Secara sederhana rumus umum yang digunakan pada productivity method adalah sebagai berikut:
Nilai Produktivitas SDA = ∑ Produksiha x P – Biaya Input
Keterangan: Nilai Produktivitas SDA
: Nilai produktivitas dari sumberdaya alam ∑ Produksi
: Jumlah produksi dari komoditas hektar P
: Harga komoditas RpKg Biaya Input
: Biaya non-sumberdaya alam Untuk mendapatkan nilai dari semua komoditi sumberdaya alam yang tersedia
yaitu dengan menjumlahkan semua hasil perkalian antara masing-masing komoditi yaitu pertanian, perikanan, kehutanan dan industri dengan harga pasar
komoditi yang bersangkutan dan dikurangi dengan biaya input. Dengan menggunakan nilai atau satuan moneter sebagai perantara, maka dalam satu
satuan akan didapatkan keseluruhan jumlah dari sumberdaya alam. Dimana secara teori tidak dapat dengan mudah untuk menjumlahkan antara komoditi-komoditi
tersebut, misalnya antara sumberdaya dari pertanian, kehutanan dan perikanan antara satuan volume dengan satuan berat. Perumusan pada productivity method
dengan mudah dapat memecahkan permasalahan tersebut.
4.5.3. Contingent Valuation Method CVM
Contingent valuation method CVM merupakan perkiraan nilai ekonomi
untuk hampir semua ekosistem atau jasa lingkungan. Metode CVM paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai non-guna non-use value atau nilai guna
pasif passive use value. Langsung meminta kepada individu masyarakat dan menyatakan kesediaan mereka untuk membayar jasa lingkungan yang spesifik
berdasarkan skenario hipotetik. Keuntungan dari CVM yaitu sangat fleksibel karena dapat digunakan
untuk memperkirakan semua nilai ekonomi. Namun, yang terbaik adalah dapat memperkirakan nilai untuk barang dan jasa yang mudah diidentifikasi dan
dipahami oleh pengguna dan yang dikonsumsi dalam unit diskrit misalnya, pengguna hari rekreasi, bahkan jika tidak ada perilaku yang dapat diamati yang
tersedia untuk menyimpulkan nilai-nilai lain yang berarti. CVM adalah metode
yang paling banyak diterima untuk mengestimasi nilai ekonomi total total economic value
, termasuk semua jenis nilai non-guna non-use value atau nilai guna pasif passive use value. CVM juga dapat memperkirakan nilai guna use
value , serta nilai keberadaan existence value, nilai pilihan option value dan
nilai warisan bequest value. Meskipun teknik ini memerlukan analisis survei yang kompeten untuk mencapai perkiraan dipertahankan, sifat studi CVM dan
hasil penelitian CVM tidak sulit untuk menganalisis dan menjelaskan permasalahan. Nilai uang dapat disajikan dalam kaitannya dengan nilai rata-rata
untuk parametrik atau median untuk non-parametrik per kapita atau per rumah tangga, atau sebagai nilai bersama bagi penduduk yang terkena dampak. CVM
telah banyak digunakan, serta banyak penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan metodologi, membuat hasil yang lebih valid dan dapat diandalkan.
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan willingness to pay
WTP dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi: 1. Membentuk Pasar Hipotetik
Dalam hal ini pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas wilayah DAS yang berbeda dengan kondisi saat ini. Responden
sebelumnya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap jasa lingkungan, faktor resiko serta kualitas DAS. Untuk membentuk
pasar hipotetik, terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi DAS saat ini, dimana masih
terdapat aktivitas-aktivitas yang menyebabkan degradasi. Dijelaskan juga bahwa kondisi ini terjadi karena kemampuan pembiayaan konservasi oleh
pemerintah terbatas bahkan cenderung menurun. Responden diminta untuk membaca atau mendengar pernyataan tentang kualitas DAS yang baik.
Selanjutnya, pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut:
“Jika masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga yang selama ini kehidupannya bergantung kepada kualitas Sub DAS Biyonga, menginginkan
adanya suatu upaya konservasi yaitu pelestarian, pengelolaan dan pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas sumberdaya alam dan lingkungan tetap terjaga. Suatu
saat nanti apabila kualitas sumberdaya alam dan lingkungan menurun dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah
lingkungan dan keterbatasan dana pelestarian dari pemerintah. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumberdaya alam dan