diperlukan adanya suatu analisis dan kajian mengenai aliran perdagangan ekspor kepiting dari negara Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor yang tentu memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Melalui kajian ini, kita juga akan melihat nilai potensial perdagangan dengan negara-negara yang selama ini menjadi
importir komoditas kepiting Indonesia yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan strategi perdagangan yang lebih efisien.
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aliran perdagangan kepiting Indonesia dan faktor apa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan volume
ekspor ke negara-negara tujuan? 2. Bagaimana nilai potensial perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia di
masing-masing negara tujuan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kepiting Indonesia dan faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan
volume ekspor ke negara tujuan utama. 2. Mengetahui nilai potensial perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia di
masing-masing negara tujuan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi pengambil keputusan terutama pemerintah dan eksportir kepiting, dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan baik dalam
perencanaan maupun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekspor kepiting Indonesia.
2. Bagi pembaca yaitu sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis yaitu meningkatkan kemampuan menganalisis suatu permasalahan dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia. Jenis kepiting yang dianalisis adalah
kepiting segar dengan kode HS tahun 2007 Harmonized System 030624000. Dalam penelitian ini digunakan lima variabel bebas, yaitu GDP Indonesia, GDP negara
tujuan ekspor, jarak antara negara tujuan dengan Indonesia, kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap rupiah, dan harga kepiting Indonesia di negara tujuan. Gravity
model yang disusun merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi
panel data dari tahun 2001-2010 pada tujuh negara tujuan ekspor terbesar kepiting Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, RRC, Jepang, Belanda, dan
Korea.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empiris Mengenai Permintaan Ekspor Kepiting Indonesia
Beberapa penelitian mengenai ekspor kepiting sebelumnya sudah pernah dilaksanakan, salah satunya oleh Meistika 2009 tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor kepiting Indonesia di pasar internasional. Penelitian tersebut menggunakan teknik Principal Component Regression PCR
sebagai alat analisisnya. Teknik PCR dipilih karena teknik tersebut mampu menghilangkan multikolinearitas yang terjadi antara variabel-variabel bebas yang
digunakan. Variabel-variabel bebas yang digunakan pada penelitian tersebut adalah produksi kepiting Indonesia, nilai tukar RupiahUS, harga ekspor kepiting
Indonesia, GDP perkapita Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, harga ekspor kepiting Kanada, dan dummy krisis ekonomi. Hasil analisis yang diperoleh
menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor kepiting Indonesia dan mampu
menjelaskan sebesar 84,8 keragaman pada model tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian tersebut juga menunjukkan tingkt keelastisitasan permintaan ekspor
kepiting Indonesia terhadap variabel-variabel tersebut. Dalam hal elastisitas permintaannya, ekspor kepiting Indonesia hanya elastis terhadap perubahan
meningkat atau menurun dua variabel bebas saja yakni GDP perkapita dan jumlah penduduk Amerika Serikat. Permintaan ekspor kepiting Indonesia cenderung tidak
terlalu responsif inelastis terhadap perubahan pada variabel bebas lainnya yang terdapat di dalam model tersebut. Lubis dan Rahmawati 2010 melakukan studi
mengenai dampak China-ASEAN Free Trade Agreement CAFTA terhadap perdagangan di sektor perikanan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari
masa Early Harvest Program 2006 hingga tahun 2010 tidak terjadi adanya perubahan yang berarti pada struktur perdagangan perikanan antara Indonesia dengan
RRC, namun terjadi penurunan daya saing komoditas perikanan Indonesia terhadap produk dari RRC. Hal tersebut diakibatkan oleh lebih siapnya RRC dalam
menyongsong perdagangan bebas dengan meningkatkan kualitas dan efisiensi
produksinya melalui perbaikan infrastruktur, teknologi produksi, serta efisiensi tenaga kerja yang tinggi.
2.2 Kajian Empiris Mengenai Aliran Perdagangan