Kajian Empiris Efisiensi Teknis Usahatani

15 memasarkan bibit kentangnya kepada pedagangkonsumen lokal, pedagang pengumpul, maupun melalui paguyuban yang selanjutnya dijual ke pedagang besar. Distribusi bibit kentang yang berasal dari lokasi penelitian, yakni Kecamatan Pangalengan, sebagian besar disalurkan untuk memenuhi kebutuhan bibit di Jawa Barat dan sebagian lagi dijual ke provinsi lain, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Sulawesi.

2.3. Kajian Empiris Efisiensi Teknis Usahatani

Sejumlah penelitian empiris mengenai efisiensi teknis usahatani telah dilakukan dengan berbagai metode dan analisis yang sebagian besar menggunakan analisis stochastic frontier. Beberapa komoditi pertanian yang telah dikaji dengan analisis stochastic frontier yaitu padi, tomat, cabai, dan kentang. Penelitian yang dilakukan oleh Sumaryanto 2001 membahas tentang estimasi tingkat efisiensi usahatani padi dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier . Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi tingkat efisiensi teknis dalam usahatani padi di lahan sawah beririgasi teknis pada tiga kabupaten penghasil utama beras, yaitu Subang, Cianjur, dan Sidrap, serta mengetahui variabel-variabel yang diduga mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maximum-likelihood MLE dengan memasukkan variabel benih, tiga jenis pupuk N, P, dan K, pestisida, serta tenaga kerja. Sementara itu, variabel yang diamati untuk melihat tingkat efisiensi teknisnya yaitu rasio tenaga kerja pria dan wanita, status garapan, pekerjaan utama, umur petani, dan tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian diperoleh rata- rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani padi di tiga lokasi penelitian bervariasi lebih dari 0,6. Sementara itu, Brahmana 2005 juga menggunakan pendekatan fungsi produksi stochastic frontier pada penelitiannya untuk menganalisis efisiensi teknis usahatani padi lahan kering di Desa Tanggeung, Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur. Rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai pada usahatani padi di lokasi penelitian adalah 0,71. Penelitian lain mengenai efisiensi usahatani padi juga pernah dilakukan oleh Podesta 2009. Padi yang diteliti pada penelitiannya fokus pada jenis padi Pandan Wangi. Penelitian ini membahas tentang alasan petani padi Pandan Wangi 16 lebih memilih menggunakan benih nonserifikat daripada benih sertifikat dalam usahataninya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat apakah dengan adanya perbedaan penggunaan benih antara benih sertifikat dan nonsertifikat akan mempengaruhi tingkat efisiensinya. Pembahasan mengenai tingkat efisiensi kemudian dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap pendapatan. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas, dengan memasukkan tujuh variabel ke dalam model, yaitu: luas lahan, jumlah benih, pupuk N, pupuk P, pupuk K, obat cair, dan jumlah tenaga kerja total. Sementara itu, variabel yang diamati dalam model inefisiensi teknisnya, yaitu: usia petani, pendidikan formal, umur bibit, pengalaman usahatani, serta dua variabel dummy yaitu status usahatani dan pendidikan nonformal. Efisiensi yang dibahas pada penelitian ini meliputi efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi. Nilai rata-rata efisiensi teknis yang diperoleh pada usahatani padi Pandan Wangi benih bersertifikat dan nonsertifikat masing-masing adalah sebesar 0,967 dan 0,713, yang berarti bahwa kedua macam usahatani padi Pandan Wangi tersebut dapat dikategorikan telah efisien secara teknis. Selain tanaman padi, kajian efisiensi teknis dengan pendekatan stochastic frontier juga pernah dilakukan terhadap komoditas tomat. Aisah 2003 memilih komoditas tomat jenis Martha di Kabupaten Sukabumi karena produktivitas tomat di Sukabumi masih jauh lebih rendah dibandingkan lokasi lain yang menjadi sentra produksi tomat, seperti Bandung, Garut, dan Cianjur. Penelitian ini menggunakan program Frontier 4.1 untuk mengukur efek inefisiensi dengan memasukkan tujuh variabel ke dalam model, yaitu pekerjaan petani di luar usahatani, pekerjaan istri petani di luar usahatani, umur petani, pendapatan di luar usahatani, pendidikan, penyuluhan, dan pengalaman berusahatani. Sementara itu, variabel yang dimasukkan di dalam fungsi produksi dengan metode OLS Ordinary Least Square dan MLE Maximum Likelihood tak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya pada komoditas padi. Hanya saja, penelitian ini menambah variabel fungisida, insektisida, dan pupuk kandang. Nilai rata-rata efisiensi teknis pada usahatani tomat di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,71. Kelebihan dari penelitian ini yaitu selain melakukan analisis efisiensi dari sisi teknis, juga menganalisis pendapatan usahatani para petani tomat di lokasi 17 penelitian. Kelemahannya yaitu pada pengambilan sampel, Aisah tidak sekaligus menyertakan seluruhan individu petani tomat yang ada untuk diteliti sensus, padahal jumlah populasi petani ada 32 orang dan yang diteliti ada 30 orang. Selain tomat, ada pula kajian efisiensi teknis usahatani komoditas hortikultura lainnya seperti cabai merah. Penelitian yang dilakukan oleh Sukiyono 2005 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis usahatani cabai adalah sebesar 0,65. Nilai efisiensi teknis tersebut bersumber dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertanam cabai, dan luas lahan. Kajian empiris mengenai efisiensi teknis usahatani yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan yaitu komoditas kentang. Astuti 2003 mengkaji tentang efisiensi teknis usahatani kentang di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Variabel yang dimasukkan ke dalam fungsi produksi juga tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, hanya saja pupuk yang digunakan pada penelitian ini lebih bervariasi yaitu pupuk urea, TSP, KCl, ZA, NPK, dan pupuk kandang. Di dalam model inefisiensi teknisnya, variabel yang diamati yaitu: usia petani, pengalaman, pendidikan, sewa lahan, penyuluhan, pekerjaan petani di luar usahatani, dan pendapatan di luar usahatani. Metode yang digunakan pada penelitian ini sama dengan penelitian pada tomat yaitu OLS dan MLE. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa nilai efisiensi teknis rata-rata petani kentang di lokasi penelitian sangat kecil, yaitu hanya 0,304. Hal ini berarti bahwa masih banyak petani kentang yang belum mencapai efisiensi teknis dalam menjalankan usahataninya. Kelebihan pada penelitian ini yaitu sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisah pada komoditi tomat yaitu juga turut menganalisis tingkat pendapatan petani kentang di lokasi penelitian. Penelitian mengenai efisiensi teknis kentang juga pernah dilakukan oleh Tanjung 2003. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Solok, Sumatera Barat ini selain membahas tentang efisiensi teknis, juga membahas efisiensi alokatif dan ekonomis. Di dalam analisis fungsi produksi, Tanjung memasukkan sebelas variabel yaitu jumlah bibit, luas lahan, total tenaga kerja, pupuk Urea, pupuk SP- 36, pupuk KCl, pupuk NPK, pupuk SS, pestisida padat, pestisida cair, dan jenis benih. Sementara itu, di dalam model inefisiensi teknisnya terdapat delapan 18 variabel yang diamati yaitu: umur, pengalaman, pendidikan, rasio luas lahan, rasio tenaga kerja, keikutsertaan dalam kelompok tani, bentuk kepemilikan lahan, dan jenis benih. Kelebihan pada penelitian yang dilakukan oleh Tanjung yaitu membahas efisiensi secara lengkap, mulai dari teknis, alokatif, hingga ekonomis. Hasil dari penelitian ini yaitu petani responden di Sumatera Barat telah mencapai efisiensi secara teknis dengan nilai rata-rata 0,756. Namun, petani responden belum mencapai efisien secara alokatif dan ekonomis. Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa analisis terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi produksi dan efisiensi teknis usahatani umumnya menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier dengan metode OLS dan MLE. Parameter dugaan yang kerap digunakan untuk menganalisis usahatani adalah lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani kentang dengan parameter dugaan dan fungsi produksi yang sama, tetapi dengan lokasi penelitian dan kurun waktu yang berbeda.

2.4. Kajian Empiris Stochastic Frontier