Kajian Empiris Stochastic Frontier

18 variabel yang diamati yaitu: umur, pengalaman, pendidikan, rasio luas lahan, rasio tenaga kerja, keikutsertaan dalam kelompok tani, bentuk kepemilikan lahan, dan jenis benih. Kelebihan pada penelitian yang dilakukan oleh Tanjung yaitu membahas efisiensi secara lengkap, mulai dari teknis, alokatif, hingga ekonomis. Hasil dari penelitian ini yaitu petani responden di Sumatera Barat telah mencapai efisiensi secara teknis dengan nilai rata-rata 0,756. Namun, petani responden belum mencapai efisien secara alokatif dan ekonomis. Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa analisis terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi produksi dan efisiensi teknis usahatani umumnya menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier dengan metode OLS dan MLE. Parameter dugaan yang kerap digunakan untuk menganalisis usahatani adalah lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani kentang dengan parameter dugaan dan fungsi produksi yang sama, tetapi dengan lokasi penelitian dan kurun waktu yang berbeda.

2.4. Kajian Empiris Stochastic Frontier

Seperti yang telah dijelaskan pada kajian empiris sebelumnya bahwa pendekatan stochastic frontier dapat digunakan untuk mengkaji efisiensi teknis usahatani, kini kajian efisiensi semakin berkembang. Beberapa penelitian menggunakan stochastic frontier dalam menganalisis efisiensi teknis dan menghubungkannya dengan preferensi risiko. Contohnya pada penelitian Syafa’at 1990. Di dalam penelitiannya Syafa’at membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis relatif dan sikap petani dalam menghadapi risiko produksi pada usahatani padi sawah di lahan beririgasi teknis. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa rataan efisiensi teknis petani padi di lokasi penelitiannya relatif tinggi 80 persen dan secara keseluruhan petani bersikap sebagai penggemar risiko risk taker dalam penggunaan pupuk anorganik. Efisiensi teknis yang dicapai oleh petani banyak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan curahan tenaga kerja rumah tangga. Tingkat pendapatan yang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh positif terhadap efisiensi kemudian dihubungkan dengan preferensi risiko petani. Dari hasil penelitian diketahui bahwa diversifikasi 19 pendapatan petani mendorong petani untuk bersikap sebagai penggemar risiko. Atau dengan kata lain, petani yang mempunyai sumber pendapatan dari pertanian dan luar pertanian bersikap sebagai penggemar risiko. Penelitian lain yang juga menggunakan pendekatan stochastic frontier untuk melihat preferensi risiko petani dilakukan oleh Fauziyah et al. 2010. Penelitian tersebut mengkaji tentang pengaruh preferensi risiko produksi petani terhadap produktivitas tembakau. Sikap petani dalam menghadapi risiko produksi akan berpengaruh terhadap efisiensi teknis yang dicapainya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa preferensi risiko tidak tergantung pada agroekosistem dan sistem pertanian, tetapi lebih ditentukan oleh luasan lahan. Semakin sempit luas lahan yang dimiliki petani, maka petani akan semakin menghindari risiko risk averse. Sebagai konsekuensinya, alokasi input akan berada di bawah kondisi optimum dan nilai efisiensi teknis serta alokatifnya rendah. Sehingga, produktivitas tembakau yang dihasilkan petani semakin rendah. Pendekatan stochastic frontier tidak hanya digunakan untuk melihat efisiensi teknis di bidang pertanian usahatani, tetapi juga dapat digunakan di bidang perbankan. Firdaus dan Paramita 2008 menggunakan metode analisis stochastic frontier SFA untuk mengetahui tingkat efisiensi Bank Perkreditan Rakyat BPR yang ada di Indonesia. Dengan menggunakan metode SFA, maka batas optimal dari suatu fungsi biaya dapat ditentukan. Penentuan fungsi biaya ini berguna untuk melihat seberapa besar tingkat efisiensi BPR. Efisiensi biaya dengan menggunakan frontier adalah untuk melihat seberapa jauh deviasi antara fungsi biaya yang dijadikan frontier dengan fungsi biaya pada suatu bank pada tingkat input dan output yang ditentukan. Suatu bank dikatakan efisien apabila tingkat biaya dari sebuah bank lebih rendah dibandingkan tingkat biaya frontier yang beroperasi pada kinerja terbaiknya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa secara umum BPR yang ada di Indonesia pada tahun 2007 sudah relatif tinggi karena nilai efisiensinya berada di atas 80 persen. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Paramita menggunakan stochastic frontier, maka dapat diketahui bahwa alat analisis frontier selain dapat digunakan untuk menghitung efisiensi produksi, juga dapat digunakan untuk menghitung efisiensi biaya. 20 Tabel 6 . Kajian Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier Pengarang Komoditas Variabel independen yang terdapat pada model fungsi produksi Variabel yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis usahatani Nizwar Syafa’at 1990 Padi  Luas garapan  Pupuk anorganik  Pupuk kandang  Pestisida  Tenaga Kerja TK  Bibit  Pengalaman bertani  Jumlah anggota keluarga  Tingkat pendidikan  Pendapatan luar pertanian  Curahan TK di luar pertanian  Curahan TK di usahatani luar padi Sumaryanto 2001 Padi  Luas lahan  Benih  Pupuk N  Pupuk P  Pupuk K  Pestisida  TK  Dummy musim  Status garapan  Umur petani  Rasio TK wanitapria  Pekerjaan utama  Luas garapan  Tingkat pendidikan Iin Dwi Astuti 2003 Kentang  Luas lahan  Benih  TK  Pupuk urea  Pupuk TSP  Pupuk KCl  Pupuk ZA  Pupuk NPK  Pupuk kandang  Fungisida  Insektisida  Umur petani  Pengalaman  Pendidikan  Sewa lahan  Penyuluhan  Pekerjaan petani di luar usahatani  Pendapatan di luar usahatani Irwan Tanjung 2003 Kentang  Jumlah bibit  Luas lahan  Total tenaga kerja  Pupuk Urea  Pupuk SP-36  Pupuk KCl  Pupuk NPK  Pupuk SS  Pestisida padat  Pestisida cair  Dummy jenis benih  Umur  Pengalaman  Pendidikan  Rasio luas lahan  Rasio tenaga kerja  Keikutsertaan dalam kelompok tani  Bentuk kepemilikan lahan  Dummy jenis benih Nur Aisah 2003 Tomat  Luas lahan  Benih  TK  Pupuk N  Pupuk P  Pupuk K  Pekerjaan petani di luar usahatani  Pekerjaan istri petani di luar usahatani  Umur petani  Pendapatan di luar 21  Pupuk kandang  Fungisida  Obat cair  Insektisida usahatani  Pendidikan  Penyuluhan  Pengalaman berusahatani Ketut Sukiyono 2005 Cabai merah  Benih  TK  Pupuk urea  Pupuk TSP  Pupuk KCl  Pupuk organik  Pestisida  Umur petani  Pengalaman usahatani  Pendidikan  Luas lahan M. C. Brahmana 2005 Padi  Luas lahan  Benih  Pupuk KCl  Pupuk TSP  TK  Pupuk urea  Pupuk kandang  Pestisida  Umur  Penyuluhan  Pekerjaan petani di luar usahatani  Istri petani yang bekerja di luar usahatani  Pengalaman usahatani  Tingkat pendidikan  Pendapatan di luar usahatani Rosana Podesta 2009 Padi  Luas lahan  Benih  Pupuk N  Pupuk P  Pupuk K  Obat cair  TK  Umur petani  Pendidikan formal  Umur bibit  Pengalaman usahatani  Dummy status usahatani  Dummy pendidikan nonformal Husnul Khotimah 2010 Ubi jalar  Luas lahan  Bibit  TK  Pupuk N  Pupuk P  Pupuk K  Pupuk daun  Pupuk kandang  Pestisida  Umur petani  Pengalaman usahatani  Pendidikan  Pekerjaan petani di luar usahatani  Pendapatan di luar usahatani  Dummy status kepemilikan lahan  Dummy penyuluhan 22 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep usahatani