Umur Pengalaman Usahatani Pendidikan Formal

78 yaitu pengalaman usahatani, pendidikan formal, dan luas lahan yang dikuasai. Sementara itu, variabel umur berkorelasi positif dan signifikan terhadap inefisiensi teknis. Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing sumber inefisiensi teknis:

1. Umur

Variabel umur diikutsertakan ke dalam model dengan dugaan awal berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis petani. Umur petani berkaitan dengan kondisi fisik petani dan kemampuan dalam mengambil risiko. Semakin tua umur petani, maka keinginan untuk mengambil risiko lebih rendah dan kondisi fisik akan semakin lemah. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan kerjanya pada usahatani, sehingga akan berdampak pada penurunan efisiensi teknis. Berdasarkan sebaran umurnya, mayoritas petani responden 22,41 persen berumur kurang dari 30 tahun. Hasil pada Tabel 22 menunjukkan bahwa koefisien umur petani kentang di lokasi penelitian bernilai positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 80 persen terhadap inefisiensi. Hal ini berarti bahwa semakin bertambahnya umur petani, maka efisiensi teknis usahatani kentang akan menurun.

2. Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani pada model inefisiensi teknis berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen. Adanya hubungan yang berlawanan antara inefisiensi dengan efisiensi berarti bahwa semakin bertambahnya pengalaman usahatani kentang, maka efisiensi teknis petani akan semakin meningkat. Rata-rata pengalaman usahatani kentang para petani responden telah lebih dari enam belas tahun 48,28 persen. Semakin banyak pengalaman usahatani, maka petani semakin banyak belajar dari usahatani sebelumnya untuk kemudian digunakan sebagai pembelajaran usahatani musim berikutnya. Usahatani kentang merupakan mata pencaharian utama oleh sebagian besar masyarakat Kecamatan Batur.

3. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan lamanya waktu tahun yang dihabiskan petani untuk menjalankan pendidikan formalnya. Variabel pendidikan formal berperan dalam mengukur kemampuan manajerial petani. Semakin tinggi 79 pendidikan formal yang dimiliki petani, maka petani memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menerapkan teknologi baru dan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara optimal. Hasil yang diperoleh dari Tabel 22 sesuai dengan dugaan awal bahwa pendidikan formal berkorelasi positif terhadap efisiensi teknis usahatani kentang. Sehingga, semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani, maka efisiensi teknisnya makin besar. Mayoritas petani responden adalah lulusan SMA 34,48 persen.

4. Pendidikan Nonformal