayati seperti Petrobio dan M-bio. Dua jenis pupuk hayati tersebut hanya digunakan sebagian kecil petani responden.
Apabila dipisahkan berdasarkan unsur-unsur yang terkandung di dalam pupuk anorganik, maka rata-rata usahatani kentang di lokasi penelitian menggunakan
unsur N, P, K, dan S masing-masing sebanyak 169,46 kgha, 117,87 kgha, 110,56
64
kgha, dan 77,58 kgha. Harga rata-rata pupuk anorganik Phonska yaitu Rp 2.500kg dan Urea Rp 1.400kg.
6.2.8. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman HPT