Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan Terhadap Rupiah ERij
mengakibatkan harga ekspor kepiting di pasar internasional menjadi relatif lebih murah, sehingga penduduk negara tujuan akan lebih banyak membeli kepiting dari
Indonesia. Variabel ini mempengaruhi besarnya volume ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan dengan nilai koefisien sebesar 0,970685. Nilai ini berarti bahwa
apabila terjadi pelemahan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan sebesar satu persen, maka akan menyebabkan peningkatan ekspor kepiting
Indonesia ke negara tujuan sebesar 0,97 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus
. Variabel nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah menjadi faktor penting yang sangat mempengaruhi besarnya ekspor kepiting Indonesia karena
variabel ini memiliki nilai P-value yang lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen, sehingga variabel nilai tukar negara tujuan ekspor kepiting terhadap rupiah tersebut
signifikan dan berbeda nyata dengan nol. Temuan ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Widianingsih 2009 dan Kartikasari 2008 masing masing mengenai
aliran perdagangan komoditi biji kakao dan anggrek. Besarnya koefisien variabel nilai tukar merupakan gambaran bahwa pengaruh
dari nilai tukar sebagai faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia sangat besar. Semakin menguatnya nilai tukar negara tujuan terhadap rupiah semakin besar
pula potensi negara tersebut dalam meningkatkan volume ekspor kepiting Indonesia. Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa mata uang negara-negara tujuan ekspor
kepiting Indonesia cenderung mengalami apresiasi terhadap rupiah.
Tabel 20.
Perkembangan Nilai Tukar dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia Tahun 2001-2010
Negara Nilai Tukar
Importer’s CurrencyRp Laju Nilai
Tukar tahun
Laju Volume
Ekspor tahun
Standar Deviasi
Mean Median
Max Min
Amerika Serikat
584,3 9.446,3
9.266,9 10.428,8
8.592,8 -0,14
-0,12 Singapura
738,5 5.957,8
5.811,5 7.162,7
4.932,6 0,20
0,60 Malaysia
235,4 2.625,8
2.618,4 2.964,6
2.262,7 0,07
0,47 RRC
152,0 1.231,7
1.195,9 1.528,8
1.039,3 0,02
0,72 Jepang
12,6 87,1
83,7 111,4
74,2 -0,54
-2,68 Belanda
1.929,8 11.581,6
11.814,1 14.486,9
8.820,8 0,33
9,27 Korea
0,9 8,4
8,1 9,9
7,2 0,03
4,23
Sumber : www.oanda.com, www.uncomtrade.com diolah
Tabel 20 menunjukan bahwa negara yang memiliki rata-rata apresiasi terhadap rupiah tertinggi selama tahun 2001 hingga tahun 2010 adalah Belanda yaitu
sebesar 0,33 persen dengan persentase pertumbuhan volume ekspornya yang juga tertinggi di antara yang lainnya yakni mencapai 9,27 per tahun. Penurunan
pertumbuhan volume ekspor Amerika Serikat juga dapat dijelaskan pada variabel ini. Depresiasi nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah menjadikan nilai riil
komoditas kepiting Indonesia lebih tinggi di Amerika Serikat sehingga mengurangi pertumbuhan jumlah impor di negara tersebut. Tanda positif pada variabel nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara tujuan, mengindikasikan bahwa negara dengan nilai tukar mata uang terhadap rupiah yang tinggi memiliki volume ekspor yang lebih
besar dibandingkan dengan negara-negara yang nilai tukar terhadap rupiahnya lebih rendah.