2.4 Kelembagaan dan Analisis Kelembagaan
Menurut Huntington 1965 diacu dalam Widodo 2008, lembaga merupakan pola perilaku yang selalu berulang bersifat kokoh dan dihargai oleh
masyarakat. Selanjutnya Uphoff 1986 diacu dalam Widodo 2008 berpendapat bahwa lembaga merupakan sekumpulan norma dan perilaku telah berlangsung
dalam waktu yang lama dan digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Syahyuti 2003 diacu dalam Widodo 2008 mengemukakan beberapa
pandangan mengenai definisi ‘lembaga’ sebagai organisasi dan lembaga sebagai institusi serta definisi ‘kelembagaan’ institusi yang dikemukakan oleh para
ahli. Syahyuti sendiri menyatakan bahwa terdapat 4 empat cara untuk membedakannya, yaitu:
1 Kelembagaan cenderung tradisional, sedangkan organisasi cenderung modern.
2 Kelembagaan berasal dari masyarakat itu sendiri, sedangkan organisasi datang
dari atas. 3
Kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinuum dimana organisasi adalah kelembagaan yang belum melembaga.
4 Organisasi merupakan bagian dari kelembagaan.
Sementara itu, kelembagaan memberi tekanan pada 5 lima hal, yaitu: 1
Berkenaan dengan aspek sosial; 2
Berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku individu dalam sistem sosial;
3 Berkaitan dengan perilaku atau seperangkat tata kelakuan atau cara bertindak
yang mantap dan sudah berjalan lama dalam kehidupan masyarakat; 4
Ditekankan pada pola perilaku yang disetujui dan memiliki sanksi dalam kehidupan masyarakat; dan
5 Pelaksanaan kelembagaan diarahkan pada cara-cara yang baku untuk
memecahkan masalah yang terjadi dalam sistem sosial tertentu. Diniah 2008 mengemukakan bahwa ada banyak lembaga yang mendukung
kegiatan perikanan tangkap. Lembaga tersebut dapat dikelompokkan menjadi kelembagaan yang formal dan non formal. Menurut Sugiyanto 2002, ciri
lembaga sosial bersifat formal adalah terbentuk atas campur tangan pihak luar pemerintah, ada dasar hukum untuk membentuk lembaga secara legal, pengurus
dipilih atas pertimbangan kebutuhan dan masa kepengurusannya jelas, struktur bersifat formal dan mudah dipengaruh oleh pihak luar. Ciri lembaga yang bersifat
non formal adalah terbentuk atas kehendak masyarakat yang bersangkutan, manajemennya lemah, dinamika aktivitas tidak teratur, terbentuk atas norma dan
nilai yang dikembangkan atas dasar trust, pengurus dipilih lembaga bersifat monoton, dan menolak campur tangan pihak luar.
Sugiyanto 2002 mengemukakan bahwa ada tiga metode pendekatan yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari atau mengkaji dalam menelusuri
keberadaan lembaga-lembaga sosial yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Ketiga pendekatan tersebut adalah:
1 Pendekatan Historis
Mengkaji keberadaan lembaga ditelusuri melalui sejarah lahirnya lembaga sosial dan perkembangan suatu lembaga sosial.
2 Pendekatan Komparatif
Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan analisa komparatif yang bertujuan untuk menelaah suatu lembaga tertentu dalam masyarakat yang
berlainan tempatnya dan dalam berbagai lapisan sosial. 3
Pendekatan Hubungan Pendekatan ini lebih menekankan pada hubungan fungsional artinya suatu
lembaga tidak mungkin hidup sendiri tanpa ada hubungankait-mengkait lembaga satu dengan dengan lembaga lainnya, sehingga dalam analisa ini
tidak menutup kemungkinan memadukan analisa komperatif dan analisa historis.
2.5 Persepsi