Hasil Penelitian Terdahulu Analisis kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur

18

2.2.4. Subsistem pendukung

Subsistem agribisnis ini merupakan lembaga-lembaga yang mendukung dalam sistem agribisnis. Lembaga-lembaga yang mendukung agribisnis krisan potong diantaranya adalah pemerintah Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias, Dinas Pertanian Daerah, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanman Hias, Asosiasi Bunga Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara, Perbankan dan Koperasi.

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada hasil penelitian terdahulu peneliti mengambil tinjauan beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian. Karena penelitian ini menggunakan krisan potong sebagai objek dan analisis kelayakan sebagai topiknya, maka penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan komoditas krisan potong serta analisis kelayakan usaha pertanian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan beberapa kajian yang dapat digunakan untuk melengkapi penelitian ini dan untuk membandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, sehingga dapat menunjukkan adanya persamaan, keunggulan, maupun kelemahan pada penelitian. Salah satu penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pertanian adalah penelitian yang dilakukan oleh Sahruddin pada Tahun 2009. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Kasus Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji kelayakan aspek non finansial usaha budidaya jamur tiram putih aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis, menganalisis pengaruh peningkatan produksi jika modal berasal dari pinjaman, dan menganalisis pengaruh peningkatan harga input dan penurunan harga output terhadap kelayakan usaha secara finansial. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa aspek pasar jamur tiram putih di Perusahaan X layak untuk dilaksanakan, karena produk yang ditawarkan sesuai dengan permintaan pasar, harga yang ditawarkan dapat terjangkau oleh konsumen, kontinuitas produk dapat dijaga, saluran tataniaga yang tidak terlalu panjang, dan farmer’s share yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa aspek teknis dan aspek manajemen 19 yang dilakukan perusahaan layak dilaksanakan, karena memiliki sistem pengaturan dan manajemen yang baik dan sesuai. Aspek finansial pada penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif, yang menerapkan beberapa skenario. Skenario I dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dalam proses sterilisasi, skenario II dengan menggunakan gas alam sebagai bahan bakar dalam proses sterilisasi, dan skenario III dengan peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen. Berdasarkan analisis kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net BC Ratio, dan Payback Periode, diperoleh bahwa ketiga skenario yang digunakan layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen lebih peka terhadap peningkatan harga input dan penurunan harga output. Perusahaan X lebih baik menggunakan gas alam sebagai bahan bakar untuk proses sterilisasi dan meningkatkan produksinya sebesar 50 persen karena biaya lebih efisien dan dapat meningkatkan keuntungan. Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Tiara pada Tahun 2009. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kelayakan non finansial aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan, menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan 20 yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontribusi kepada negara berupa pajak, mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar usaha. Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net BC, IRR dan payback period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.46,24, Net BC1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga discount rate sebesar 9 persen. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional. Ada pula penelitian lain mengenai analisis kelayakan usaha dengan komoditas yang sama dengan kajian peneliti, yaitu krisan potong. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Afnita Widya Sari pada Tahun 2008. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi kelayakan usaha krisan potong Loka Farm dari aspek non finansial pasar, sosial, manajemen, dan teknis, menganalisis kelayakan finansial usaha bunga potong krisan Loka Farm, dan menganalisis sensitivitas usaha krisan potong apabila terjadi penurunan harga jual dan peningkatan biaya variabel. Dari analisis aspek pasar, sosial, manajemen dan teknis, disimpulkan bahwa usaha krisan potong Loka Farm layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan potensi pasar masih terbuka lebar. Dari segi bauran pemasaran, harga yang disepakati menguntungkan perusahaan 21 dan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen. Berdasarkan aspek teknis, lokasi kebun dan kondisi geografis telah memenuhi syarat tumbung krisan potong. Teknik budidaya sederhana yang selama ini dijalankan oleh perusahan dengan bantuan green house sere dapat menghasilkan krisan potong berkualitas baik. Selain itu input pun mudah diakses. Berdasarkan aspek manajemen, struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap pekerja di Loka Farm. Pekerja dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Berdasarkan aspek sosial, usaha krisan potong Loka Farm dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar. Untuk analisis finansial, Sari menggunakan dua skenario berdasarkan sumber modal. Skenario I adalah Loka Farm mendapatkan modal dari PUSKOP, sedangkan pada skenario II sumber modal diperoleh dari pinjaman Bank Jabar Syariah dengan umur bisnis empat tahun sesuai dengan umur teknis green house berbentuk sere sebagai aset terbesar dalam usaha ini. Nilai discount ratey ang digunakan pada penelitian ini untuk skenario I adalah sebesar bunga pinjaman dari PUSKOP yaitu 18, sedangkan untuk skenario II digunakan suku bunga pinjaman Bank Jabar Syariah tahun 2008 sebesar 24. Untuk analisis finansial dengan kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Internal Rate Return IRR, dan Pay Back Period PBP, untuk kedua skenario layak untuk diusahakan, namun skenario I lebih layak karena memiliki nilai NPV dan Net BC yang lebih besar. Sedangkan hasil analisis sensitivitas yang menggunakan switching value menyebutkan bahwa skenario II lebih sensitif terhadap kedua parameter, yaitu penurunan harga jual dan peningkatan biaya variabel. Disamping itu dapat dilihat bahwa parameter penurunan harga jual lebih sensitif dibandingkan parameter lain karena memiliki persentase lebih kecil. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha krisan potong juga dilakukan oleh Butaflika pada Tahun 2008. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di Kabupaten Lampung Barat”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji kelayakan aspek non finansial perencanaan program pengusahaan krisan pasar, sosial, manajemen, dan teknis, 22 menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis pengaruh penurunan penjualan dan penurunan volume produksi terhadap kelayakan usaha secara finansial. Dari analisis aspek pasar, sosial, manajemen dan teknis, disimpulkan bahwa perencanaan program pengusahaan krisan di Kabupaten Lampung Barat layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan masih terbukanya peluang pasar bagi krisan potong hasil budidaya Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan aspek teknis, lokasi usaha relatif memenuhi syarat pertumbuhan dan perkembangan krisan potong. Berdasarkan aspek sosial, program tersebut dapat memberikan manfaat bagi kelompok wanita tani pelaksana. Sementara dari aspek manajemen, pengelolaan usaha krisan potong yang akan dilaksanakan oleh kelompok tani akan didampingi oleh penyuluh. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah skenario I yaitu penanaman tanpa pembibitan dan skenario II penanaman dengan pembibitan. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 8 didasarkan pada bunga deposito per April 2008. Umur bisnis ini ditetapkan 5 tahun berdasarkan umur ekonomis green house sebagai aset penting dan terbesar dalam usaha ini. Adapun kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Internal Rate Return IRR, dan Pay Back Period PBP. Hasil analisis finansial Butaflika menunjukkan bahwa usaha krisan di Kabupaten Lampung Barat layak diusahakan baik untuk skenario I maupun II., Namun skenario II merupakan skenario paling menguntungkan karena dari seluruh kriteria menunjukkan nilai yang paling baik. Sedangkan skenario yang paling sensitif terhadap penurunan penjualan dan penurunan volume produksi adalah skenario I. Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti, terutama dalam pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan dalam topik penelitian studi kelayakan bisnis usaha krisan potong ini. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu juga menjadi bahan acuan untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahruddin 2009 dan Tiara 2009 terletak pada topik penelitian yakni analisis kelayakan 23 usaha komoditas pertanian dan alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Period PBP. Untuk analisis aspek non finansial, beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Sementara itu penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini mengkaji tentang kelayakan usaha komoditas krisan potong, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari 2008 dan Butaflika 2008. Itu artinya terdapat cukup banyak persamaan antara penelitian yang dilaksanakan dengan penelitian tersebut. Persamaan tersebut diantanya terletak pada aspek yang dikaji yakni aspek finansial dan aspek non dinansial, alat analisis yang digunakan yakni kriteria kelayakan investasi, dan objek penelitian atau komoditas yang dikaji. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu berbeda. Secara lengkap, rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 5. 24 Tabel 5. Rincian Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Topik Penelitian Lokasi dan Tahun Penelitian Alat Analisis Aspek Non Finansial yang Dikaji Komoditas 1. Sahruddin Analisis Kelayakan Usaha Desa Cibitung, Kecamatan Pamijahan, Bogor, 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial NPV, IRR, Net BC, dan PBP Aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis Jamur Tiram Putih 2. Tiara Analisis Kelayakan Usaha Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial NPV, IRR, Net BC, dan PBP Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan Srikaya Organk 3. Sari Analisis Kelayakan Usaha Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, 2008 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial NPV, IRR, Net BC, dan PBP Aspek pasar, aspek sosial, aspek manajemen, dan aspek teknis Krisan Potong 4. Butaflika Analisis Kelayakan Usaha Kabupaten Lampung Barat, 2008 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial NPV, IRR, Net BC, dan PBP Aspek pasar, aspek sosial, aspek manajemen, dan aspek teknis Krisan Potong III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis