kabupaten  diseluruh  Indonesia  guna  mengangkat  komoditas  perikanan  unggulan  di wilayah  tersebut.  Pengembangan  klaster  industri  perikanan  sebenarnya  sudah
diterapkan pula di negara lain seperti Jepang dan Vietnam yang menggunakan sistem satu  desa  satu  komoditas.  Beberapa  daerah  yang  mengembangkan  sistem  klaster
industri  kepiting  dan  rajungan  antara  lain  di  Medan  Sumatera  Utara,  Sambas Kalimantan  Barat,  Makassar  Sulawesi  Selatan,  Pemalang  Jawa  Tengah,  dan
Gresik Jawa Timur.
5.5 Perkembangan Produksi Kepiting Indonesia
Perkembangan  produksi  subsektor  perikanan  Indonesia  selama  ini  dapat dikatakan  dalam  kondisi  baik.  Permintaan  hasil  perikanan  Indonesia  tiap  tahunnya
meningkat  setelah  Indonesia  melakukan  pemasaran  ke  pasar  dunia.  Aneka  macam komoditi  hasil  laut  dikirim  ke  negara  lain  sesuai  kebutuhan  tiap  negara.  Konsumsi
akan  sumber  daya  laut  masyarakat  global  mengalami  peningkatan  disebabkan  oleh beberapa  faktor  yaitu:  Pertama,  meningkatnya  jumlah  penduduk  disertai  dengan
meningkatnya  pendapatan  masyarakat.  Kedua,  meningkatnya  apresiasi  terhadap makanan  sehat  healthy  good  sehingga  mendorong  konsumsi  daging  dari  pola  red
meat ke  white  meat.  Terakhir,  karena  berjangkitnya  penyakit  pada  hewan  yang
menjadi  sumber  protein  hewani  lainnya  selain  ikan  dan  sumberdaya  laut  sehingga sumber daya laut menjadi sumber alternatif terbaik.
Produksi  kepiting  dari  hasil  tangkap  laut  sejauh  ini  tersebar  di  provinsi Sumatera  Barat,  Sumatera  Utara,  Kepulauan  Bangka  Belitung,  Jawa  Timur,
Kalimantan  Selatan,  Kalimantan  Timur,  dan  Sulawesi  Tenggara.  Pada  Tabel  10 terlihat lokasi produksi  kepiting  tangkap di  Indonesia  yang dihasilkan tidak tersebar
secara merata dari seluruh provinsi yang ada. Hanya terdapat beberapa provinsi yang berpotensi  menghasilkan  komoditi  kepiting  tangkap  yaitu  provinsi  yang  memiliki
perairan dengan hutan mangrove.
Tabel 10.
Delapan  Provinsi  Berpotensi  Produksi  Kepiting  Hasil  Tangkap  di Indonesia Tahun 2008-2010
Nama Provinsi 2008
2009 2010
Laju tahun Jawa Timur
5.649 8.832
10.886 39,80
Bangka Belitung 6.363
6.209 7.547
9,56 Jawa Barat
8.666 4.077
6.718 5,91
Sulawesi Tenggara 6.483
6.658 6.410
-0,51 Kalimantan Timur
3.935 4.080
5.053 13,77
Sumatera Utara 4.309
4.564 4.809
5,64 Kalimantan Selatan
5.549 2.635
2.160 -35,27
Sumatera Barat 1.788
1.486 901
-28,13 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011
Produksi  kepiting  di  Indonesia  awalnya  lebih  dari  70  berasal  dari  hasil tangkap kekayaan laut, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah diberlakukan usaha
budidaya  kepiting  di  Indonesia.  Pada  tahun  1994  dan  1998,  terjadi  penurunan produksi  kepiting  karena  terdapat  beberapa  permasalahan  seperti  penurunan  hasil
tangkapan nelayan karena keadaan laut  yang tidak terurus serta adanya keterbatasan dalam  hal  teknologi  maupun  dalam  hal  pengelolaan  penangkapan.  Oleh  sebab  itu,
budidaya  tambak  kepiting  masih  merupakan  solusi  terbaik  untuk  permasalahan produksi  tersebut.  Usaha  untuk  menggalakan  budidaya  tambak  kepiting  ini
sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an, namun perluasan wilayah tangkap masih lebih  banyak  dipiih  oleh  para  pelaku  bisnis  ini  pada  masa  itu  karena  dinilai  relatif
lebih mudah, murah, dan cepat menghasilkan. Kendala yang dihadapi dalam usaha budidaya kepiting antara lain kurangnya
minat  para  investor  menanamkan  modal  karena  biaya  operasionalnya  yang  tinggi, risiko kerugian dianggap besar, serta ketersediaan teknologi yang belum mendukung.
Namun usaha budidaya ini sangatlah potensial dan menguntungkan mengingat terus menurunnya  kualitas  dan  jumlah  kepiting  hasil  tangkap.  Hal  ini  dibuktikan  dengan
semakin pesatnya pertumbuhan usaha budidaya tambak kepiting pada beberapa tahun terakhir  seperti  di  daerah  pantai  utara  Pantura  Pulau  Jawa,  Sulawesi  Selatan,  serta
Cilacap.
5.6 Negara Pesaing Indonesia dalam Ekspor Kepiting