12 2
Tipe Anemone, mirip dengan tipe single namun bunga cakramnya membentuk bantalan.
3 Tipe Pompon, yaitu krisan dengan susunan rangkaian bunga pita yang pendek
dengan bunga cakram yang tidak nampak. 4
Tipe  Decorative,  yaitu  krisan  dengan  susunan  bunga  pita  dan  bunga  cakram yang  bertumpukan  dengan  bentuk  bundar.  Bunga  pita  terluar  biasanya  lebih
panjang. 5
Tipe Large Flower,  yaitu  bunga  berdiameter  lebih dari 10 cm dengan  bunga cakram yang tidak terlihat jelas.
Kriteria krisan potong yang diterima konsumen akhir adalah bunga dengan tingkat    kemekaran  sempurna,  berpenampilan  sehat  dan  segar,  serta  memiliki
tangkai yang tegar dan kekar agar bunga menjadi  tahan lama. Sehingga produsen petani  harus  memperhitungkan  jarak  dan  waktu  pengiriman  serta  risiko
kerusakan  bunga  dalam  proses  pengiriman  agar  bunga  dapat  tetap  memenuhi kriteria setelah sampai di tangan konsumen akhir.
Krisan potong memiliki penampilan yang menarik dan memiliki nilai jual yang  tinggi.  Daerah  sentra  produksi  krisan  antara  lain  adalah  Cipanas  Cianjur,
Cisarua  Bogor,  Sukabumi,  Lembang  Bandung,  Bandungan,  Malang,  dan Brastagi.
2.2. Sistem Agribisnis Krisan Potong
Sistem  agribisnis  bunga  potong  terdiri  dari  subsistem  yang  saling  terkait, saling  tergantung  dan  saling  mempengaruhi  satu  sama  lain  Bunasor,  1999.
Subsistem tersebut diantaranya:
2.2.1. Subsistem Pengadaan Input dan Penyaluran Sarana Produksi
Input  dan  sarana  produksi  budidaya  krisan  potong  meliputi  green  house, bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian, dan lain-lain. Bibit yang digunakan
adalah anakan dari induk tanaman krisan yang dapat dipanen maksimal enam kali. Lima  kali  panen  diantaranya  untuk  produksi  dan  satu  kali  panen  untuk  indukan
baru, yaitu dengan cara stek. Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, KCl, ZA dan KNO3. Sedangkan
obat-obatan  yang  digunakan  untuk  kegiatan  pemeliharaan  dan  perawatan  yaitu fungisida dan insektisida.
13
2.2.2. Subsistem Usahatani Budidaya
1 Pembibitan
Pada  umumnya  krisan  potong  diperbanyak  dengan  metode  stek  pucuk. Penyetekan merupakan proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman, dan dapat berkembang  menjadi  satu tanaman  lengkap apabila ditempatkan pada kondisi optimum Kofranek, 1992. Pembibitan dimulai dengan
memilih  induk  yang telah  berumur  minimal  satu  tahun,  sehat, berkualitas prima, memiliki  daya  tumbuh  tinggi,  bebas  dari  hama  dan  penyakit  dan  komersial  di
pasar. Kemudian tunas air yang muncul dari tanaman induk diambil sepanjang 2-8 cm. Lalu daun bagian atas dipotong, diambil pucuknya. Setelah itu ditanam pada
bak  berisi  pasir  atau  sekam  bakar  yang  diberi  alas  agar  air  tetap  tersedia. Temperature dijaga sekitar 17°C. jarak tanam rapat dan dijauhkan dari penyinaran
langsung dengan cara menutup bak tanam dengan kain blancu Sari, 2008. Berdasarkan Rukmana dan Mulyana 1997 pemeliharaan untuk bibit stek
pucuk dilakukan dengan penyiraman  menggunakan sprayer dua  hingga tiga kali sehari,  diberikan  penyinaran  dengan  lampu  untuk  pertumbuhan  vegetatif,  serta
penyemprotan pestisida apabila tanaman diserang hama atau penyakit. Selain  itu pada  sore  hari  dan  malam  hari,  khususnya  pada  beberapa  hari  sebelum  bibit
dipindahkan  ke  lapangan  sungkup  pesemaian  dibuka.  Sedangkan  pemeliharaan pada  kultur  jaringan  dilakukan  di  ruangan  aseptic.  Bibit  diadaptasikan  besar
secara bertahap ke lapangan terbuka setelah berukuran cukup besar. Setelah bibit stek pucuk berumur 10-14 hari, bibit  siap dipindahtanamkan
ke  kebun.  Sedangkan  bibit  dari  kultur  jaringan  siap  dipindahtanamkan  jika  telah memiliki  daun  berjumlahlima  hingga  tujuh  helai  dan  setinggi  7,5-10  cm
Rukmana dan Mulyana, 1997.
2 Pengolahan Media Tanam, Penanaman, dan Pemeliharaan
Sebelum  menanam  bibit  krisan,  perlu  dibuat  bedengan  sebagai  media tanam  dengan  lebar  100-120  cm,  tinggi  20-  30  cm,  panjang  disesuaikan  dengan
lahan,  dan  jarak  antara  bedengan  30-40  cm.  Setelah  itu  dilakukan  pengapuran untuk tanah  yang  mempunyai pH kurang dari 5,5. Pengapuran dilakukan dengan
menyebar kapur pertanian, seperti  perlu dolomit, kalsit atauzeagrosecara  merata
14 pada permukaan bedengan Rukmana dan Mulyana, 1997. Kemudian dianjutkan
dengan pembuatan lubang tanam. Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm dan  20 cm x  20  cm.  Pelubangan  dilakukan  dengan  cara  ditugal.  Penanaman  biasanya
disesuaikan  dengan  waktu  panen  yaitu  pada  hari-hari  besar.  Waktu  tanam  yang ideal adalah pagi atau sore hari.
Menurut Rukmana dan Mulyana 1997, tanah perlu dipupuk dengan ZA, TSP  dan  KCl  secara  merata  sebelum  ditanami  bibit.  Campuran  ketiga  pupuk
tersebut  disebut  pupuk  dasar,  dimaksudkan  untuk  mengembalikan  nutrisi  tanah yang hilang karena proses pembudidayaan sebelumnya. Selain diberi pupuk, tanah
juga  perlu  ditaburi  furadan  pada  tiap  lubang  tanam,  yaitu  6-10  butir  per  lubang. Furadan  3G  merupakan  fungisida  yang  dapat  mencegah  tumbuhnya  gulma  pada
media tanam. Penanaman dilakukan dengan mengurug akar bibit dengan tanah tipis agar
perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Kemudian bibit krisan  satu  per  satu  ditanam  pada  lubang  yang  telah  disiapkan  sedalam  satu
hingga  dua  sentimeter.  Kemudian  disiram  dengan  air  dan  dipasang  naungan sementara dari sungkup plastik transparan Rukmana dan Mulyana. 1997.
Setelah  penanaman  perlu  dilakukan  penyulaman,  penyiangan,  pengairan dan  pemupukan.  Menurut  Rukmana  dan  Mulyana  1997,  penyulaman  perlu
dilakukan  seawal  mungkin  yaitu  10-15  hari  setelah  tanam.  Untuk  menghindari serangan  gulma  dilakukan  penyiangan.  Waktu  penyiangan  dan  penggemburan
tanah  umumnya  2  minggu  setelah  tanam.  Penyiangan  dilakukan  dengan membersihkan rumput-rumput liar menggunakan cangkul atau kored dengan hati-
hati.Sedangkan pengairan dilakukan pada pagi atau sore hari  secara kontinu satu hingga  dua  kali  sehari,  tergantung  pada  cuaca  atau  media  tanam.  Pengairan
dilakukan  dengan  cara  mengabutkan  air  atau  sistem  irigasi  tetes  hingga  tanah basah.
Menurut  Soekartawi  1996,  pemupukan  dalam  budidaya  krisan merupakan  hal yang cukup penting karena krisan merupakan tanaman yang rakus
akan  nutrisi, terutama N dan K pada masa vegetatifnya. Konsentrasi pupuk krisan yang sering digunakan adalah 300-400 ppm mg per liter. Setelah tanaman mulai
berbunga, konsentrasi pupuk dapat dikurangi menjadi 100-125 ppm N.
15 3
Hama dan Penyakit Terdapat  beberapa  hama  dan    penyakit  yang  sering  ditemui  pada  krisan
potong.  Adapun  jenis-jenis  hama  yang  sering  meyerang  tanaman  ini  menurut Rukamana  dan  Mulyana  1997  diantaranya  adalah  ulat  tanah,  Thrips,  tungau
merah, penggerek daun. Pengendalian  hama  tersebut  dapat  dilakukan  dengan  perlakuan  fisik
menggunakan  cara-cara  tradisional,  seperti  memotong  atau  merompes  bagian tanaman  yang  terserang  maupun  secara  kimiawi  menggunakan  pestisida.  Begitu
pula dengan penyakit yang sering ditemui pada krisan potong dapat ditanggulangi dengan  cara  yang  sama.  Menurut  Rukmana  dan  Mulyana  1997,  jenis-jenis
penyakit  yang  sering  menyerang  tanaman  ini  antara  lain  adalah  karatRust, Tepung Oidium, virus kerdil dan Mozaik.
3 Panen
Krisan  potong  yang  siap  panen  adalah  yang  berumur  tiga  hingga  empat bulan  setelah  tanam.  Kriteria  krisan  potong  yang  telah  siap  panen  adalah  bunga
yang telah setengah mekar atau tiga hingga empat hari sebelum mekar penuh. Menurut  Rukmana  dan  Mulyana  1997,  panen  sebaiknya  dilakukan  pagi
hari,  saat  suhu  udara  tidak  terlalu  tinggi  dan  saat  krisan  potong  berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dipotong tangkainya
atau  dicabut  seluruh  tanaman.  Pemotongan  tangkai  bunga  dilakukan  sepanjang 60-80  sentimeter  dengan  menyisakan  tunggul  batang  setinggi  20-30
sentimeterdari permukaan tanah dengan menggunakan gunting steril. Untuk lahan produksi  seluas  satu  hektar  dengan  jarak  tanam  10  sentimeter  x  10
sentimeterdapat menghasilkan sekitar 800.000 tanaman.
2.2.3. Subsistem Pemasaran