75
7.2. Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknis
Pembahasan mengenai tingkat efisiensi dan inefisiensi teknis meliputi sebaran efisiensi teknis dan sumber-sumber inefisiensi teknis.
7.2.1. Sebaran Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dianalisis secara simultan dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Sebaran efisiensi teknis usahatani kentang di
lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 20. Nilai indeks efisiensi hasil analisis dapat dikategorikan belum efisien apabila nilainya ≤ 0,7 dan dikategorikan efisien
apabila nilainya 0,7 Tanjung 2003.
Tabel 20.
Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kentang Petani Responden di Kecamatan Batur Menurut Jenis Benih
Generasi Benih
Jumlah Petani Efisiensi Teknis
Mean Maksimum
Minimum G3
6 0,70
0,91 0,42
G4 22
0,77 0,96
0,45 G5
9 0,77
0,93 0,56
G6 12
0,80 0,93
0,69 G7
8 0,62
0,87 0,32
G8 1
- -
-
Dari hasil analisis stochastic frontier diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknis relatif usahatani kentang untuk masing-masing generasi benih yang
digunakan. Dilihat dari distribusi nilai efisiensi menurut jenis benih, usahatani kentang yang paling efisien yaitu yang menggunakan benih G6 dengan nilai rata-
rata efisiensi sebesar 0,80, kemudian disusul dengan usahatani yang menggunakan benih G4, G5, G3 dan G7. Pembahasan mengenai efisiensi teknis relatif usahatani
yang menggunakan benih G8 tidak dapat dijelaskan lebih lanjut karena petani responden yang menggunakan benih G8 hanya ada satu orang. Oleh karena itu,
nilai rata-rata, maksimum, dan minimum efisiensi teknis dengan menggunakan benih G8 tidak dapat dihitung.
76
Berdasarkan generasi benih yang digunakan petani responden yaitu dari G3 hingga G8, mayoritas menggunakan benih G4 37,9 persen dalam
usahataninya. Angka efisiensi rata-rata petani kentang yang menggunakan benih G4 sebesar 0,77 menunjukkan bahwa rata-rata petani dapat mencapai paling tidak
77 persen dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi masukan produksi yang dikorbankan dan masih ada peluang sebesar 23 persen untuk
meningkatkan produksi kentang di lokasi penelitian. Usahatani kentang benih G3- G6 telah mencapai efisiensi secara teknis karena rata-rata efisiensinya telah
mencapai lebih dari 70 persen, sedangkan usahatani kentang benih G7 belum mencapai efisiensi secara teknis.
Secara keseluruhan, mayoritas petani telah efisien secara teknis. Dari 58 petani responden, sebanyak 39 petani 67,25 persen telah mencapai nilai efisiensi
di atas 0,7. Rata-rata nilai efisiensi teknis petani kentang di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,75. Artinya, rata-rata petani telah dapat mencapai paling tidak 75 persen
dari potensial produktivitas yang diperoleh dari kombinasi masukan produksi yang dikorbankan dan masih ada 25 peluang untuk meningkatkan produktivitas
kentang. Sebaran efisiensi teknis usahatani kentang di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 21.
Tabel 21.
Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kentang Petani Responden di Kecamatan Batur
Kelompok Efisiensi Teknis Jumlah Petani
Persentase TE ≤ 0,5
6 10,34
0,5 TE ≤ 0,6 7
12,07 0,6 TE ≤ 0,7
6 10,34
0,7 TE ≤ 0,8 11
18,97 0,8 TE ≤ 0,9
17 29,31
TE 0,9 11
18,97 Total
58 100,00
Rata-rata TE 0,75
Minimum TE 0,32
Maksimum TE 0,96
Dilihat dari sebaran nilai efisiensi teknisnya, mayoritas petani responden 29,31 persen memiliki nilai efisiensi pada kisaran 0,8 hingga 0,9. Sementara itu,
petani yang efisiensinya berada pada kisaran 0,7 hingga 0,8 dan di atas 0,9
77
jumlahnya sama, yaitu sebanyak 11 orang 18,97 persen. Menurut Sumaryanto 2001, besaran dan sebaran efisiensi teknis mempunyai implikasi yang penting
dalam meningkatkan kapabilitas manajerial usahatani melalui penyusunan strategi penyuluhan. Petani kentang di lokasi penelitian yang memiliki nilai efisiensi
teknis lebih kecil dari 0,7 perlu melakukan upaya peningkatan manajerial usahatani. Upaya ini dapat dicapai dengan menerapkan keterampilan dan teknik
budidaya yang dilakukan oleh petani yang paling efisien.
7.2.2. Sumber Inefisiensi Teknis