2005 12.645.717
84.849.089 2006
11543.145 81.737.430
2007 10.539.397
72.332.860 2008
8.676.013 91.139.446
2009 7.743.459
54.281.371 2010
9.346.589 78.048.881
Laju tahun 4.33
4.99 Sumber: United Nations Commodity Trade, 2012
Berdasarkan Tabel 14, perkembangan ekspor kepiting Indonesia selama periode tahun 2001-2010, mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, baik dalam hal
nilai maupun volume ekspornya. Pada tahun 2005, volume ekspor kepiting Indonesia adalah sebesar 12.645 ton dengan nilai sebesar US 84.849.089, kemudian terus
mengalami penurunan hingga tahun 2009 volume ekspornya hanya sebesar 7.743 ton dan nilai perdagangan terendah sebesar US 54.281.371. Hal ini tidak terlepas dari
adanya dampak dari krisis global yang bermula di Amerika Serikat dan Eropa sehingga menyebabkan kondisi perdagangan dunia menjadi tidak stabil dan
cenderung menurun.
5.8.1 Kasus Penolakan terhadap Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia
Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan utama Indonesia dalam mengekspor kepiting. Sebesar 60 komoditi kepiting yang diekspor Indonesia
dikirim ke Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan restoran seafood di Amerika Serikat menggunakan kepiting asal Indonesia KKP, 2011. Selain Amerika Serikat, negara
lainnya seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Belanda juga merupakan negara-negara yang selama 10 tahun terakhir menjadi pengimpor utama
produk kepiting Indonesia. Seperti usaha ekspor produk perikanan lainnya, ekspor kepiting Indonesia juga
tidak terlepas dari adanya risiko penolakan dari negara tujuan. Indonesia sebagai negara eksportir utama produk perikanan juga mengalami berbagai kasus penolakan.
Berdasarkan data yang dilansir oleh Uni Eropa melalui Rapid Alert System for Food and Feed
RASSF, sejak tahun 2003 sampai 2008, sering kali ditemukan kasus
detention penahanan terhadap produk perikanan yang diekspor ke uni eropa,
meskipun kecenderungannya mulai menurun.
Tabel 15. Jumlah Kasus Penolakan terhadap Produk Komoditas Perairan Indonesia
Negara 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
Uni Eropa 127
152 174
429 252
332 259
Jepang 181
246 29
Amerika Serikat 667
1.927 1.505
2.282 1.644
Kanada 170
121 125
174 459
445 404
Sumber: Ababouch 2006
Kecenderungan notifikasi yang menunjukkan peningkatan selama periode 2003-2005 mengakibatkan ditetapkannya CD 235 tahun 2006 yang mewajibkan
seluruh produk perikanan Indonesia yang masuk ke Uni Eropa harus diuji terlebih dahulu sehingga meningkatkan biaya ekspor. Terdapat 4 penyebab utama penolakan
produk perikanan Indonesia, yaitu penggunaan bahan kimia seperti antibiotic, nitrofuran
, maupun chloraphenicol melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kandungan mikrobiologi salmonella yang tinggi, histamin, serta kandungan logam
berat. Selain dari Uni Eropa, penolakan produk perikanan Indonesia juga dilakukan
oleh Amerika Serikat dan Jepang. Berbeda dengan jenis kasus penolakan dari Uni Eropa yang dominan disebabkan oleh kondisi bahan baku, maka di Amerika Serikat
penahanan produk oleh USFDA lebih disebabkan oleh kondisi pengolahan produk yang terkontaminasi secara fisik filthy. Amerika Serikat dengan sistem automatic
detention yang dikendalikan oleh USFDA membuka fakta bahwa sejak tahun 2003
sampai tahun 2008 ditemukan lebih dari 100 kasus penahanan setiap tahunnya, puncaknya pada tahun 2004 ditemukan sebanyak 442 kasus. Positifnya sejak tahun
2005 baik di Uni Eropa, Amerika Serikat, maupun Jepang terdapat kecenderungan kasus penolakan produk perikanan yang menurun.