Kehutanan IDENTIFIKASI SUMBERDAYA ALAM SUB DAS BIYONGA

use , Sub DAS Biyonga didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan, sehingga mengakibatkan setiap tahunnya terjadi alih fungsi lahan kehutanan menjadi lahan pertanian dan perkebunan serta pemukiman penduduk. Tabel 10. Luas Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi di Wilayah Sub DAS Biyonga Nama Kelurahan Hutan Lindung Ha Hutan Produksi Ha Biyonga - 2.754 Malahu 113 - Bongohulawa - - Kayu Merah - - Hunggaluwa - - Kayu Bulan - - Total 113 2.754 Sumber: BP DAS Bone Bolango, 2011 Diolah Praktek-praktek illegal logging yang ada di daerah hulu Sub DAS Biyonga juga menjadi penyebab terjadinya kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Biyonga. Setiap tahunnya terdapat puluhan kasus illegal logging di wilayah Sub DAS Biyonga. Illegal logging tersebut terjadi akibat lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terkait, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah polisi hutan yang mengawasi daerah hulu Sub DAS Biyonga hanya berjumlah enam orang, sedangkan luas kawasan hutan yang menjadi wilayah kerjanya mencapai lebih dari 10.000 hektar. Kerusakan hutan tersebut dapat dicegah dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan, pemanfaatan jenis produk kehutanan itu sendiri tanpa merusak lingkungan yang ada di Sub DAS Biyonga dan menggalakkan gerakan rehabilitasi lahan dan hutan. Namun yang harus diperkuat adalah pengawasan hutan tersebut oleh pihak terkait dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo untuk memperbanyak personil polisi hutan di wilayah tersebut.

6.4 Industri

Pada umumnya industri yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga merupakan industri kecil home industry. Industri kecil tersebut masih berskala lokal dan jumlahnya sangat sedikit. Jenis industri kecil yang terdapat di wilayah Sub DAS Biyonga antara lain industri pembuatan minyak kelapa, gula merah, tempe dan tahu. Jumlah unit usaha industri kecil di wilayah Sub DAS Biyonga dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Unit Usaha Industri Kecil di Wilayah Sub DAS Biyonga Nama Kelurahan Jumlah Unit Usaha Minyak Kelapa Gula Merah Tempe Tahu Biyonga 30 1 - - Malahu - 48 - - Bongohulawa 2 - - - Kayu Merah - - - - Hunggaluwa - - 3 3 Kayu Bulan - - 2 2 Total 32 49 5 5 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo Diolah, 2010. Industri pembuatan minyak kelapa di wilayah Sub DAS Biyonga hanya terdapat di Kelurahan Biyonga dan Kelurahan Bongohulawa. Di Kelurahan Biyonga terdapat 30 industri kecil pembuatan minyak kelapa. Banyaknya industri kecil pembuatan minyak kelapa tersebut, karena wilayah Kelurahan Biyonga merupakan daerah penghasil komoditas kelapa terbesar dengan potensi luas lahan perkebunan sekitar 687,56 hektar. Industri pembuatan gula merah di wilayah Sub DAS Biyonga hanya terdapat di Kelurahan Malahu dan Kelurahan Biyonga. Di Kelurahan Malahu terdapat 48 industri kecil pembuatan gula merah. Banyaknya industri kecil tersebut karena wilayah kelurahan Malahu merupakan daerah penghasil komoditas aren terbesar dengan potensi luas lahan perkebunan sekitar 714,17 hektar. Industri pembuatan tempe dan tahu di wilayah Sub DAS Biyonga hanya terdapat di Kelurahan Hunggaluwa dan Kelurahan Kayu Bulan. Di Kelurahan Hunggaluwa terdapat tiga industri kecil pembuatan tempe dan tahu, sedangkan di Kelurahan Kayu Bulan hanya terdapat dua industri kecil pembuatan tempe dan tahu. Sedikitnya jumlah industri tempe dan tahu disebabkan karena wilayah Sub DAS Biyonga bukan merupakan sentra penghasil komoditas kedelai. Sangat jarang sekali petani yang menanam tanaman kedelai dilahannya. Pada umumnya kedelai yang masuk ke wilayah Kabupaten Gorontalo bukan merupakan kedelai lokal, melainkan kedelai yang didatangkan dari daerah-daerah sekitarnya maupun dari Pulau jawa. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, diketahui bahwa jumlah industri kecil yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga tergolong sedikit dan kurang berkembang. Sedikitnya jumlah industri kecil yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga disebabkan karena sebagian besar penduduk yang ada di wilayah tersebut lebih memilih untuk berprofesi sebagai petani. Walaupun hasil pertanian yang ada cukup melimpah, namun para petani di wilayah Sub DAS Biyonga lebih cenderung untuk menjual langsung ke pasar dari pada diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian mereka. Selain itu juga, jiwa kewirausahaan masyarakat yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengolah limbah dari hasil pertanian yang ada menjadi kerajinan tangan atau hiasan yang berharga.

6.5 Ekowisata

Pembangunan di Kabupaten Gorontalo salah satunya diarahkan kepada peningkatan pariwisata. Meningkatnya pariwisata akan berdampak positif terhadap kegiatan perekonomian masyarakat. Keberhasilan dalam pembangunan pariwisata dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Pada tahun 2009, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gorontalo yaitu sebesar 72.271 wisatawan, yang terdiri dari 61.884 wisatawan domestik dan 10.387 wisatawan mancanegara. Potensi wisata di wilayah Sub DAS Biyonga sangat besar. Hal ini dapat lihat dari jumlah sarana objek wisata yang terdapat di wilayah tersebut. Sarana objek wisata yang paling terkenal yaitu Danau Limboto karena merupakan land mark dari Propinsi Gorontalo. Sarana objek wisata lainnya yang terdapat di wilayah Sub DAS Biyonga antara lain rumah adat Gorontalo Bandayo Poboide dan menara keagungan yang terletak di Kelurahan Kayu Bulan, serta bukit PPN 32 dan taman safari yang terletak di Kelurahan Bongohulawa. Adapun sarana objek wisata di wilayah Sub DAS Biyonga dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan hasil identifikasi lapang yang dilakukan di wilayah Sub DAS Biyonga, kondisi tempat wisata yang ada sebagian sudah mengalami kerusakan baik dari ketersediaan fasilitas maupun kondisi lingkungannya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah daerah sebagai pemegang