Efisiensi pengeringan PERFORMANSI ALAT PENGERING

44 Gambar 36. Grafik hubungan laju pengeringan dengan waktu pada pengeringan jahe dengan pencelupan larutan kapur CaOH 2 6 Pada penelitian ini terlihat bahwa waktu penguapan air permukaan jahe pada setiap rak tidak seragam. Rak 5 dan rak 4 memiliki karakteristik pengeringan yang hampir serupa, dimana pada 30 menit pertama terjadi laju penguapan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan rak-rak diatasnya. Hal itu disebabkan suhu udara pengering yang diterima oleh kedua rak tersebut lebih tinggi sehingga jumlah kandungan air yang diuapkan menjadi semakin besar. Pada rak 5, penguapan air permukaan terjadi hingga menit ke 120–150 sedangkan pada rak 4 penguapan air permukaan terjadi hingga menit ke 180–210. Pada rak 3 penguapan terjadi hingga menit ke 210–240, dan pada rak 2 serta rak 1 secara berturut-turut penguapan terjadi hingga menit ke 240–300 dan menit ke 300–330. Setelah itu pada setiap rak laju pengeringan semakin melandai hingga tercapai kadar air yang diinginkan. Maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan batas akhir waktu pengeringan sekitar 30 menit pada setiap rak dari susunan yang paling bawah hingga ke atas. Waktu pengeringan jahe dengan menggunakan alat pengering ini juga relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan pengeringan menggunakan alat pengering lain, dimana alat pengering ini hanya membutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk pengeringan irisan jahe setebal ± 4 mm dan ketebalan tumpukan sebesar 1 lapis. Sementara untuk penelitian mengenai pengeringan jahe yang telah dilakukan sebelumnya oleh Hanapie 1988, Sinaga 1988, Rokhani 1989 serta Rochman 1996 dengan ketebalan irisan dan ketebalan tumpukan yang hampir sama membutuhkan waktu kurang lebih 12–22 jam. Hal ini disebabkan kapasitas ruang dari alat pengering pada penelitian ini jauh lebih kecil bila dibandingkan alat pengering yang digunakan pada penelitian sebelumnya, sehingga dengan besar suhu udara pengering dari plenum yang sama, penguapan kandungan air dari jahe akan berlangsung lebih cepat.

6. Efisiensi pengeringan

Efisiensi pada proses pengeringan meliputi efisiensi pemanasan, efisiensi penggunaan panas serta efisiensi pengeringan total. Perhitungan mengenai efisiensi alat pengering pada setiap perlakuan awal tersaji pada Lampiran 7 sampai Lampiran 10. Seperti yang terlihat pada Tabel 12 bahwa perlakuan awal pada jahe tidak memberikan pengaruh terhadap efisiensi pengeringan, sebab pengujian performansi hanya dilakukan pada satu perlakuan ketebalan pengirisan yaitu sebesar ± 4 mm dan ketebalan hamparan satu lapis. 2 4 6 8 10 12 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 L a ju p e n g e r in g a n b k m e n it Waktu menit Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5 45 Tabel 12. Efisiensi alat pengering untuk pengeringan irisan jahe Perlakuan Efisiensi pemanasan Efisiensi penggunaan panas Efisiensi pengeringan total Tanpa pencelupan kapur 41.11 57.05 23.46 Pencelupan larutan kapur 2 43.43 55.81 24.24 Pencelupan larutan kapur 4 44.87 58.89 26.43 Pencelupan larutan kapur 6 48.02 54.69 26.25 Lebih rendahnya nilai efisiensi pengeringan total bila dibandingkan dengan efisiensi pemanasan dan penggunaan panas dapat disebabkan adanya debit aliran udara yang tidak berfungsi sebagai media pembawa uap air. Adanya kehilangan panas melalui dinding alat pengering atau saat pembukaan alat pengering untuk pengukuran kadar air juga menyebabkan efisiensi pengeringan total menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan efisiensi pemanasan dan efisiensi penggunaan panas. Efisiensi pengeringan total dari alat pengering tipe kabinet dengan sumber panas listrik pada penelitian yang dilakukan Hanapie 1988 adalah sebesar 61.43. Sementara itu, efisiensi pengeringan total dari alat pengering tipe rak berbahan bakar minyak tanah pada penelitian yang dilakukan Rokhani 1989 adalah sebesar 27.23. Sehingga bila dibandingkan dengan efisiensi pengeringan total dari alat pengering tipe rak dengan sumber panas listrik yang digunakan pada penelitian ini, terlihat bahwa efisiensinya lebih rendah dari alat pengering yang digunakan oleh Hanapie 1988 dan Rokhani 1989. Hal ini dikarenakan kapasitas dari alat pengering yang digunakan pada penelitian ini sangat rendah, yaitu hanya sebesar ± 1 kg, sehingga berpengaruh besar terhadap rendahnya efisiensi yang dihasilkan.

B. SIMULASI MENGGUNAKAN CFD

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber Officinalle Var Rubra) Dengan Metode Pengolahan Yang Berbeda Terhadap Bobot Karkas Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria Tenella

4 75 54

Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubra) dengan Metode Pengolahan Berbeda terhadap Performans Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria tenella

3 84 57

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum) dengan GC-MS dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

32 249 106

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officunale Rosc.) Dan Uji Aktivitas Antibakteri

15 125 67

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

Uji Performansi Pengering Tipe Rak pada Pengeringan Jahe dan Kunyit serta Pengaruh Perlakuan Bahan terhadap Mutu yang dihasilkan

0 8 172

Pengaruh Penambahan Kultur Bakteri dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Pikel Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

0 4 146

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU MANISAN KERING JAHE (ZINGIBER OFFICINALE ROSC.) DAN KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA

0 1 8