Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan Pij
internasional sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan negara-negara yang melakukan perdagangan.
Teori permintaan ekspor menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu
barang akan semakin menurun. Dari hasil estimasi model diketahui bahwa koefisien dari variabel Px bernilai negatif sebesar -1,107208. Artinya, jika harga ekspor
kepiting meningkat sebesar satu persen akan menurunkan permintaan kepiting Indonesia sebesar 1,11 persen, ceteris paribus.
Variabel harga kepiting Indonesia di negara tujuan signifikan dan berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik t dengan taraf nyata sepuluh
persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap besar kecilnya volume ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan. Temuan
ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Hadi 2009 dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan komoditi pisang dan mangga.
Gambar 5. Perkembangan Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan Tahun 2001-
2010 Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa perkembangan harga kepiting
Indonesia di negara-negara tujuan ekspor cenderung mengalami fluktuasi dengan trend meningkat. Variabel harga kepiting Indonesia di negara tujuan memberikan
5 10
15 20
25
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Amerika Serikat
Singapura Malaysia
China Jepang
Belanda Korea Selatan
pengaruh yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut menjadi pertimbangan bagi negara pengimpor dalam menentukan volume kepiting yang akan
diimpor dari Indonesia. Jika harga kepiting Indonesia di negara tujuan tinggi, maka volume kepiting yang diperdagangkan ke negara tersebut akan semakin kecil.
Harga kepiting Indonesia ditentukan oleh situasi penawaran dan permintaan di pasar internasional. Harga menjadi murah pada saat persediaan besar dan mahal pada
saat persediaan rendah atau sedikit. Sesuai dengan hukum permintaan bahwa konsumen cenderung menginginkan harga yang relatif lebih murah. Kenaikan harga
kepiting Indonesia merupakan kenaikan harga impor bagi negara tujuan ekspor. Hal ini dapat menyebabkan berpalingnya negara pengimpor kepada produsen atau negara
lainnya yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau kepada produsen lain yang memiliki harga ekspor yang sama, namun dengan kualitas kepiting yang lebih baik.
Harga merupakan cerminan dari tingkat efisiensi suatu produk. Agar harga kepiting Indonesia tetap stabil tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Harga yang terbentuk dipengaruhi oleh biaya-biaya yang dibebankan pada suatu komoditi, seperti biaya produksi dan biaya pemasaran. Penekanan pada biaya
produksi dan biaya pemasaran diharapkan mampu menjaga harga kepiting untuk tetap stabil sehingga tidak akan berdampak pada penurunan volume ekspor kepiting
Indonesia.
Tabel 21.
Perkembangan Harga dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia pada Tahun 2001-2010
Negara Harga di Negara Tujuan USkg
Laju Harga tahun
Laju Volume
Ekspor tahun
Standar Deviasi
Mean Median
Max Min
Amerika Serikat
2,32 14,60
13,90 19,62
12,14 1,19
-0,12 Singapura
0,33 1,91
1,96 2,40
1,35 9,68
0,60 Malaysia
0,24 1,26
1,29 1,80
0,87 -33,98
0,47 RRC
1,52 1,55
1,44 5,30
0,23 6,98
0,72 Jepang
3,09 3,96
3,12 10,57
1,16 123,12
-2,68 Belanda
1,57 8,04
8,12 11,44
5,73 1,24
9,27 Korea
3,80 6,40
6,31 12,83
1,51 68,38
4,23 Sumber : www.uncomtrade.com diolah
Tabel 21 menunjukkan bahwa negara yang memiliki tingkat pertumbuhan harga kepiting terendah dari tahun 2001 sampai tahun 2010 adalah Malaysia dengan
penurunan harga sebesar 33,98 persen setiap tahunnya. Pada variabel ini juga dapat dijelaskan anjloknya rata-rata pertumbuhan ekspor kepiting ke negara Jepang. Seperti
terlihat pada Tabel 21, di antara ketujuh negara di atas, Jepang memiliki persentase pertumbuhan harga yang paling tinggi dan sangat signifikan yakni mencapai 123,12
persen sehingga tingkat permintaannya terhadap komoditas kepiting Indonesia pun berkurang secara drastis.