terhadap sumberdaya alam DAS, 2 masing-masing instansi memiliki agenda sektoral, 3 adanya otonomi daerah yang menyebabkan pengelolaan bersifat
administratif, 4 tumpang tindihnya aturan yang membuat konflik kewenangan dan kepentingan antara pemegang kebijakan.
Sumberdaya alam DAS yang bersifat public goods memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Kondisi tersebut dapat dilihat dari peraturan
yang hanya bersifat administratif. Berdasarkan UU No.22 tahun 1999 tentang kewenangan pengelolaan sumberdaya alam termasuk DAS, menyatakan bahwa
kewenangan ada di pemerintah KabupatenKota. Implikasinya berdampak pada pengelolaan sumberdaya alam DAS Limboto yang berada pada dua wilayah
kebijakan yaitu Kabupaten Gorontalo dan Propinsi Gorontalo. Sebaliknya dengan UU No.7 tahun 2004, menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya air dilakukan
melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan antar sektor, wilayah dan stakeholder belum dipahami secara efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengelolaan sumberdaya alam DAS yang sinergis diantara seluruh stakeholders yaitu pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Kondisi aktual sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto pada saat ini sudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut antara
lain kualitas air sungai yang rendah, terjadinya pendangkalan di bagian hulu dan hilir, berkurangnya luas hutan akibat konversi lahan dan illegal logging.
Hal ini disebabkan karena kesalahan kebijakan pemerintah, pertumbuhan penduduk dan bencana alam.
2. Nilai guna langsung direct use value sumberdaya alam Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.898.893.740.803,01, terdiri dari nilai pertanian sebesar
Rp.786.348.872.153,01, nilai perikanan sebesar Rp.53.746.826.400,00, nilai produk kehutanan sebesar Rp.49.877.154.750,00, nilai industri sebesar
Rp.8.017.500.000,00 dan nilai ekowisata sebesar Rp.903.387.500,00. 3. Nilai guna tak langsung indirect use value sumberdaya alam Sub DAS
Biyonga yaitu sebesar Rp.118.541.872.369,80, terdiri dari nilai air sebesar Rp.7.419.592.369,80 dan nilai karbon sebesar Rp.111.122.280.000,00.
4. Nilai keberadaan existence value sumberdaya alam Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.61.284.600.000,00, nilai warisan bequest value sumberdaya alam
Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.39.456.900.000,00 dan nilai pilihan option value sumberdaya alam Sub DAS Biyonga yaitu sebesar
Rp.4.071.960.000,00. 5. Nilai ekonomi total total economic value yang dihasilkan di Sub DAS
Biyonga dalam
kawasan DAS
Limboto yaitu
sebesar Rp.1.122.249.073.172,81.
8.2 Saran
1. Pengelolaan sumberdaya alam di wilayah Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto harus dilakukan secara bijaksana. Berdasarkan hasil
pengamatan yang ditemukan dilapangan bahwa koordinasi kebijakan mengenai pengelolaan secara terpadu dan komprehensif di wilayah Sub DAS
Biyonga masih kurang bersinergi antara pemerintah propinsi, pemerintah