menjadi cukup tinggi dan inilah yang menjadi salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah Sub DAS Biyonga.
Jenis komoditi pertanian lainnya yaitu kelapa, kemiri dan cengkeh merupakan jenis tanaman perkebunan yang paling sering diusahakan di wilayah
Sub DAS Biyonga. Jika dilihat dari usia tanaman perkebunan yang ada wilayah Sub DAS Biyonga, maka dapat diketahui bahwa rata-rata usia tanaman
perkebunan yang ada berusia lebih dari 60 tahun. Hal ini menandakan bahwa keberadaan masyarakat yang menetap di wilayah Sub DAS Biyonga sudah cukup
lama. Bahkan sebelum ada penetapan status mengenai kawasan hutan lindung di daerah hulu Sub DAS Biyonga oleh pemerintah, masyarakat sudah banyak yang
memanfaatkan hutan lindung menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Hal inilah yang juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan yang ada
di wilayah Sub DAS Biyonga.
6.2 Perikanan
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor penting dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Gorontalo. Potensi pemanfaatan lahan budidaya
perikanan air tawar di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2010 yaitu sebesar 126 hektar. Lahan budidaya perikanan yang dimanfaatkan yaitu sebesar 36 hektar,
sedangkan yang belum termanfaatkan yaitu sebesar 90 hektar. Di wilayah Sub DAS Biyonga, potensi pemanfaatan lahan budidaya perikanan air tawar yaitu
sebesar 22 hektar, lahan budidaya perikanan yang dimanfaatkan yaitu sebesar 3,5 hektar, sedangkan yang belum termanfaatkan yaitu sebesar 18,5 hektar.
Salah satu peran penting dari sektor perikanan yaitu dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan petambak. Produksi sektor perikanan di Kabupaten
Gorontalo masih didominasi oleh perikanan laut dari hasil tangkapan di perairan pantai dan laut. Kabupaten Gorontalo memiliki potensi perikanan perairan umum
berupa Danau Limboto. Danau Limboto merupakan bagian hilir dari wilayah Sub DAS Biyonga yang memiliki luasan sekitar 2.400 hektar. Adapun potensi besar
yang perlu dikembangkan di wilayah periaran Danau Limboto adalah potensi perikanan budidaya.
Berdasarkan hasil identifikasi lapang yang dilakukan, perikanan budidaya yang terdapat di hilir Sub DAS Biyonga secara umum menggunakan karamba
jaring apung KJA. Sebagian besar nelayan yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga menggunakan KJA walaupun modal yang dikeluarkan cukup besar. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah petak KJA yang ada di wilayah tersebut. Adapun jumlah total keseluruhan dari petak KJA yang ada, yaitu sebanyak 7.848 petak
satu petak KJA berukuran 60 meter kubik. Selain jenis perikanan budidaya yang ada di Sub DAS Biyonga, ada juga
jenis perikanan tangkap tradisional yang disebut bibilo. Bibilo adalah satu alat tangkap tradisional yang sering digunakan oleh nelayan di wilayah Sub DAS
Biyonga. Bibilo merupakan sejenis rumpon yang digunakan di Danau Limboto. Alat tangkap ini dibuat dari jenis rumput yang hidup di tepi Danau Limboto.
Bibilo dapat diperoleh dengan terlebih dahulu membuat petak rumput yang hidup di tepi Danau Limboto seperti enceng gondok, mumbupuluto, tolowe, huhulongo,
hata dan langgango buliya, dengan ukuran 800-1.600 meter dan memiliki ketebalan 10-20 cm diambil dengan tanah. Setelah petakan ini selesai dibuat,
kemudian akan ditarik ke danau dengan menggunakan perahu sesuai dengan lokasi yang diinginkan. Jenis alat tangkap tradisional bibilo dapat dilihat pada
Gambar 11.
Gambar 11. Alat Tangkap Perikanan Tradisonal Bibilo
Berdasarkan identifikasi lapang yang dilakukan, jenis perikanan tangkap tradisional bibilo dapat memudahkan nelayan untuk menangkap ikan. Namun
disisi lain menimbuklan dampak negatif, yaitu menyebabkan sebagian besar lokasi di Danau Limboto yang merupakan daerah hilir dari Sub DAS Biyonga,
menjadi kapling-kapling milik pribadi atau kelompok. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik horizontal diantara sesama nelayan, menyebabkan
penyempitan dan pendangkalan danau, serta terjadinya penurunan kualitas sumberdaya air di kawasan DAS Limboto.
Jenis perikanan lainnya yang sering diusahakan oleh nelayan di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu jenis perikanan tangkap biasa pancing. Jenis perikanan
ini juga paling sering diusahakan oleh nelayan karena cukup murah dan tidak merusak lingkungan. Namun dari sisi ekonomi perikanan tangkap ini kurang
menguntungkan karena tergantung kepada jumlah ikan yang dipancing dan kondisi cuaca serta lingkungan yang ada. Hasil pancing yang didapatkan nelayan
akan melimpah ketika musim hujan tiba, namun setelah itu hasilnya akan menjadi berkurang karena pendangkalan Danau Limboto akibat kekeringan.
Perairan Danau Limboto juga memiliki beranekaragam jenis ikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat 12 jenis
ikan yang hidup di perairan Danau Limboto, serta empat jenis diantaranya merupakan jenis ikan khas endemik yang hanya terdapat di perairan Danau
Limboto. Adapun jenis-jenis ikan yang terdapat di perairan Danau Limboto dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis-Jenis Ikan di Perairan Danau Limboto
Jenis-Jenis Ikan Keterangan
Nama Latin Nama Lokal
Uphiocara poroceplrala Payangga
Endemik Uphiocara sp
– Endemik
Glossogobius giurus Manggabai
Endemik Anguilla sp
Belut Endemik
Pertunnus sp Kepiting air tawar
Hasil Introduksi Channa striata
Gabus Hasil Introduksi
Trichogaster pectoralis Mujair
Hasil Introduksi Oreochromis mossambicus
Sepat Siam Hasil Introduksi
Osteochilus hasselti Nilem
Hasil Introduksi Cyprinus carpio
Mas Hasil Introduksi
Puntius gonionotus Tawes
Hasil Introduksi Oreochromis niloticus
Nila Hasil Introduksi
Sumber : Sarnita 1994 dalam Master Plan Penyelamatan Danau Limboto, 2008.