Perbenihan Kentang Efisiensi teknis usahatani kentang dan faktor yang mempengaruhi di kecamatan Batur kabupaten Banjarnegara

11 II TINJAUAN PUSTAKA Kentang merupakan komoditas hortikultura yang telah banyak digunakan sebagai objek penelitian dari berbagai disiplin ilmu. Tanaman yang memiliki nama latin Solanum tuberosum L. ini berasal dari Amerika Selatan dan beberapa daerah di Amerika Tengah. Di dalam perkembangannya kentang telah banyak dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Berbagai kajian empiris mengenai kentang di antaranya:

2.1. Perbenihan Kentang

Di dalam usahatani kentang, benih merupakan input produksi yang paling menjadi perhatian. Benih termasuk salah satu faktor penentu produktivitas tanaman yang dihasilkan. Petani kentang yang menggunakan benih berkualitas baik akan berpotensi menghasilkan produktivitas yang lebih besar dan umbi kentang yang bermutu tinggi. Berbagai penelitian mengenai perbenihan kentang telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian mengenai perbenihan kentang di antaranya: Suwarno 2008 meneliti tentang sistem perbenihan kentang di Indonesia. Di dalam penelitiannya ditunjukkan bahwa faktor utama yang menentukan keberhasilan produksi kentang yaitu penanaman bibit kentang bermutu, tepat waktu, dan tepat umur fisiologis. Sistem perbanyakan benih yang bermutu dimulai dari penyediaan benih sumber G0 breeder seed. Penggunaan benih kentang yang bermutu sangat diperlukan dalam upaya peningkatan produksi kentang di Indonesia. Pada perbenihan kentang, prinsip menghasilkan umbi dalam jumlah banyak menjadi hal yang paling diperhatikan. Benih kentang yang umumnya digunakan yaitu berupa umbi organ vegetatif. Menurut Suwarno 2008, perbanyakan umbi kentang tidak akan mempengaruhi perubahan secara genetis. Namun, kemerosotan degenerasi produksi akan terjadi pada setiap generasi benih kentang yang diperbanyak atau ditanam secara terus-menerus. Hal ini diakibatkan adanya infestasi penyakit yang terakumulasi pada setiap generasi dan terus terbawa pada regenerasi benih. Hingga saat ini, permasalahan yang masih 12 dihadapi dalam sistem perbenihan kentang di Indonesia yaitu adanya kelemahan pada prosedur sertifikasi benih. Masalah ini perlu diperbaiki agar mutu benih menjadi lebih baik, terutama yang menyangkut kesehatan benih. Peningkatan mutu benih kentang lokal sangat diperlukan untuk menghindari ketergantungan akan impor benih. Perbenihan kentang kerap menjadi objek penelitian di berbagai wilayah di Indonesia. Di Jawa Timur misalnya, ketersediaan benih kentang berkualitas saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan para petani, baik penangkar maupun produsen kentang. Beberapa lembaga yang terlibat dalam penyediaan benih kentang yang unggul dan bermutu di Jawa Timur yaitu Dinas Pertanian Jawa Timur dan BPTP Jawa Timur 7 . Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan perbenihan, pemerintah melalui Dinas Pertanian di tingkat provinsi maupun kabupaten mulai menggalakkan berbagai program untuk mengembangkan pembibitan kentang. Sebagai contohnya, pengembangan benih kentang yang saat ini dilakukan di Nusa Tenggara Barat NTB. Program pengembangan kentang difokuskan di wilayah Sembalun, Lombok Timur dan bertujuan menjadikan wilayah ini sebagai sentra perbenihan kentang di Indonesia. Untuk mewujudkan Sembalun sebagai sentra perbenihan kentang di Indonesia diperlukan peningkatan kapasitas petani benih yang akan menjadi pelaku utama di lapangan. Upaya ini dilakukan melalui kerjasama kemitraan petani kentang Sembalun dengan PT Indofood Fritolay Makmur 8 . Selain di NTB, pengembangan perbenihan kentang juga dilakukan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Petani kentang di Kabupaten Karo yang sepuluh tahun lalu masih dapat membeli benih kentang impor, kini harus membeli benih yang berasal dari dalam negeri. Padahal, ketersediaan benih unggul bermutu jumlahnya masih terbatas. Akibatnya, petani kentang di Kabupaten Karo masih banyak yang menggunakan benih dari sisa hasil panen kentang konsumsinya dan sudah tidak ada lagi kejelasan mengenai generasi ke berapa yang digunakan dalam usahataninya. Pengembangan benih kentang bermutu di Kabupaten Karo 7 http:jatim.litbang.deptan.go.id [5 November 2010] 8 http:ntb.litbang.deptan.go.id [5 November 2010] 13 ini dilakukan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi BPTP Sumatera Utara bersama dengan kelompok tani di Kabupaten Karo 9 . Penelitian mengenai pembibitan kentang juga pernah dilakukan oleh Bachrein 2004 yang mengkaji keragaan usahatani dan pembibitan kentang di Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 ini membandingkan usahatani yang dijalankan oleh petani penangkar bibit kentang dan petani kentang konsumsi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa petani penangkar bibit lebih intensif dalam mengelola usahataninya dibandingkan petani konsumsi, terutama dalam hal penggunaan bibit unggul berkualitas tinggi, pupuk kandang, dan pupuk anorganik. Namun demikian, hasil yang diperoleh petani penangkar tersebut belum optimal karena persentase hasil umbi kentang yang lolos seleksi untuk bibit masih tergolong rendah 52,8 persen. Hal tersebut berdampak pada penggunaan bibit kentang bermutu di tingkat petani yang secara umum masih tergolong rendah. Rendahnya penggunaan bibit kentang bermutu di tingkat petani disebabkan oleh keterbatasan jumlah bibit kentang yang bermutu atau bersertifikat, keterbatasan modal yang dimiliki petani, dan tingginya harga bibit impor. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pengelolaan usahatani di tingkat petani penangkar agar dapat menghasilkan bibit kentang secara optimal.

2.2. Pemasaran Kentang