1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muara Batu merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah pesisir Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Perairan
Kecamatan Muara Batu adalah daerah pesisir yang memiliki sumberdaya ikan yang masih dapat dimanfaatkan bagi masyarakat setempat maupun luar daerah.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Aceh Utara 2008, potensi sumberdaya ikan yang tersedia di Perairan Kecamatan Muara Batu, khususnya perikanan laut
adalah sebesar 2.961,50 ton per tahun. Ketersediaan sumberdaya ikan yang cukup besar ini menunjukkan bahwa Perairan Kecamatan Muara Batu merupakan
wilayah yang cukup potensial untuk dijadikan sebagai basis perikanan tangkap. Kegiatan perikanan
tangkap merupakan kegiatan utama yang menopang perekonomian masyarakat
di Kecamatan Muara Batu. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kabupaten Aceh Utara 2008, masyarakat yang
bermata pencaharian sebagai nelayan berjumlah 876 orang. Beberapa jenis alat penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan di Perairan Kecamatan Muara
Batu, yaitu purse seine, jaring insang jaring klitik, jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar, pukat kantong payang dan pukat pantai, pancing rawai
tetap, pancing tonda dan pancing ulur, perangkap bubu dan jala tebar. Alat-alat tangkap tersebut dioperasikan dengan menggunakan tipe kapal yang berbeda.
Perbedaan tipe kapal tersebut tergantung dari jenis alat tangkap yang dioperasikan. Tipe-tipe kapal yang terdapat di wilayah ini terdiri atas 68 unit
perahu tanpa motor, 9 unit motor tempel dan 331 unit kapal motor. Purse seine merupakan salah satu alat penangkap ikan modern yang
dioperasikan oleh nelayan di Perairan Kecamatan Muara Batu. Menurut Subani dan Barus 1989, purse seine dikenal sebagai salah satu alat tangkap yang
produktivitas hasil tangkapannya tinggi untuk penangkapan ikan pelagis, dengan daerah pengoperasian lebih ke lepas pantai.
Unit penangkapan purse seine yang dioperasikan di Perairan Kecamatan Muara Batu memiliki keragaman, yaitu dalam hal konstruksi alat tangkap, spesies
ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan daerah penangkapan ikan.
Berdasarkan keragaman tersebut, ada tiga jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam unit penangkapan purse seine di wilayah ini, yaitu pukat layang, pukat teri
dan pukat udang. Setiap jenis purse seine ini memiliki konstruksi alat tangkap berbeda dibandingkan dengan daerah lainnya.
Alat tangkap purse seine bukan merupakan alat tangkap dominan, namun berpengaruh besar terhadap kelestarian sumberdaya ikan di wilayah Perairan
Kecamatan Muara Batu. Hal ini dikarenakan, unit penangkapan purse seine memiliki produktivitas yang cukup tinggi di wilayah tersebut, sehingga nelayan
berusaha menangkap ikan sebanyaknya demi memperoleh keuntungan yang besar. Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan kegiatan perikanan purse seine perlu
dilakukan di wilayah ini. Pengelolaan tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya ikan guna meningkatkan pendapatan nelayan
purse seine serta menjaga kelestarian sumberdaya ikan di wilayah tersebut. Pengelolaan kegiatan perikanan purse seine ini sangat erat kaitannya
dengan peran kelembagaan lokal Panglima Laôt Lhôk di wilayah tersebut. Panglima Laôt Lhôk merupakan lembaga pemimpin adat nelayan atau pesisir
yang memiliki kekuasaan mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan seperti mengatur wilayah penangkapan ikan, alat
tangkap yang digunakan, waktu penangkapan ikan, menyelesaikan permasalahan antar nelayan konflik, dan masalah lainnya yang terkait dalam kegiatan
perikanan tangkap di daerah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kelembagaan Panglima Laôt Lhôk
dalam Pengelolaan Kegiatan Perikanan Purse Seine di Kecamatan Muara Batu, Kabupaten
Aceh Utara”.
1.2 Perumusan Masalah