Valuasi Ekonomi DAS Penelitian Terdahulu yang Relevan

air Danau Limboto dimana sistem pengelolaan lingkungan perairan Danau Limboto merupakan satu sub-sistem didalamnya.  Untuk memelihara azas keberlanjutan pengelolaan lingkungan perairan Danau Limboto sebaiknya dilakukan secara partisipatif seperti telah diamantkan dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.  Perlu dilakukan upaya pemulihan kerusakan lingkungan perairan Danau Limboto, khususnya masalah pendangkalan dan penyusutan luas genangan air danau berdampak luas terhadap ekosistem perairan danau secara keseluruhan.  Untuk optimasi pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya perairan Danau Limboto juga perlu dikembangkan teknik-teknik manipulasi lingkungan yang dapat secara langsung diaplikasikan di lingkungan perairan danau tersebut.  Pengembangan sistem informasi serta kegiatan monitoring dan evaluasi lingkungan perairan Danau Limboto perlu dilakukan sebagai landasan penting dari upaya pengelolaan perairan danau secara berkelanjutan.  Pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi diatas harus didasarkan pada azas prioritas dan kepentingan yang disusun dalam suatu kerangka pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang kawasan perairan Danau Limboto beserta kawasan daerah tangkapan air secara terpadu.

2.4.2 Valuasi Ekonomi DAS

Berikut adalah hasil penelitian terdahulu tentang valuasi ekonomi DAS yang menjadi salah satu bahan rujukan dalam penelitian ini: 1. Laporan Studi PES untuk mengembangkan skema PES di DAS Deli, Sumatra Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah USAID, 2007. Adapun hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:  Pelaksanaan PES di Indonesia secara keseluruhan masih dalam tahap awal dan masih menunjukkan adanya keberagaman, hal ini sangat dimungkinkan karena skema PES sendiri dikembangkan dengan dasar sukarela voluntary basis .  Beberapa indikasi yang dapat digunakan sebagai landasan strategi dan kebijakan yang diperlukan, antara lain: a air sebagai komoditas utama yang ditransaksikan pada umumnya dianggap penting oleh pembeli jasa karena diketahui telah mengalami kelangkaan atau diantisipasi akan terjadi kelangkaan dikemudian hari, b pihak penyedia pada umumnya individu dan kelompok tani yang mempunyai hutan tanaman dengan lokasi yang diindikasikan mempunyai pengaruh terhadap kerusakan sumber air, c mekanisme penetapan harga jasa lingkungan dalam hal ini untuk setiap meter kubik air yang tersedia pada umumnya belum diketahui, d pembeli jasa lingkungan khususnya air dari kasus-kasus yang dipelajari meliputi swasta, PDAM, PLTA dan Pemerintah Kota sedangkan penyedia jasa yaitu petani yang melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, e dalam pembelajaran ini tidak ditemukan adanya lembaga khusus yang menggerakkan berkembangnya skema PES, melainkan sangat tergantung pada berbagai proses atau inisiatif yang sebelumnya telah dilakukan, f LSM maupun pemerintah daerah sama-sama mempunyai peran dalam kasus-kasus yang diamati, peran perguruan tinggi yang membantu menyusun skema kerjasama maupun landasan akademis pelaksanaan PES juga menentukan bergeraknya inisiatif ini, g adanya individu yang mempunyai wawasan serta kewenangan dan kemauan yang bekerja di pemerintah daerah menjadi penentu yang tidak dapat diabaikan, namun kondisi demikian ini sekaligus menjadi kelemahan manakala individu-individu tersebut kemudian dipindahkan lokasi bekerjanya. 2. Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten Merryna, 2009. Adapun hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:  Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden 63. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jarak rumah ke sumber air dan jumlah kebutuhan air.  Nilai rataan WTP responden adalah Rp.101KKliter, untuk setiap kepala keluarga KK yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp.83.835liter.  Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga.  Pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah 142.157 literhari atau sebanyak 51.887.305 litertahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 hektar lahan yang ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.  Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah Rp.5.240.617.805tahun lebih besar dibandingkan dengan biaya pemulihan sebesar Rp.544.758.500. Jika nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab lebih besar dari pada biaya pemulihannya maka hal ini dapat mengurangi tingkat degradasi terhadap mata air Cirahab. Matriks hasil penelitian terdahulu tentang DAS Limboto dan Sub DAS Biyonga serta valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3. Adapun yang membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu mengenai DAS Limboto dan Sub DAS Biyonga hanya merupakan kajian ekologis, biofisik maupun kelembagaan masyarakat DAS. Penelitian mengenai valuasi ekonomi DAS Limboto dan Sub DAS Biyonga sama sekali belum pernah dilakukan. Sementara pada penelitian ini, akan dilakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam yang ada di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto, sehingga nilai ekonomi total sumberdaya alam dapat diketahui.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan sustainability development yaitu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, pemerataan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan kualitas lingkungan dengan melibatkan semua pihak terkait stakeholders. Adapun bentuk pengelolaan yang dikembangkan yaitu dengan menjaga kelestarian hutan di daerah hulu agar sumberdaya alam tetap lestari. Ketersediaan sumberdaya alam sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat sekitar DAS, misalnya untuk pertanian, perikanan, industri dan air domestik untuk konsumsi rumah tangga. Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto merupakan salah satu Sub DAS yang sangat penting dan strategis bagi masyarakat Gorontalo, karena memiliki kemampuan untuk menyediakan stock air sepanjang tahun yang bermuara sampai ke Danau Limboto. Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait saat ini masih belum terkoordinasi dengan baik. Sementara itu, untuk pemanfaatan Sub DAS Biyonga yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sangat berlebihan dan tidak terkendali, sehingga menimbulkan dampak kerusakan sumberdaya alam seperti erosi, sedimentasi, banjir dan tanah longsor. Selain itu juga, selama ini masyarakat sekitar dan pemerintah daerah tidak mengetahui secara pasti berapa besarnya nilai ekonomi sumberdaya alam yang berada di Sub DAS Biyonga. Oleh karena itu, maka valuasi ekonomi sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga sangat penting untuk dilakukan. Untuk mengetahui bagaimana kerangka pemikiran dari penelitian “valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto di Kabupaten Gorontalo ”, dapat dilihat pada Gambar 2. Pada awal penelitian ini, dilakukan identifikasi sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga. Proses identifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual yang terjadi di Sub DAS Biyonga. Dalam melakukan identifikasi sumberdaya alam, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi terhadap kondisi populasi di Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto. Selanjutnya, didalam penelitian ini dilakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dilakukan untuk mengetahui berapa besar nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri, kemudian juga nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata, serta nilai air dan nilai karbon. Nilai guna langsung yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri serta nilai ekowisata. Nilai guna tak langsung yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai air dan nilai karbon. Nilai non-guna yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai keberadaan, nilai warisan dan nilai pilihan. Nilai pilihan yang divaluasi dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan pilihan konservasi sumberdaya alam di wilayah Sub DAS Biyonga. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi perhitungan ganda double counting maka nilai pilihan didalam penelitian ini dimasukkan kedalam perhitungan nilai non-guna. Metode analisis yang digunakan dalam melakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam yaitu productivity method nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri, contingent valuation method dan persamaan regresi linear berganda nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata, water residual value nilai air dan benefit transfer nilai karbon. Pada akhirnya, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menjumlahkan nilai ekonomi total total economic value sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto. Metode analisis yang digunakan dalam menjumlahkan nilai ekonomi total sumberdaya alam yaitu total economic value. Setelah mendapatkan nilai ekonomi total sumberdaya alam Sub DAS Biyonga, maka nilai tersebut didiskon faktorkan 5, 10 dan 15 dengan menggunakan analisis net present value NPV untuk memperkirakan nilai sumberdaya alam Sub DAS Biyonga pada masa yang akan datang 15, 25 dan 50 tahun yang akan datang. Hasil penelitian ini kemudian akan menjadi rekomendasi kepada pemerintah daerah maupun pusat sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam melakukan konservasi, pengelolaan dan pengawasan di Sub DAS Biyonga pada khususnya serta kawasan DAS Limboto pada umumnya.