Kegiatan Manajerial Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

55 Tabel 10. Rata-Rata Harga Jual Bunga Potong Krisan per Ikat Kecamatan Sukaresmi pada Tahun 2010 Rp No. Tipe Rata-Rata Harga Jual 1 Grade A Standar 8.000 2 Grade B Standar 6.000 3 Grade C Standar 5.000 4 Grade ASpray 7.000 5 Grade B Spray 5.000 6 Grade C Spray 4.000 Sumber: Hasil Wawancara Dengan Petani

5.5. Kegiatan Manajerial

Usaha krisan potong yang dijalankan oleh para petani anggotan Gapoktan Seruni Citra Resmi memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana. Pemilik usaha berperan sebagai pengelola sekaligus pembuat keputusan. Dalam menjalankan usahanya pemilik membawahi beberapa pegawai yang bertugas di bagian pemasaran dan bagian produksi. Bagian pemasaran bertanggung jawab atas pendistribusian produk sesuai pesanan pelanggan sekaligus mencari informasi mengenai pasar potensial. Bagian produksi bertanggung jawab atas proses produksi mulai dari pembibitan hingga panen. Struktur organisasi pengusahaan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dapat dilihat pada Gambar 6 berikut. Gambar 6. Struktur Organisasi Pengusahaan Krisan Potong di Kecamatan Seruni Citra Resmi Seluruh pekerja bekerja tujuh hari dalam seminggu dimulai dari pukul delapan pagi hingga pukul empat sore. Upah pekerja dihitung harian namun Pemilik Usaha Budidaya Krisan Potong Pekerja Bagian Produksi Bagian Pemasaran 56 dibayarkan setiap hari Kamis. Pekerja wanita dibayar Rp.25.000,00 per hari, sedangkan pekerja wanita dibayar Rp.15.000,00 per hari. Perbedaan upah ini didasarkan pada pekerjaan pria yang lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan wanita, seperti menyiram, mengangkut barang dan memanen. Sebagian besar pekerja di kebun krisan potong di Kecamatan Sukaresmi berasal dari lingkungan setempat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar, serta pengembangan keterampilan pertanian. VI ASPEK NON FINANSIAL

6.1. Aspek Pasar

Analisis aspek pasar ini dilakukan untuk melihat apakah produk krisan potong di Kecamatan Sukaresmi masih bisa diserap oleh pasar. Beberapa hal yang dianalisis terkait dengan aspek pasar dalam penelitian tentang kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini adalah peluang pasar serta bauran pemasaran krisan potong di wilayah ini.

6.1.1. Analisis Peluang Pasar

Krisan potong merupakan salah satu jenis florikultura yang memeiliki tren permintaan meningkat sepanjang tahunnya, namun tidak diimbangi dengan tren penawaran yang sama. Seperti halnya yang terjadi pada krisan potong yang diusahakan oleh petani bunga di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Setiap tahunnya petani krisan potong yang ada di wilayah tersebut, mengalami kelebihan pesanan bunga dari pelanggan. Sebagai salah satu sentra budidaya krisan potong di Jawa Barat, Kecamatan Sukaresmi menghadapi permintaan rata- rata 40.000 ikat per minggu atau 1.920.000 ikat per tahun. Namun petani-petani krisan potong di wilayah tersebut masih belum mampu memenuhi permintaan pasar yang ada. Jumlah krisan potong yang dapat dijual oleh petani-petani di kecamatan ini hanya mencapai 1.200.000 ikat per tahun atau 25.000 ikat per minggu. Ini berarti Kecamatan Sukaresmi masih memiliki peluang pasar sebesar 15.000 ikat per minggu. Selain itu data volume dan nilai ekspor bunga potong krisan Indonesia yang memiliki tren meningkat semakin menguatkan bahwa Kecamatan Sukaresmi memiliki peluang pasar yang cukup besar baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Berikut merupakan proyeksi penjualan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi. 58 Tabel 11. Proyeksi Penjualan Kelompok Tani Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Tahun 2010 No. Kelompok Tani Luas lahan Ha Penjualan Tahun Ikat 1 Glory Farm 1,728 160.704 2 Makmur 2 161.200 3 Wargi Sauyunan 1,5 133.920 4 Seruni Mawar 3,2 269.824 5 Derih Farm 0,9 72.540 6 Maju Sejahtera 2,5 217.000 7 Seroja 1,5 133.920 8 Glory Farm Kemitraan 1 93.000 Total 14,328 1.242.108 Sumber: Data Gapoktan, 2009

6.1.2. Bauran Pemasaran a Produk

Dalam memasarkan produknya, petani-petani krisan potong di Kecamatan Sukaresmi menekankan pada tipe produk, kualitas, jenis produk, pilihan warna bunga serta pelayanan penjualan. Produk utama yang dihasilkan oleh petani- petani krisan potong adalah krisan tipe standar dan tipe spray. Baik krisan tipe standar maupun spray dibagi menjadi tiga kelas atau grade berdasarkan panjang batang, daun dan bentuk bunga. Secara keseluruhan terdapat enam grade, yaitu grade A standar, grade B standar, grade C standar, grade A spray, grade B spray, dan grade C spray. Khusus grade C adalah hasil panen dengan kualitas terendah atau gagal. Krisan potong grade C ini merupakan produk yang tidak terjual, kecuali pada kondisi tertentu seperti gagal panen. Krisan potong dijual dengan satuan ikat. Dalam satu ikat bunga terdapat 10 tangkai. Adapun varietas krisan potong tipe standar yang diproduksi di Kecamatan Sukaresmi antara lain White Fiji, Yellow Fiji, Pink Fiji, Jaguar Fiji, Holiday, Alouis, Snowdon White, Snowdon Yellow, Sham Rock, Pingpong White dan Pingpong Yelow. Sedangkan varietas krisan spray antara lain adalah Puma, 59 Regent, Town talk, Heidi Yellow, Heidi White, Pompon, Sonya, Rhino, Wendi, Tiger dan Casablanca. b Harga Pada dasarnya sulit untuk menentukan harga sebuah produk bunga potong, terutama krisan. Pasalnya krisan potong memiliki permintaan yang berubah-ubah berdasarkan bulan-bulan dalam kalender Islam. Pada Bulan Dzulhijjah misalnya, permintaan akan krisan potong cenderung sangat tinggi sehingga harga bunga krisan dapat mencapai Rp. 8.000,00 hingga Rp. 10.000,00 per ikat untuk kualitas tinggi, yaitu grade A. Namun sebaliknya, ketika Bulan Ramadan permintaan akan bunga ini menjadi sangat rendah dan harga pun menjadi turun hingga mencapai Rp. 5.000,00 per ikat untuk kualitas tinggi. Meskipun demikian, sebagian besar petani krisan di Kecamatan Sukaresmi memiliki konsumen tetap dimana diantara konsumen dan petani mengadakan kontrak penetapan harga. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi fluktuasi harga pasar yang terjadi, baik bagi petani maupun bagi konsumen. Penetapan harga tersebut didasarkan pada harga rata-rata sepanjang tahun, sehingga apabila terjadi fluktuasi harga di pasar akibat perubahan permintaan, baik petani maupun konsumen tidak mengalami kerugian terlalu tinggi. Sebagai contoh ketika bulan Ramadhan, permintaan pasar menurun tajam sehingga harga di pasar menjadi sangat rendah hingga mencapai Rp.5.000,00 ikat untuk tipe standar grade A. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi petani. Namun karena telah disepakati sejak awal bahwa harga ditetapkan stabil diantara kedua pihak, yakni Rp. 8.000,00 untuk setiap ikat krisan potong tipe standar grade A maka petani tidak merasakan kerugian yang signifikan. Sebaliknya saat menjelang Natal dan Tahun Baru permintaan meningkat sehingga harga krisan potong standar grade A naik sampai Rp. 12.000,00 ikat. Namun konsumen tidak merasa rugi karena harga yang disepakati stabil, yaitu Rp. 8.000,00 ikat. Apabila terjadi kelebihan hasil produksi dan hasil panen tidak dapat diserap seluruhnya oleh pelanggan tetap, petani memiliki masih memiliki alternatif untuk menjual kelebihan hasil produksi yakni dijual kepada gapoktan. Hal ini juga merupakan salah satu peran gapoktan untuk meringankan kesulitan yang dialami oleh petani anggota. Gapoktan dan kelompok tani akan membeli 60 hasil panen petani anggota dengan harga rata-rata, sehingga kerugian pun dapat ditekan. Untuk rincian harga krisan potong produksi petani Kecamatan Sukaresmi telah ditunjukkan sebelunya dalam Tabel 10. c Tempat Petani-petani di Kecamatan Sukaresmi tidak membuka florist secara khusus. Meski demikian, petani-petani tetap melayani pembelian bunga potong krisan secara eceran. Untuk konsumen pasar, petani-petani bunga potong krisan Kecamatan Sukaresmi menjualnya kepada para dekorator dan florist-florist di Jakarta, Bogor, Jogjakarta, Solo, dan Semarang. Dekorator dan florist tersebut merupakan pelanggan tetap dari petani. Selain itu petani juga menjual hasil panennya kepada kelompok tani atau gapoktan. d Promosi Sejauh ini petani-petani bunga potong krisan Kecamatan Sukaresmi kurang melakukan promosi baik secara audio maupun visual. Bertambahnya pelanggan hanya mengandalkan informasi dai mulut ke mulut. Hanya beberapa petani saja yang mencoba untuk melakukan promosi melalui pameran-pameran. Namun meskipun tanpa melakukan upaya promosi yang berarti, kegiatan pemasaran usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini tetap dapat berjalan dengan baik.

6.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi layak untuk dilaksanakan karena masih terdapat peluang pasar yang cukup besar. Pada Bauran Pemasaran pun tidak terdapat masalah yang dapat menjadi kendala. Namun sebaiknya petani memperluas kegiatan promosi, baik melaui media massa ataupun pameran-pameran bunga. Alternatif tersebut dapat menjadi alat efektif untuk meningkatkan jumlah penjualan. 61 6.2. Aspek Teknis 6.2.1. Lokasi Usaha Di wilayah Kecamatan Sukaresmi masih terdapat 258,94 Ha lahan sawah pedesaan yang masih belum termanfaatkan dan tersebar di 11 desa. Salah satunya adalah Desa Pakuon yang terletak di sepanjang Jalan Cipanas-Mariwati. Desa Pakuon inilah yang menjadi pilihan lokasi usaha krisan potong. Desa ini telah memenuhi syarat agroklimat yang dibutuhkan bagi proses budidaya krisan. Secara topografi, lahan pertanian di Kecamatan Sukaresmi berada pada ketinggian 575- 950 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 15-20 persen. Jenis tanah di wilayah ini merupakan tanah liat berpasir, pH tanah 5,5-6,5 dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Pada pH tanah antara 5,5 hingga 6,5 ini tanaman hortikultura, khususnya bunga krisan potong dapat tumbuh dengan baik Rukmana dan Mulyana, 1997. Green house produksi akan dibangun di lokasi dengan rata-rata curah hujan 227 milimeter per bulan, dengan tujuh bulan basah dan lima bulan kering ini. Kelembaban nisbi wilayah ini antara 65-68 persen. Pada musim hujan, rata- rata suhu udara di Kecamatan Sukaresmi berada pada kisaran 13-28 derajat celsius, kelembaban nisbi 65-68 persen, serta radiasi sinar matahari 35-45 persen. Sedangkan pada musim kemarau suhu udara berkisar antar 18-34 derajat celsius dengan radiasi sinar matahari 40-55 persen. Secara topografi lahan dan agroklimat Desa Pakuon ini sesuai untuk lokasi pembudidayaan krisan potong. Selain itu desa ini telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Diantaranya mudah menjangkau listrik, akses terhadap sarana produksi seperti pupuk, pestisida, dan peralatan pertanian lainnya sangat mudah mengingat di desa ini banyak terdapat toko penyedia saprodi dan juga jarak dengan pasar yang dapat dijangkau dalam waktu lima menit menggunakan motor. Desa ini juga sangat strategis yaitu terletak tepat di antara jalur alternatif Bandung-Jakarta, yang merupakan akses tercepat ke ibu kota Kabupaten Cianjur, dengan lokasi Balai Penyuluh Pertanian dan juga lokasi wisata Taman Bunga Nusantara. Transportasi yang lancar dan jalan beraspal memudahkan para petani melakukan pembelian input dan pendistribusian hasil panen. 62

6.2.2. Skala Usaha

Pengusahaan krisan potong yang akan dilaksanakan di Kecamatan Sukaresmi menggunakan lima unit green house. Luasan setiap green house adalah 216 m 2 dengan lebar 8 meter dan panjang 27 meter. Jumlah bedengan yang ada dalam tiap unit green house sebanyak empat bedengan dengan lebar 1,25 meter dan panjang 27 meter sehingga luas setiap bedengan adalah 33,75 m 2 . Jarak tanaman produksi krisan adalah 12,5 cm x 12,5 cm sehingga kapasitas produksi setiap bedengan adalah sebesar 2.160 tangkai atau dengan kata lain lima unit green house dengan jumlah 20 bedengan dapat memproduksi 4.320 tangkai krisan. Usaha krisan potong dalam lima unit green house ini dilakukan tanpa kegiatan pembibitan. Bibit siap tanam diperoleh dari pembelian melalui Gapoktan seruni Citra Resmi. Hal ini dimaksudkan agar siklus bisnis dapat berjalan cepat, mengingat luas lahan yang dimiliki terbatas.

6.2.2. Proses Budidaya Krisan Potong

1 Persiapan lahan Sebelum ditanami lahan harus dibersihakan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, setelah itu dicangkul dan diratakan. Kemudian tanah digenangi dan ditaburi pupuk kandang selama 1 minggu. Setelah 1 minggu tanah dicangkul kembali dan dibentuk bedengan dengan lebar setiap bedeng adalah 1,25 meter dengan panjang 27 meter sesuai dengan panjang green house. Setelah pembentukan bedengan selesai tanah digemburkan kembali kemudian dipasang wire mesh sebagai jarak tanam. 2 Penanaman bibit Penanaman dilaksanakan pada pagi hari dengan cara memasang wire mesh dengan jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm.Sebelum bibit ditanam, lubang tanam diberi Furadan sebanyak 6-10 butir. Lalu bibit yang telah dipanen dari tray ditanam mengikuti jarak tanam wire mesh. Penanaman dikelompokkan berdasarkan warna dan varietas tanaman untuk mempermudah proses pascapanen. Setelah itu dilakukan penyiraman secara merata. 63 3 Penyulaman Penyulaman dilakukan seminggu setelah bibit ditanam. Penyulaman dilakukan terhadap bibit-bibit yang gagal tumbuh. Jumlah bibit yang harus disulam tergantung pada daya tumbuh bibit pada area penanaman. 4 Pemeliharaan Penyiraman dilakukan setiap dua hari sekali selama 10 hari pertama. Selanjutnya penyiraman dilakukan seminggu sekali. Sedangkan penyinaran dilakukan selama satu bulan pertama. penyinaran pada tahap ini dilakukan ketika hari mulai gelap hingga hari kembali terang, sekitar 12 jam dengan menggunakan lampu 60 Watt yang diletakkan 30 cm dari ujung tanaman. Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berusia 10 hari menggunakan pupuk Urea dan NPK masing-masing sebanyak 15 Kg dan 10 Kg untuk luas 500 m 2 . Selanjutnya pemupukan dilakukan pada umur 8 minggu dengan menggunakan pupuk TSP seberat 25 Kg untuk luasan yang sama. Pengendalian hama pada tahap budidaya ini dilakukan setiap minggu setelah tanaman berumur 10 hari. Pengendalian hama dilakukan setelah penyiraman agar pestisida tidak hilang karena air. Sedangkan pemberantasan gulma dilakukan setiap hari dan pemotongan daun yang berada pada tangkai terbawah dilakukan ketika hendak melakukan pemupukan.

6.2.3. Pengelolaan Panen dan Pascapanen

Krisan potong dapat dipanen setelah berumur 12 minggu atau ketika bunga setengah mekar. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut langsung bunga hingga akar sekaligus. Waktu yang baik untuk pemanenan adalah pukul 6 hingga pukul 8 pagi atau pada sore hari. Setelah dicabut, bunga dikumpulkan dengan memotong 10 cm dari bagian akarnya dan membuang daun-daun yang berada pada pangkal tangkai. Tingkat daya tumbuh dari bibit krisan pada areal pertanaman adalah 75 persen. Kegiatan pasca panen dilakukan di luar kebun, dimulai dengan pengukuran dan pemotongan, pengelompokan, pengemasan dan pengangkutan. Pengukuran didasarkan pada standarisasi yang ada, yaitu panjang batang tanaman. Setelah diukur, bunga dikelompokkan berdasarkan tipe dan warna, kemudian dimasukkan 64 ke dalam ember yang telah diisi air sebelum dilakukan pengemasan. Untuk bunga krisan tipe standar, pengemasan dilakukan dingan menyatukan 10 tangkai bunga menjadi buket dengan menggunakan kertas putih, sedangkan untuk tipe standar pengemasan dilakukan dengan melingkarkan kertas putih di setiap mahkota bunga, kemudian dilanjutkan dengan menyatukan 10 tangkai bunga ke dalam satu buket kertas putih yang lebih besar. Selanjutnya sebelum dikirim dilakukan kembali penggabungan, yaitu 10 ikat bunga digabung menjadi satu dengan total 100 tangkai. Setelah dikemas, bunga siap didistribusikan. Untuk pengiriman ke wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, bunga diangkut menggunakan mobil bak terbuka, yakni dengan menumpuk bunga yang telah dikemas secara bersilangan. Sedangkan untuk pengiriman ke luar Jawa Barat, petani atau perwakilan kelompok tani cukup mengantarkan bunga ke terminal untuk kemudian dititipkan pada bus jurusan kota pelanggan.

6.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis

Dari hasil analisis pada aspek teknis dapat dikatakan bahwa usaha ini layak dilaksanakan, karena tersedianya luas lahan yang cukup dan kondisi lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh bunga potong krisan, lokasi yang strategis, serta kemudahan akses input maupun pasar. Selain itu proses budidaya yang selama ini dijalankan secara umum sesuai dengan standar budidaya yang diterapkan oleh Badan Penyuluh Pertanian.

6.3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen mengkaji dari segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam perusahaan. Usaha dapat dinilai layak secara manajemen apabila empat hal tersebut dilaksanakan dengan baik.

6.3.1. Struktur Organisasi

Usaha budidaya krisan potong yang akan dilaksanakan memiliki struktur organisasi yang sederhana namun jelas, sehingga memudahkan para pihak yang tergabung dalam usaha tersebut untuk mengetahui tugas, wewenang serta tanggung jawab masing-masing 65 Struktur organisasi usaha ini terdiri dari pemilik usaha yang membawahi pegawai bagian pemasaran dan bagian produksi. Pemilik bertugas mengawasi, memeriksa pengelolaan usaha, sekaligus berperan sebagai bagian keuangan. Bagian produksi bertugas merencanakan, menjalankan dan mengawasi serta melaporkan proses produksi. Sementara bagian pemasaran bertanggung jawab atas proses distribusi serta memberikan informasi pasar. Adapun struktur organisasi usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini dapat dilihat pada Gambar 6. Seluruh usaha budidaya krisan potong yang dilaksanakan oleh petani di Kecamatan Sukaresmi tercatat dalam keanggotaan Gapoktan Seruni Citra Resmi. Gapoktan tersebut juga telah terdaftarkan secara resmi di Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, maka usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini telah memiliki izin yang resmi. Usaha dengan skala 1.000 m 2 ini terdiri dari 10 sumber daya manusia termasuk pemilik. Pegawai terdiri dari tujuh orang pegawai laki-laki dan dua orang perempuan. Pendidikan pegawai adalah satu orang lulusan STM, satu orang lulusan SMU, tiga orang lulusan SMP dan dua orang lulusan SD. Seluruh pegawai berasal dari Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Gaji kepala bagian adalah Rp.1.000.000,00 dibayar di awal bulan. Sedangkan pegawai dibawahnya dibayar dengan sistem harian, Rp. 25.000,00 untuk pegawai laki-laki dan Rp.15.000,00 untuk pegawai perempuan. Gaji mereka dibayarkan mingguan setiap hari Kamis.

6.3.2. Deskripsi Pekerjaan

Deskripsi jabatan dan pekerjaan sangat diperlukan dalam rangka kejelasan dalam menjalankan tugas dan wewenang. Adapun deskripsi pekerjaan ada usaha krisan potong Kecamatan Sukaresmi ini dapat dilihat pada Tabel 10. 66 Tabel 12. Deskripsi Pekerjaan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, 2010 No. Jabatan Tugas 1. Pemilik Pengambil keputusan, memberikan arahan kepada setiap pekerja mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan, serta melaksanakan perencanaan dan laporan keuangan. 2. Bagian Produksi Merencanakan, menjalankan, mengawasi proses produksi serta memberikan prediksi panen dan melaporkan hasil produksi. 3. Bagian Pemasaran Memberikan informasi pasar, merencanakan pemasaran serta berkoordinasi dengan pemilik usaha untuk melaporkan hasil pemasaran Sumber: Hasil Wawancara Langsung

6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen

Usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini memiliki struktur organisasi, pembagian pekerjaan, serta sistem penggajian yang jelas. Selain itu usaha tersebut telah tercatat dalam kelembagaan yang resmi. Oleh karena itu secara manajemen dan hukum usaha ini layak dijalankan.

6.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Dari aspek sosial, usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi memberikan peluang kerja dan pengurangan jumlah pengangguran baik bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat di luar Kecamatan Sukaresmi. Dari aspek ekonomi keberadaan usaha budidaya ini dapat memberikan peningkatan pendapatan. Pada aspek budaya, budidaya bunga ini tidak bertentangan dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Dari aspek lingkungan tidak ada kendala atau masalah yang berarti karena budidaya bunga tidak menimbulkan polusi. Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa secara sosial, ekonomi, budaya serta lingkungan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi layak untuk dilaksanakan karena tidak terdapat masalah yang menghambat, namun justru usaha ini mampu meningkatkan lapangan kerja, pengurangan pengangguran, meningkatkan 67 pendapatan baik bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar Kecamatan Sukaresmi dan tidak bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. VII ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha krisan potong yang akan dilakukan di Kecamatan Sukaresmi dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Period PBP. Dalam menganalisis kriteria investasi tersebut digunakan arus kas cash flow untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan dari pengusahaan krisan potong selama umur bisnis. Sebelum membuat arus kas cash flow terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap manfaat dan biaya. Analisis finansal dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario I merupakan pengusahaan krisan potong dengan sistem pembiayaan berasal dari modal pribadi sedangkan skenario II merupakan pengusahaan krisan potong dengan sistem pembiayaan berasal dari modal pinjaman Bank.

7.1. Analisis Biaya dan Manfaat