II. TINJAUAN PUSTAKA
A. BOTANI JAHE
Berdasarkan taksonomi, jahe Zingiber officinale Rosc. termasuk dalam divisi Spermatophyta, Bagian subdivisi Angiosperma, kelas Monocotyledoneae, ordo Zingiberales, dan famili Zingiberaceae,
serta genus Zingiber. India dan Cina termasuk negara pemanfaat jahe sejak bertahun-tahun silam. Oleh karenanya, India diduga sebagai negara tempat jahe berasal. Nama botani Zingiber berasal dari bahasa
Sansakerta: Singaberi, dari bahasa Arab: Zanzabil, dan dari bahasa Yunani: Zingiberi. Tanaman ini merupakan tanaman terna tahunan dengan batang semu yang tumbuh tegak. Tingginya berkisar 0.3–
0.75 meter dengan akar rimpang yang bisa bertahan lama di dalam tanah. Akar rimpang itu mampu mengeluarkan tunas baru untuk menggantikan daun dan batang yang sudah mati Paimin dan
Murhananto 2007.
Gambar 1. Tanaman jahe Gambar 2. Rimpang jahe
Wikipedia 2012 Wikipedia 2012
Menurut Paimin dan Murhananto 2007, tanaman jahe terdiri dari atas beberapa bagian, diantaranya adalah akar, batang, daun, dan bunga. Berikut ini akan diuraikan satu per satu bagian-
bagian tersebut.
1. Akar,
merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal rimpang ini tertanam kuat di dalam tanah dan
makin membesar dengan pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru. Rimpang jahe memiliki aroma khas, bila dipotong berwarna putih, kuning, atau jingga. Sementara bagian
luarnya berwarna kuning kotor, atau bila agak tua menjadi agak cokelat keabuan. Bagian dalam rimpang jahe umumnya memiliki dua warna yaitu bagian tengah hati berwarna ketuaan dan
bagian tepi berwarna agak muda. 2.
Batang, merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang itu sendiri terdiri dari
seludang-seludang daun tanaman dan pelepah-pelepah daun yang menutupi daun. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Umumnya batang dihiasi titik-titik
berwarna putih. Batang ini umumnya basah dan banyak mengandung air sehingga jahe
tergolong tanaman herba.
4
3. Daun,
berbentuk agak lonjong dan lancip menyerupai daun rumput yang besar. Daun itu sebelah-menyebelah berselingan dengan tulang daun sejajar sebagaimana tanaman monokotil
lainnya. Daun bagian atas lebar dengan ujung agak lancip, bertangkai pendek, berwarna hijau muda, dan berbulu halus. Panjang daun sekitar 5–25 cm dengan lebar 0.8–2.5 cm. Tangkainya
berbulu atau gundul dengan panjang 5–25 cm dan lebar 1–3 cm. Ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0.3–0.6 cm. Bila daun mati, pangkal tangkai akan tetap hidup di dalam
tanah, lalu bertunas dan tumbuh akar rimpang baru. 4.
Bunga, berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu, dengan panjang 5–7 cm dan bergaris
tengah 2–2.5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar rimpang dengan panjang 15–25 cm. Tangkai bulir dikelilingi oleh daun pelindung yang berbentuk bulat lonjong,
berujung runcing, dengan tepi berwarna merah, ungu, atau hijau kekuningan. Bunga terletak di ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur, lonjong, runcing, dan
tumpul. Panjangnya berkisar 2–2.5 cm dan lebar 1–1.5 cm.
Daun bunga berbentuk tabung memiliki gigi kansil yang tumpul dengan panjang 1–1.2 cm. Daun mahkota bagian bawah berbentuk tabung yang terdiri dari tiga bibir dengan bentuk pisau lipat
panjang secara runcing yang berwarna kuning kehijauan. Daun kelopak dan daun bunga masing- masing tiga buah yang sebagian bertautan. Pada bunga jahe, benang sari yang dapat dibuahi hanya satu
buah, sedangkan sebuah benang sari yang lain telah berubah bentuk menjadi daun. Staminiod- staminiodnya membentuk tajuk mahkota beruang tiga dengan bibir berbentuk bulat telur berwarna
hitam belang. Menurut Syukur dan Herniani 2002, jahe terutama dibudidayakan di daerah tropika dengan
ketinggian tempat antara 0–1,700 m dpl, dan yang terbanyak berada pada ketinggian menengah, yaitu antara 350–600 m dpl. Di Indonesia, pertanaman jahe yang baik umumnya berada pada daerah yang
memiliki curah hujan antara 2,500–4,000 mm dalam setahun. Secara umum, lokasi yang baik untuk pertanaman jahe terletak pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan hampir sepanjang tahun
sehingga waktu tanam dapat dilakukan sepanjang tahun. Tanah yang banyak mengandung humus, subur, dan gembur dengan drainase yang baik merupakan lahan yang disukai jahe. Tanaman ini dapat
ditanam di berbagai tipe tanah, tetapi akan lebih baik pada jenis latosol dan andosol. Sedangkan menurut Kartasubrata 2010, temperatur rata-rata tahunan untuk budidaya jahe adalah 25–30
o
C, dengan intensitas cahaya matahari sebesar 70–100, dan pH tanah sebesar 6.8–7.4.
B. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN JAHE