Teori keunggulan komparatif milik David Ricardo yang berdasarkan pada teori nilai tenaga kerja kemudian disempurnakan oleh Habeler dengan teori biaya
oportunitas. Teori nilai tenaga kerja ini dinilai terlalu menyederhanakan sebab teori ini beranggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen dan merupakan satu-
satunya faktor produksi. Padahal dalam kenyataannya, tenaga kerja sifatnya tidak homogen, faktor produksi juga tidak hanya satu, serta mobilitas tenaga kerja tidak
bebas. Teori biaya oportunitas oleh Habeler tidak mengasumsikan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi dan homogen. Keunggulan komparatif pada teori
ini diterangkan dengan jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi tambahan satu unit
komoditi pertama. Teori selanjutnya adalah teori modern Heckscher-Ohlin atau teori H-O. Teori
ini menyatakan bahwa Faktor yang melatarbelakangi terjadinya perdagangan internasional pada dasarnya adalah manfaat yang diperoleh karena perbedaan biaya
produksi. Perbedaan ini terjadi karena adanya endowment faktor faktor bawaan alam sehingga mendorong masing-masing negara menjadi spesialis dari proporsi
penggunaan faktor-faktor produksi dari hadiah alam tersebut. Heckser-Ohlin dalam teori yang melatarbelakangi terjadinya perdagangan internasional menyatakan bahwa
sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu
yang bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut Salvatore,
1997.
3.1.2 Analisis Keseimbangan Parsial
Analisis keseimbangan parsial adalah analisis yang menggunakan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk satu komoditas tertentu sedangkan analisis
keseimbangan umum merupakan analisis yang melibatkan dua atau lebih komoditas dan menggunakan kurva tawar-menawar offer curves untuk analisis dua komoditas.
Gambar 1. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore 1997
Gambar 1 menunjukkan proses terjadinya keseimbangan dalam perdagangan internasional. Pada kondisi autarki tidak ada pengaruh dari negara lain, kurva 1
menunjukkan keseimbangan negara I berada di titik A dengan harga keseimbangan tersebut sebesar P1 dan pada kurva negara II, titik keseimbangan terjadi di titik A’
dengan tingkat harga P3. kondisi ini terjadi dengan asumsi bahwa harga domestik di negara I lebih rendah dibanding dengan harga di negara II PA PA’. Pada kondisi
harga di atas PA, di negara I mengalami peningkatan penawaran dan berada di atas tingkat permintaan negara tersebut, sehingga menyebabkan kelebihan penawaran
suatu komoditas excess supply di negara I. Sementara, bila harga berada di bawah PA’ maka negara II akan mengalami kenaikan tingkat permintaan karena konsumen
akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif lebih rendah. Hal tersebut mengakibatkan permintaan melebihi tingkat penawaran excess demand di negara II.
3.1.3 Gravity Model
Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
ekonomi yang mempengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang dibentuk berdasarkan kinerja hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis
terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti transportasi dan
perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah sukses secara
empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar negara. Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-
masing negara GDP, populasi masing-masing negara, dan jarak antar negara Bergstrand, 1985.
Pertama kali gravity model digunakan dalam analisis perdagangan internasioanal oleh Tinbergen 1962 dan Ponyohen 1963 untuk menganalisis aliran
perdagangan antara negara-negara Eropa. Selanjutnya Bergstrand 1985 menerapkan persamaan gravitasi dari perkembangan model perdagangan dunia. Tidak hanya
digunakan untuk menganalisis perdagangan secara agregat, gravity model juga diterapkan terhadap aliran perdagangan suatu komoditas.
Gravity model menyajikan suatu analisis yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibandingkan model yang lebih teoritis. Model ini pada bentuk dasarnya, menjelaskan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi
antar negara dalam ukuran ekonominya seperti Produk Domestik Bruto GDP. Sesuai dengan perumusan Newton terhadap model gravitasi fisika yaitu ”interaksi
antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-
masing”.
Dengan F adalah volume ekspor, M adalah ukuran ekonomi untuk kedua negara, D adalah jarak antara kedua negara, dan G adalah konstanta. Dengan
menggunakan logaritma, persamaan di atas diubah ke dalam bentuk linier untuk analisis ekonometrik menjadi:
Log Aliran perdagangan bilateral = a + ß1 Log GDP negara 1 + ß2 Log GDP negara 2 + ß3 Log Jarak + e
Konstanta G menjadi bagian dari a Secara umum persamaan gravity model adalah sebagai berikut:
Log Xij = ß0 + ß1 log Yi + ß2 log Yj + ß3 log Dij + eij Keterangan :
Xij = Volume komoditi yang diperdagangkan dari negara i ke negara j
Yi = GDPPDB negara i
Yj = GDPPDB negara j
Dij = Jarak antara negara i dengan negara j
eij = Random error
β0 = Konstanta intersep
β0 = Parameter yang diduga, n = 1, 2 ,..., 5
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka variabel yang akan digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan
ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan ekspor adalah GDP per kapita negara asal ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor yang mewakili pendapatan dan
jumlah industri, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan, harga kepiting Indonesia di negara tujuan, dan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap
nilai tukar negara asal ekspor. Dengan demikian persamaan gravity model aliran perdagangan ekspor
kepiting Indonesia dapat dinyatakan sebagai berikut : X
ij
= β0Yi
β1
Yj
β2
Nj
β3
Pj
β4
Dij
β5
ERij
β6
εij Keterangan :
Xij = Volume ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan kg
GDPi = GDPPDB per kapita negara Indonesia US GDPj = GDPPDB per kapita negara tujuan ekspor US
Pj = Harga kepiting Indonesia di negara tujuan USkg
Dij = Jarak antara negara Indonesia dan negara tujuan km
ERij = Nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap nilai tukar negara asal ekspor domestikRp
εij = Random error
β0 = Konstanta intersep
βn = Parameter yang diduga, n = 1, 2 ,..., 6
Pada penerapannya dalam perdagangan antar negara, bentuk model ini disusun oleh tiga jenis variabel utama, yang terdapat pada setiap gravity model untuk
aliran perdagangan bilateral yaitu: 1. Variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor Yi dan Yj
2. Variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor Xij. 3. Variabel yang mewakili pendukung atau penghambat aliran perdagangan Dij dan
Pj. Berdasarkan hasil studi tinjauan terdahulu dari beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam gravity model aliran perdagangan kepiting Indonesia adalah Produk Domestik
Bruto GDP per kapita Indonesia, Produk Domestik Bruto GDP per kapita negara tujuan, harga komoditas kepiting di negara tujuan, jarak antara negara Indonesia
dengan negara tujuan ekspor, dan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap nilai tukar rupiah.
A. Produk Domestik Bruto PDB
Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product GDP sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian suatu negara. GDP menyatakan
pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa Mankiw, 2003. Gross Domestic Product GDP sebagai salah satu variabel utama
dalam analisis aliran perdagangan gravity model menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara.
GDP per kapita merupakan nilai total GDP yang telah dibagi dengan jumlah penduduk. Nilai GDP per kapita umumnya digunakan untuk menilai penghasilan dan
daya beli rata-rata dari penduduk di negara tersebut. GDP per kapita suatu negara juga mengindikasikan kapasitas rata-rata penduduk untuk memproduksi komoditi
ekspor negara tersebut. Oleh sebab itu, GDP per kapita negara produsen dan GDP per kapita negara tujuan ekspor akan mempengaruhi volume perdagangan. Bagi negara
pengimpor, peningkatan GDP dapat dilihat sebagai peningkatan daya beli rata-rata masyarakatnya. Semakin besar daya beli tentunya akan meningkatkan jumlah
permintaan di negara tersebut yang akan mendorongnya untuk melakukan impor.
Sedangkan bagi negara pengekspor, peningkatan GDP per kapita di negara tersebut justru akan mengurangi volume ekspornya. Seperti yang kita ketahui
sebekumnya, semakin meningkatnya GDP per kapita di suatu negara mengindikasikan adanya kenaikan daya beli masyarakatnya dan berimplikasi pada
meningkatnya permintaan di negara tersebut sehingga mengurangi volume komoditas yang akan diekspor.
B. Harga Komoditas
Harga komoditas merupakan salah satu faktor penentu bagi sebuah negara sebelum melakukan perdagangan. Harga merupakan refleksi dari keunggulan
komparatif yang dimiliki oleh kedua negara dan menjadi dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Semakin besar selisih
antara harga di pasar domestik dengan harga di pasar internasional akan mendorong negara pengekspor untuk melakukan ekspor. Sebaliknya bagi negara pengimpor,
harga komoditas memiliki korelasi negatif dengan jumlah komoditas yang akan diimpor olehnya. Semakin tinggi harga suatu komoditas maka akan semakin sedikit
pula permintaan komoditasnya dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu komoditas maka akan semakin banyak pula komoditas yang akan diminta.
C. Jarak antara Indonesia dengan Negara Tujuan
Variabel jarak merupakan salah satu variabel utama di dalam analisis aliran perdagangan gravity model yang merupakan variabel asli dari persamaan gravitasi
Newton. Variabel jarak merupakan indikasi adanya biaya transportasi di dalam melakukan suatu perdagangan. Jarak dari titik produksi ke titik konsumsi atau dari
negara pengekspor ke negara pengimpor cenderung sama atau konstan dari waktu ke waktu, namun yang membedakannya adalah biaya transportasi. Oleh sebab itu, dalam
penelitian kali ini, variabel jarak sebagai proksi dari biaya transportasi merupakan hasil dari pengalian jumlah jarak dengan harga minyak dunia pada tahun tersebut. Hal
ini bertujuan agar variabel jarak menjadi dinamis terhadap perubahan waktu. Adanya biaya transportasi akan dibebankan langsung kepada produk yang diperdagangkan
melalui kenaikan ataupun peningkatan harga pada negara importir. Semakin besar biaya transportasi yang dikeluarkan maka akan berdampak pada penurunan dalam
produksi yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan volume perdagangan.
D. Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan terhadap Rupiah
Nilai tukar perdagangan suatu negara merupakan rasio antara harga komoditi ekspor suatu negara terhadap harga komoditi impornya. Kurs exchange rate antara
dua negara adalah harga dimana kedua negara saling melakukan perdagangan. Kondisi penawaran dan permintaan pada keseimbangan parsial aliran perdagangan
juga turut mempengaruhi nilai tukar perdagangan dan volume perdagangan. Ketika permintaan dan penawaran pada keseimbangan parsial mengalami perubahan maka
kurva keseimbangan parsial akan mengalami pergeseran dan pergeseran kurva tersebut dapat merubah nilai tukar dan volume perdagangan negara bersangkutan.
Nilai tukar perdagangan mengacu pada nilai tukar perdagangan komoditi commodity term of trade. Peningkatan ataupun perbaikan nilai tukar perdagangan
yang dilakukan oleh negara bersangkutan akan menguntungkan bagi negara itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh harga yang diperoleh dari harga ekspornya akan lebih
tinggi dan meningkat secara relatif terhadap harga barang ataupun komoditi yang harus dibayarkan untuk mendapatkan produk atau komoditi impor. Nilai tukar juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan internasional. Tinggi rendahnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain akan
mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu negara. Dari sisi permintaan, kondisi dimana terapresiasinya mata uang domestik
negara tujuan ekspor terhadap mata uang negara asal ekspor mengakibatkan harga suatu komoditi di luar negeri atau di pasar internasional relatif lebih murah
dibandingkan harga komoditi domestik yang relatif lebih mahal. Sehingga hal ini membawa implikasi terdorongnya penduduk domestik untuk membeli produk impor.
Tentunya hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan volume impor dari negara tujuan ekspor. Sementara untuk sisi penawaran, kondisi dimana terdepresiasinya mata
uang domestik negara pengekspor, dalam hal ini Indonesia yaitu rupiah terhadap mata uang negara importir akan menyebabkan harga komoditi di pasar internasional
menjadi lebih murah dan mendorong terjadinya peningkatan jumlah penawaran ekspor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan nilai tukar depresiasi
menyebabkan terjadinya peningkatan ekspor sedangkan kenaikan nilai tukar apresiasi akan menyebabkan penurunan ekspor.
3.1.4 Model Regresi Panel Data
Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data time series, jumlah pengamatan yang diamati menjadi banyak sehingga model yang
menggunakan data ini menjadi lebih kompleks parameternya banyak. Oleh karena itu diperlukan suatu teknik khusus untuk mengatasi model yang menggunakan data
panel Nachrowi dan Usman, 2006. 1 Model Pooled Least Square
Menurut Nachrowi dan Usman 2006, teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model dengan data panel adalah Pooled Least Square.
Model ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel. Model pooled didapatkan dengan cara mengkombinasikan atau mengumpulkan
semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan metode OLS Ordinary Least Square. Misalkan terdapat persamaan seperti di bawah
ini : Yit
= α + βXit + εit Dimana :
Yit = variabel terikat
Xit = variabel bebas
α = intersep
β = slope
i = individu ke-i
t = periode waktu ke-t
ε = error
2 Model Efek Tetap Fixed Effect
Asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan
data panel merupakan masalah terbesar yang dihadapi dalam pendekatan model kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan pendekatan model
efek tetap fixed effect. Model fixed effect adalah model yang dapat digunakan dengan
mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk
memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy
ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS Ordinary Least Square
yaitu: Yit
= αi + βjXit + εit Dimana :
Yit = variabel terikat
Xit = variabel bebas
αi = intersep yang akan berbeda antar individu cross section i
βj = parameter untuk variabel ke-j
i = individu ke-i
t = periode waktu ke-t
ε = error
3 Model Efek Acak Random Effect Pada model efek tetap perbedaan antar individu dan atau waktu dicerminkan
pada intercept. Lain halnya dengan model efek acak, perbedaan tersebut dicerminkan dengan error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mempunyai
kemungkinan berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Bentuk model efek acak ini yaitu :
Yit = α1t + αi + βjXjit + εit
Dimana : Yit
= variabel terikat Xit
= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
α1t = α1 + εit , dengan nilai intersep yang akan beredar antar individu cross section i akibat random error εit antar individu tersebut
βj = parameter untuk variabel ke-j
i = individu ke-i
t = periode waktu ke-t
ε = error
3.1.5 Nilai Potensial Perdagangan